Part 14 - Worried

9K 714 39
                                    

Steve's POV

Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama dengan Cia. Namun Ibu mengajaknya berkeliling dan Ayah mengajakku untuk membicarakan hal yang serius. Entah hal apa itu. Setibanya di ruang kerjaku, Ayah duduk di sofa. Aku pun juga duduk di sofa berseberangan dengannya. Ia menghela napas panjang.

"Apa yang ingin Ayah katakan?" tanyaku.

"Apa kau sudah menyelidiki tentang hutan itu?" tanyanya balik dan menatapku serius. Aku mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Lalu apa yang kau dapat?"
Aku menyenderkan tubuh di sandaran sofa dan memijit pangkal hidungku.

"Aku belum menemukan tanda-tanda apapun."

"Sepertinya mereka merencanakan sesuatu yang berbahaya." Aku mengangguk menyetujui pernyataan yang dilontarkan Ayah.

Mungkin memang benar mereka telah merencanakan sesuatu yang besar untuk mengambil Cia kembali. Tetapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku harus terus disamping Cia dan memperketat penjagaan di wilayah pack terutama wilayah perbatasan. Aku tidak mau hal seperti kemarin terulang lagi.

"Ah, iya. Hampir saja lupa. Alpha Lucian menitipkan undangan ini untukmu. Ia ingin kau datang ke acara pernikahannya dan Andrea. Kau bisa datang bersama Cia kesana," ucapnya sambil memberikanku sebuah undangan berwarna putih dengan sedikit aksen coklat di pinggirnya.

"Secepat itukah Lucian menikah? Bukankah dia baru saja menemukan matenya satu minggu yang lalu?"

"Ya, memang itulah kenyataannya. Lalu kapan kau akan menikahi matemu?" tanya Ayah menaikkan sebelah alisnya.

Aku mengusap wajah dengan gusar. "Aku belum tahu. Aku ingin Cia benar-benar menerimaku dulu, karena aku tidak ingin memaksanya jika dia belum siap," jawabku pasrah.

Jika aku memaksa Cia untuk menikah denganku padahal dia belum siap, ia pasti akan menganggapku sebagai laki-laki yang egois. Jadi sebaiknya aku akan mengatakannya terlebih dahulu dengan Cia masalah pernikahan kami.

"Kau benar. Baiklah, Ayah dan Ibu akan selalu mendukungmu. Jaga dia baik-baik Steve." pesan Ayahku sebelum ia keluar dari ruang kerja.

"Pasti," jawabku mantap.

Steve's POV End

***

Irene mengajak Cia berkeliling mansion seraya bercerita banyak hal. Dan sekarang mereka berdua sedang duduk di taman belakang. Taman ini sangat luas. Banyak sekali bunga yang tumbuh subur disini. Rumput terlihat segar karena tersiram air hujan tadi malam. Di taman ini juga terdapat danau yang cukup luas yang terbagi menjadi dua. Salah satunya terdapat bunga lotus yang tumbuh indah mengambang di atas air danau yang terlihat tenang.

"Irene! Ayo, kita pulang."

Suara Nick membuat kedua orang yang sedang bercengkrama itu menoleh ke arahnya. Nick tersenyum lembut ke arah Irene yang sedang berjalan anggun menyambut kedatangannya untuk pulang bersama.

"Ibu akan pulang. Kau jaga diri baik-baik ya," ucap Irene memeluk Cia erat dan gadis itu membalasnya.

Cia mengangguk sambil tersenyum manis. "Apa Ayah dan Ibu akan kemari lagi?" tanya Cia dengan nada berharap yang tersirat di setiap katanya.

"Kami pasti datang kemari lagi."
Cia dan Steve mengantar Nick dan Irene sampai ke gerbang mansion. Cia melambaikan tangannya pada Irene yang juga membalas lambaian tangannya. Setelah mobil mereka keluar dari gerbang, Cia dan Steve kembali masuk ke dalam mansion.

Hari sudah semakin sore. Steve mengajak Cia masuk ke ruang kerjanya. Ia ingin Cia menemaninya selagi ia menyelesaikan tugasnya yang menumpuk. Selama mereka berjalan ke ruang kerja Steve. Pria itu tak mau melepaskan genggaman tangannya pada Cia. Sesampainya di ruang kerja Steve. Ia menuntun Cia untuk duduk di sofa.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang