A Closer step?

1K 37 0
                                    

Beberapa bulan sejak kejadian itu, Akagawa-san mendapatkan love letter lagi. Dan aku melakukan hal yang sama lagi. Dan hal itu menjadi berita yang menghebohkan sekolah ini lagi.

Beberapa bulan kemudian, hal yang sama terjadi lagi. Aku melakukan hal yang sama lagi. Setelah itu, setiap ada orang yang mengirimkan love letter kepada Akagawa-san, hal yang sama pasti akan terjadi lagi. Sekarang, tidak ada yang tidak tahu kalau ada seseorang yang mengirimi Akagawa-san love letter, pasti akan mati.

Sekarang tidak ada yang berani mendekati Akagawa-san. Aku merasa cukup lega. Tapi ternyata manusia-manusia itu tidak kehilangan akal. Mereka tidak mengirimi love letter lagi, melainkan menyatakan secara langsung.

Sial! Aku jadi tidak bisa mencegah orang-orang itu menyatakan perasaannya kepada Akagawa-san. Jadi, aku harus melakukannya saat mereka sudah bertemu dengan Akagawa-san. Aku membuntuti mereka kemudian aku membunuh mereka saat Akagawa-san tidak berada di dekat mereka. Kenapa kulakukan itu? Tentu saja karna aku tidak mau Akagawa-san menyaksikan kejadian mengerikan itu. Yaa... meskipun aku harus menahan rasa benciku setiap kali aku melihat Akagawa-san bersama laki-laki lain.

Hari ini ada seseorang yang mungkin akan menyatakan perasaannya lagi kepada Akagawa-san. Mereka akan bertemu di taman nanti siang.

Akagawa-san pergi mengenakan one piece berwarna putih dengan dua garis berwarna biru laut di bagian bawah dan berpita di bagian belakang, sepatu boots sebetis berwarna biru. Dia juga memakai kalung dan topi berwarna putih dengan pita biru yang melingkarinya. Akagawa-san memang manis sekali. Setiap orang yang melihatnya pasti akan terpesona. Tak heran banyak orang yang menyimpan perasaan terhadapnya, termasuk aku.

Mereka bertemu di jembatan di atas sungai. Ternyata orang itu adalah teman sekelas Akagawa-san. Seharusnya kubunuh saja dia dari dulu.

"Kau terlihat manis sekali hari ini" orang itu memulai pembicaraan dengan kata-kata yang paling biasa diucapkan saat kencan pertama. Laki-laki yang membosankan.

Akagawa-san tersenyum, "Terimakasih" jawabnya. Aaahh~ aku bisa mati melihat senyumannya yang sangat manis itu. Tapi aku sudah mati, jadi aku tidak mungkin bisa mati lagi.

"Langsung saja ya Akagawa-san, aku sudah sering dengar rumor tentang kematian setiap orang yang menyatakan perasaan kepadamu. Walaupun begitu, aku akan tetap mengatakan ini. Aku merasa aku lebih baik mati setelah menyatakan perasaanku daripada aku menyimpan perasaanku dan aku merasa seperti orang mati walaupun sebenarnya aku masih hidup.

Aku menyukaimu, Akagawa-san."

Aku muak mendengar kata-kata itu.

"Terimakasih sudah memiliki perasaan itu terhadapku" jawab Akagawa-san. "Aku menyukai keberanianmu."

Jangan terlalu senang, Akagawa-san hanya menyukai keberanianmu.

"Aku benar-benar menyukaimu, Akagawa-san! Sejak awal bertemu, aku merasa perasaanku padamu melebihi aku menyukai apapun juga. Aku sangat mencintaimu! ... Aku... ingin memilikimu."

Sepertinya orang ini memang minta dibunuh.

Akagawa-san mengangguk, "Aku mengerti."

Orang itu masih terlihat seperti penuh harapan. Memangnya apa yang bisa dia harapkan? Seharusnya dia tahu kalau beberapa saat lagi dia akan menemui ajalnya.

"Sekarang, apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Akagawa-san. Lagi-lagi, sambil tersenyum. Rasanya aku ingin terbang~

"Setidaknya sebelum mati, izinkan aku menyentuhmu sekali saja."

Setelah dia mengatakan itu...
Dia...

Orang itu benar-benar cari mati.

Dia... Mencium bibir Akagawa-san.

Sambil mengelus rambutnya.

Dan membuat topi Akagawa-san terjatuh.

Seharusnya dia tidak melakukan itu! Akagawa-san hanya milikku! Dia tidak punya hak untuk melakukan hal itu!

Sudah cukup, aku tidak tahan lagi. Orang ini membuat kesabaranku habis.

Akan kulepas bibirnya yang menempel dengan milik Akagawa-san.

Awalnya, aku ingin memotong bibirnya, tapi karna akurasiku buruk, aku takut kalau aku juga memotong bibir Akagawa-san jika aku melakukannya.

Jadi, aku potong saja kepalanya.

Cairan berwarna merah itu mengalir deras dari lehernya. Seharusnya Akagawa-san tidak melihat hal ini. Tapi jangan salahkan aku. Orang itu sendiri yang memancingku melakukan ini.

Maaf, Akagawa-san. Aku membuatmu menyaksikan hal seperti ini lagi. Aku membuatmu gemetar ketakutan lagi. Tapi, apa kau tahu? Aku ingin memelukmu untuk menenangkanmu, menutup matamu agar kamu tidak lagi melihat hal seperti ini. Tapi aku tidak bisa. Dunia ini tidak mengizinkanku melakukan hal itu.

Tapi perbuatan orang itu membuatku terprovokasi untuk menyatakan perasaanku juga kepada Akagawa-san.

Karena suaraku mungkin tidak bisa didengar oleh Akagawa-san, kugunakan darah orang itu sebagai Tinta untuk menulis.

Aku juga sangat menyukaimu, Akagawa-san "

Cukup simple bukan? tapi perasaanku padanya tidak sesimple itu.

Wajah Akagawa-san membiru. Dia berteriak segera setelah dia membaca tulisanku. Sepertinya aku melakukan telah membuatnya ketakutan, tapi aku merasa saat ini sangat tepat untuk menyatakan perasaanku padanya. Jadi mungkin aku tidak akan menyesalinya.

Aku benar-benar meminta maaf padamu, Akagawa-san. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu takut. Tapi kurasa memang inilah yang harus kulakukan.

Kuharap kau tidak membenciku.

--  End part 6

StalkerWhere stories live. Discover now