PROLOGUE

7.5K 703 161
                                    

Kalian di mana? Aku tak ingin sendiri.

[1]

"Terimakasih semuanya, telah memberikan penghargaan sebesar ini. Best Song of The Year ini bisa didapat berkat cinta dan dukungan dari kalian semua. Dan juga, terima kasih telah mencintai lagu ini. Aku sangat bahagia dan bersyukur karena menerima penghargaan ini, bagiku ini adalah sebuah kehormatan. Saranghamnida." Park Jimin memulai winning speech atas kemenangan Spring Day untuk Best Song of The Year.

Sorak-sorai fans yang meneriakkan namanya begitu riuh terdengar. Jimin merasa sangat bahagia melihat setiap netra para fans yang senantiasa mendukungnya tersebut. Ia juga merotasikan irisnya ke bangku yang diduduki oleh deretan para idol. Kemudian ia melanjutkan.

"Hyung, sampaikanlah sesuatu juga."

Kebingungan terjadi, baik di kalangan fans, maupun di kalangan idol. Riuhan fans menggema, kali ini bukan lagi untuk meneriakkan nama Jimin. Namun lebih seperti kebingungan terhadap ketidakwajaran yang terjadi. Ketidakwajaran atas apa yang Jimin baru saja ucapkan.

Tidak ada yang menjawab. Tidak ada perubahan apapun yang terjadi. Jimin menoleh ke samping, tidak ada siapapun.

"Ah... kalian membuatku malu. Kenapa kalian membiarkanku berdiri di depan sendiri?" Jimin tersenyum malu, memunculkan mata bulan sabit yang indah. Ia merasa seperti seseorang yang dibiarkan berbicara sendiri disaat mereka yang lain hanya menonton dari belakang.

Sederet fansite Jimin yang kebanyakan berdiri paling depan di antara para fans makin sigap. Bunyi kamera bersahut-sahutan dan kilap blitz terpancar tanpa henti. Mereka seakan berlomba-lomba menangkap momen membingungkan itu, tentang apa maksud kalimat yang sedang Jimin ucapkan itu.

Riuhan fans juga makin keras terdengar, bukan tentang meneriakkan riuh nama Jimin lagi. Mereka terlihat saling berbicara satu sama lain dengan sekitar mereka, saling bertanya-tanya apa maksud dari penyampaian Jimin tersebut. Namun tetap saja, mereka tidak mendapatkan asumsi yang tepat tentang semua itu. Mereka begitu bingung dengan apa yang dikatakan Jimin saat ini.

"Apa maksudmu, Park Jimin?"

"Siapa yang kau panggil hyung? Memangnya kau maknae?"

"Kau penyanyi solo, kenapa berkata seolah-olah kau member idol group?"

"Kenapa mencari orang lain? Dari tadi kau memang sudah berdiri di sana sendiri."

Walau tidak persis sama, namun begitulah kira-kira pertanyaan yang tergambar di tiap kepala yang sedang terfokus pada Jimin saat ini. Mereka bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya yang Jimin cari, dan kenapa Jimin mencari mereka di momen seperti ini. Rasanya sangat tidak masuk akal.

Jimin pun tak kalah bingungnya. Ia akhirnya menyadari sesuatu yang ganjil saat melihat cara pandang dari setiap mata yang kini sedang menatapnya. Cara melihat mereka tidak selembut seperti pertama kali saat ia mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang sedang ia pegang saat ini. Namun lebih seperti ingin mengatakan bahwa ada yang salah dengan dirinya saat ini. Tapi apa?

Jimin menilik dirinya, mungkin ada yang salah dengan pakaiannya, namun rasanya tidak. Ia merasa tidak sedang memakai kostum yang salah, atau ada benda yang terlihat aneh menempel pada pakaiannya. Sepertinya bukan ini penyebabnya, pikir Jimin.

Jimin kemudian menatap trofi yang saat ini tergenggam di tangan kanannya. Di sana terukir kalimat, "Best Song of The Year: Park Jimin - Spring Day".

Jimin kembali menoleh, namun tidak ke arah kostumnya, tidak ke trofi, tidak pula ke arah para fans dan juga sederetan idol, kali ini ke belakang. Lagi. Tak ada siapapun di sana. Ia benar-benar sedang berdiri sendiri di atas stage saat ini. Tak ada orang lain yang bisa ia lihat.

"HYUNG! KALIAN DI MANA? AYOLAH, JANGAN MAIN-MAIN! KENAPA AKU SENDIRI? KENAPA DI SINI HANYA TERTULIS NAMAKU? BUKANKAH INI LAGU GRUP KITA?"

Jimin berteriak meluapkan apa yang ia rasakan. Perlahan bulir bening menetes dari mata mungilnya itu.

"HYUNG!"

Nightmare - Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang