A Fear

921 31 6
                                    

Ia menjerit.

Jeritannya memecah belah udara dan suasana di ruangan ini.

Akagawa-san melepas pelukanku kemudian meringuk di sudut kasurnya. Akagawa-san menarik selimutnya dan kemudian ia lingkarkan selimut itu ke punggungnya, kemudian seluruh badnnya. Berharap ia dapat berlindung dalam balutan selembar selimut itu.

Ia takut terhadapku, ia takut terhadapku, pikiran itu terus berputar-putar dalam benakku dan membuatku hampir menjadi gila.

Aku mengelus pipinya, berusaha menenangkannya, tapi yang kudapat hanyalah Akagawa-san yang makin terlihat seperti sedang berhadapan dengan monster.

"Si... Siapa... Kau?" Akagawa-san mengajakku bicara!!! Ini adalah hal terhebat yang pernah kualami dari aku lahir hingga sekarang. Sesuatu yang membuatku merasa seperti sedang melayang-layang di dalam atmosfer yang dingin mencekam ini. Kudengar suaranya bergetar saat itu. Aku ingin memeluknya lagi tapi aku takut dengan kemungkinan apa yang akan terjadi jika aku benar-benar melakukannya. Aku ingin menenangkannya dari semua kejadian yang membuatnya ketakutan. Aku ingin membuatnya berlindung di dalam dekapanku dari semua hal yang tidak diinginkannya tapi ia menganggap akulah sumber dari semua kesengsaraan yang selama ini terjadi padanya. Kenapa? Apakah perasaanku padanya kurang kuat? Kenapa selalu ada jurang pemisah antara manusia dan makhluk sepertiku? Mengapa kami tidak bisa bersatu?

"Akagawa-san... Aku Komaha Shiki. Kau pernah mencoba menolongku saat aku tiba-tiba terkena serangan jantung. Aku sangat berterimakasih akan hal itu." jawabku. Semoga dia masih mengingat nama orang yang ditolongnya saat itu.

"Komaha... Shiki?" Akagawa-sn mencoba mengingat-ingat nama itu. Dia teringat saat Ikehara menyuruhnya untuk berhati-hati terhadapku. Kemudian dia memegangi selimutnya makin erat. Aku tak ingin melihatnya seperti ini tapi ini adalah pertama kalinya mata kami saling bertatapan.

"Tenang saja, Akagawa-san. Aku tidak akan melukaimu. Aku akan melindungimu dengan segenap tenaga. Jadi, tenang saja. Kau tidak perlu takut padaku."

Akagawa-san hanya mengangguk kecil. Tetapi aku tahu ia masih sangat shock.

Aku mendekatkan tanganku kepadanya dan mengelus kepalanya yang tertutupi oleh selimut. Berusaha meyakinkan Akagawa-san kalau aku benar-benar tidak bahaya.

Tiba-tiba aku mendengar suara pintu dibuka dan tampaklah sesosok bayangan yang kukenal. Rambut kuncir kuda dengan poni yang mengarah ke kiri dan menutupi sebagian matanya. tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Sejak aku terakhir kali melihatnya pergi ke sekolah, sekarang aku melihatnya lagi setelah jam sekolah berakhir. Ikehara sudah kembali ke rumah.

"Apa... Yang kalian lakukan?" tanyanya sementara tubuhnya kaku setelah melihat kami berdua. Dan tanpa seorangpun menyadari kalau udara di sekitar kami terasa semakin dingin. Seolah ingin membekukan kami semua.

Sesaat, aku melihat keputusasaan di balik sorot matanya.


-- End part 13

StalkerWhere stories live. Discover now