Masih adakah harapan untukku?[13]
Sesegera mungkin Jimin dipapah lalu dibaringkan di sebuah ruangan. Dokter pribadi Jimin yang menanganinya telah sengaja datang untuk mengantisipasi seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Jimin, seperti saat ini. Ia merasa bahwa Jimin adalah benar-benar tanggung jawabnya. Pertolongan pertama yang dilakukan yaitu memasangkan masker oksigen untuk membantu pernapasannya. Para staff kemudian sigap melonggarkan pakaian dan juga melepaskan sepatu untuk membuat kondisi nyaman bagi Jimin. Staff BTS benar-benar bekerja bahkan untuk hal tak terduga semacam ini.
Suasana backstage benar-benar kacau. Teriakan untuk mengoordinasikan kembali susunan acara yang telah berubah terdengar di sana-sini. Suara para ARMY juga mulai terdengar riuh. Kemudian ditampilkan VCR yang tadi kembali diputar untuk mengulur waktu. Riuhan ARMY terdengar makin keras. Mereka sepertinya tidak terima konser kali ini diakhiri dengan VCR, karena biasanya selalu ada satu penampilan terakhir dari BTS.
Namjoon juga terlihat bingung sebagai leader. Ia melihat para member mengkhawatirkan Jimin. Ia tidak bisa menenangkan mereka karena ia juga tidak bisa menahan emosinya melihat kondisi Jimin. Situasi ini membuatnya terlihat seperti orang yang menyedihkan. Dia bingung apa yang harus dilakukannya. BTS harus tampil, namun Jimin tidak memungkinkan untuk bisa tampil. Ia bisa saja mengambil keputusan untuk tampil tanpa Jimin, tapi ia masih ingat bagaimana marahnya Jimin saat ia tidak diajak untuk latihan menghadapi konser ini. Ia takut mengecewakan Jimin untuk yang kedua kali.
"Satu menit lagi." Terdengar komando dari staff. Itu artinya BTS harus kembali ke stage apapun yang terjadi. Walaupun tanpa Jimin.
"Kalian pergilah. Melihat kondisi Jimin saat ini tidak mungkin ia harus naik ke stage. Ini tinggal penampilan terakhir, 'kan?" ujar dokter yang menangani Jimin.
"Tapi.. Jimin tidak suka kami tinggal sendiri.."
"Lanjutkanlah. Penggemar kalian telah menunggu."
"Nan gwenchana.."
"Jimin?"
"Kau sudah sadar? Ini. Minumlah dahulu." Dokter mengulurkan sebotol air mineral pada Jimin.
"Ayo ke rumah sakit. Kau harus diperiksa."
"Biarkan aku ke stage. Hyung, kalian belum tampil, 'kan?"
"Tapi kau.."
"Ini yang terakhir, 'kan?"
"Neo gwenchana? Hanya kau yang bisa merasakannya Jimin."
Jimin mengangguk pasti.
"Kau egois sekali. Tapi ingat, jangan lagi keluarkan suaramu." ujar dokter dengan berat hati.
"Kamsahamnida."Senyum tipis Jimin terukir manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Park Jimin ✔
FanfictionJimin tak pernah menyangka bahwa akan ada hari dimana dia masih bisa membuka mata, namun setiap harinya ia hanya terus merutuki dirinya sendiri. Ia terus mencoba membuat akal sehatnya berpikir bahwa ia hanya sedang berhalusinasi, atau sesuatu yang...