"Apa aku keterlaluan"
".."
"Jawablah Ryujin-aa!!"
" .."
"Kenapa kau tidak menjawabku??"
".."
"Ku hitung sampai 3 jika kau tak menjawab pertanyaanku, aku akan pergi dari sini".
Ryujin pov
Tanganku dicengkeram Hyujin, aku dibawa duduk kembali, dia tak mau melepaskan cengkaraman nya, sudah ku bilang lepaskan,bukannya melepaskan Hyojin malah semakin mempererat cengkramannya membuat lenganku sakit.
Aku memohon untuk melepaskan tangannya, tapi dia berkata aku berbohong. 'Apa apa an itu, adanya kau yang sering bohong padaku Hyojin-aa' batinku.
Ku bilang rasanya sakit, ia tetap tidak mau melepaskan. Akhirnya aku memilih diam, menahan rasa sakitnya.
Hyojin bertanya apa lenganku benar sakit? 'Apa dia tidak bisa mendengarnya?? dari tadi aku sudah mengatakan bahwa cengkraman nya itu sakit'
Aku masih diam menahan cengkraman nya. Hyojin melepaskan cengkramannya, aku segera memegangi lenganku 'seperti nya akan memerah'.
Dia terus bertanya entahlah apa, aku tak menggubrisnya sama sekali. Ingin rasanya aku marah kepada Hyojin, tapi aku tak pernah bisa.
Aku tidak mendengarkan Hyojin karena aku sedang merasakan sakit lenganku. Hingga dia mulai berkata jika di hitungan ke 3 nya, aku tak menjawabnya, dia akan pergi.
Aku tak menjawab, karena aku masih kesal.
"satu...."
Masih tak ku jawab.
"Dua...."
Aku mendengarkan nya saja.
"Tiga."
Dia tidak pergi rupanya, aku sengaja mendiami nya karena aku ingin dia pulang sebenarnya. Tapi di hitungan ke tiga nya dia juga tak pergi 'jika butuh saja seperti itu'
"Baiklah Ryujin, aku akan pergi karena kau tak mau aku ada di sini, mungkin kau lelah jadi tak mau menjawabku, tapi aku tak salah jika melakukan ini padamu" jelas Hyojin
'Apa?? Tak salah, yang benar saja!! jelas jelas dia mencengkeram tanganku sampai perih, apa kurang jelas' batinku
"Ryujin-aa, aku datang ke sini ingin curhat, tapi kau malah seperti ini, beberapa hari ini kau menjadi lebih sensitif pada hal kecil, kau mulai berubah Ryujin-aa, yasudah aku pergi dulu, selamat tinggal"
Normal pov
Ryujin sedikit tercengang dengan apa yang dikatakan Hyojin. Tapi Ryujin lebih tidak menggubrisnya, karena ia ingin kejadian ini cepat berlalu.
Hyojin meninggalkan Ryujin sendiri di taman itu. Ryujin hanya sedikit terusik dengan apa yang di katakan Hyojin. Walau Ryujin terlihat ttidak menghiraukan Hyojin, namun sebenarnya Ryujin mendengarkan dengan baik.
Ryujin mendengar setiap kata yang dikeluarkan Hyojin.
*skip
Ryujin pulang ke rumah dengan muka kusut, ketika Ryujin sampai rumah ia melihat Sujin duduk tenang di sofa sambil memakan sandwich yang dibuat Ryujin dan menonton televisi.
Ryujin senang jika Sujin sudah bangun dan mau memakan sadwich buatannya. Ryujin kembali ke atas, ke kamarnya untuk berganti baju.
Tak lama Ryujin kembali ke bawah namun bukan ke ruang tamu. Ryujin ke dapur. Ryujin ingin melanjutkan sarapannya.
Sewaktu Ryujin ke dapur, Ryujin melihat Sujin ke dapur juga.
"Apa yang kau lakukan Sujin-ssi??"
"Oh, aku ingin meminum susu vanila ku, apa kau juga mau menghabiskan sarapan mu yang masih tersisa??"
"Iya, aku ingin menghabiskan sarapan ku, aku lelah tadi baru berolah raga"
"Ryujin-aa, mumpung kau ada disini, aku ingin bilang, mulai besok aku tidak iijinkan untuk menginap di rumahku, ibuku berkata maksimal 14 hari saja selama 1 bulan."
"Jika ibumu berkata seperti itu, turutilah, aku tidak apa apa, aku harus terbiasa sendiri memang."
"Baiklah, mumpung hari ini hari minggu, aku akan berkemas, pagi ini juga aku akan pulang, dah Ryujin-aa"
Ucap Sujin sambil meninggalkan Ryujin di dapur. Ryujin hanya bisa membuang nafas kasar. Ia tak yakin bisa tinggal sendirian selama 2 minggu dalam sebulan.
Ryujin segera menghabiskan sarapan nya dan beranjak pergi ke kamar nya membantu Sujin berkemas.
*skipp
Usai berkemas Ryujin mengantar Sujin sampai ke rumah nya, dan meminta maaf kepada Ibu Sujin, tapi ibu Sujin sedang ke luar kota, Ryujin menitip salam dan maaf nya kepada Sujin dan pembantu Sujin agar disampaikan pada Ibu Sujin.
Ryujin kembali ke rumah dan langsung ke kamarnya. Entah mengapa Ryujin hanya ingin menangis.
Bukan karena ia sedang PMS, tapi Ryujin hanya ingin melampiaskan semua perasaan nya pada air yang keluar dari matanya.
Sejak kelas 6, ya sejak itulah Ryujin gampang bermain perasaan, bukan memainkan perasaan orang lain, tapi Ryujin menjadi lebih mudah 'baper'. 'Bukan kepada Hyojin saja'.
Ya wajarlah, seorang remaja perempuan yang sedang dalam masa puber, pasti perasaan nya gampang berubah setiap saat.
Tapi Ryujin tetap tidak bisa merubah fakta, jika 'Ryujin mencintai Hyojin, cinta pertama Ryujin'.
Ryujin mengingat kembali kejadian tadi pagi, dimana Hyojin mencengkeram lengannya. Ryujin membuka kain yang menyelimuti lengannya sambil berjalan ke cermin.
Dilihatnya bekas luka yang memerah itu, mungkin bukan memerah lagi tapi hampir membiru. Di pegang nya luka tersebut. 'Kau melukai ku Hyojin-aa' batin Ryujin.
Ryujin berjalan ke rak dekat meja belajar nya dan mengambil kotak p3k. Ryujin kembali ke depan cermin sambil membawa kursi dan kotak p3k. Ryujin duduk dan mulai membuka kotak p3k.
Karena Ryujin bingung lukanya harus diapakan, yeoja manis tersebut menutup kembali kotak p3k nya, dan beranjak ke kasur.
Ryujin menelentangkan badannya sambil menghela nafas berat. Hanya Ryujin dan Tuhan yang tahu apa yang sedang dipikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
temen apa temen?
Novela Juvenil'kenapa kau selalu menyakitiku, apa kau tidak pernah memikirkan perasaanku? kau tau tapi kau pura pura tak tau, atau kau segaja bermaksud membuat perasaanku tumbuh' ~shin ryujin 'kau ini kenapa, apa salahku padamu??, apa yang harus kulakukan padamu...