H+2

814 50 1
                                    

Sudut Pandang Moza

Pada dasarnya emang pria itu relatif cuek. Itu sudah kodrat alam, mau bagaimanapun kita pasti memiliki sisi cuek, walaupun ada sebagian pria yang lebih dominan memiliki sifat care dan biasanya juga dia peduli hanya orang-orang tertentu. Bangsa kita ga terlalu mendramatisir seperti bangsa perempuan, kalau bangsa perempuan apa aja dia peduliin sampai masalah orang lain juga mereka peduli, maka tidak sedikit perempuan yang lebih suka menonton gosip di televisi ketimbang menonton berita. Terus apa untungnya? Ya jelas ga ada!

Kalian sudah sangat sering mendengar perempuan lebih condong ke hati dan pria lebih condong ke otak. Maka dari itu pria lebih realistis dari pada perempuan. Tapi dalam kehidupan gue bukan membahas tentang perempuan yang suka menonton gosip ataupun pria yang realistis, bukan, bukan itu. Dalam kehidupan gue hanya membahas cuek atau bahasa lainnya tidak peduli.

Oh come on, kalian pasti bakal beranggapan kalau gue yang menang dalam permainan inikan? Ya jelaslah. Hera itu kan orangnya perasaan banget, apa-apa dia libatnya ke perasaan. Dengan begitu gue makin mudah membuat dia peduli sama gue, dan boom! Gue menang! Enaknya bermain cuek-cuekan dengan perempuan, ibaratnya lo cuma diam aja nanti dia yang bakal datang ke lo dan menyatakan kalau dia kalah? Haha, semudah itu!

Dari sini aja gue bisa melihat di depan sana ada seorang perempuan yang tengah bengong di kamarnya dengan pandangan yang menatap kaca di meja rias dan tangannya yang memutar-mutar ring di handphonenya. Pastinya dia sedang perang batin antara perasaan dan egonya. Perasaannya bilang mau ngechat gue duluan dan egonya bilang jangan, malu dong kalau kalah! Haha, kasian Hera.

Sebelah bibir gue tertarik membuat senyuman miring khas seperti pemeran jahat difilm-film. Otak gue langsung mengelola sebuah ide dan terbentuk lah sebuah niat untuk memancing dia. Gue menyalahkan speaker dan menyetel musik bergenre rock dengan volume yang tinggi, tidak peduli kalau ini sudah malam. Biasanya kalau gue pancing begini dia bakalan membuka jendela kamarnya dan berteriak dengan suara yang melengking untuk menyuruh gue mematika musik ini.

Dia melirik ke arah kamar gue, buru-buru gue semakin memperbesar volume speaker, namun di luar dugaan, dia malah mengambil earphone dan menggunakan benda itu. Kampretlah, gagalkan gue!

Ceklek

Gue menoleh ke arah pintu menampilkan wajah ngantuk Rino yang sedang berdiri di depan pintu. "Bang, kata tante Regina jangan berisik. Ngeganggu aja!"

Yaudah iya!


Bersambung....

Surrender Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang