H+8

635 49 1
                                    

Sudut Pandang Moza

Ibu kota pada saat sore hari memang terasa menyenangkan. Semilir angin sepoi-sepoi membuat udara menjadi sedikit sejuk. Ya walaupun masih terasa panas sih, tapi setidaknya masih mendinglah dibandingkan dengan siang hari. Sore ini dengan memakai motor, gue menelusuri jalan ibu kota dengan niatan ingin langsung menuju ke rumah, ada beberapa kerjaan yang ingin segera gue selesaikan di rumah.

Namun, niat itu kandas begitu melihat sebuah tempat makan yang menjual makanan kesukaan gue, yak itu adalah soto ayam. Dengan cepat gue memarkirkan motor kesayangan gue di tempat yang telah disediakan, setelah dirasa aman langkah kaki gue berjalan menuju masuk ke dalamnya. Untung saja tempat ini tidak seramai seperti biasanya, jadi dengan mudah gue memesan makanan gue dan langsung duduk tanpa harus mengantri panjang.

Mata gue menyapu ke berbagai sudut tempat ini. Gila! Gue salah liat apa ya? Di depan sana ada Hera yang tengah makan berdua dengan Dewa. Ya pria itu yang membuat selama ini hubungan gue dengan Hera sering berantakan, ya gara-gara dia, biang masalah. Oke, Fine, Hera bilang Dewa cuma teman dekatnya, Hera bilang Dewa cuma teman curhatnya, Hera bilang kalau Dewa cuma dia anggap sebagai Kakak laki-laki setelah Bang Riko tentunya.

Tapi, semua orang juga bisa berpendapat kalau mereka berdua dekat layaknya seperti sepasang kekasih. Liat aja sekarang, di warung soto berduaan, makan sambil ketawa-ketawa gitu, duduk deketan dan nempel banget. Dan mana ada teman yang sedekat mereka? Oh mungkin ada, tapi mungkin juga karena kedekatan mereka seperti itu membuat salah satu diantaranya memiliki perasaan yang lebih dari seorang teman.

Kalau Hera? Dia ga mungkin banget punya rasa kepada Dewa. Hera tuh sayang banget dan cinta sama gue, walaupun kadang-kadang dia lebih mentingin Dewa daripada gue, tapi ya tetap aja itu salah satu hal yang membuat gue cemburu. Apalagi ditambah dengan Dewa yang sudah terlihat banget kalau dia suka sama Hera, seperti teori gue kemarin, cowo tuh cuma peduli dengan orang-orang tertentu. Sesama cowo itu bisa ngeliat kalau dari pandangan mata Dewa aja, dia tidak memandang Hera seperti selayaknya teman.

Kalau lama-lama ngeliatin mereka membuat gue menjadi kesal. Maka dari itu gue mau segera memenangkan permainan ini dan gue dapat meminta apapun kepada Hera dan tentunya dia ga bakal nolak. Demi hubungan gue dan Hera yang lebih baik, tanpa penganggu. Gue menatap soto ayam gue yang tiba-tiba datang, tanpa mempedulikan mereka gue langsung menghabiskan soto gue.

Urusan cemburu belakangan!

Bangsa pria harus lebih realistis!

Pikirin aja dulu perut yang laper, urusan rumit kita selesaikan belakangan saja!

Surrender Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang