2 : The Unfortunate Life

1.7K 34 0
                                    

Rumah kecil yang sudah bobrok dengan pekarangan yang sudah tak terurus itu tampak tidak sebanding dengan rumah-rumah lainnya yang berdiri sederet dengannya. Rumah yang lain juga kecil dan tampak kumuh, namun lebih baik dibandingkan rumah bobrok itu. Catnya yang berwarna putih telah dinodai oleh noda coklat dan hitam yang entah berasal dari mana. Pintu kayunya sudah agak reyot dan banyak tempelan stiker tak jelas. Gentengnya sudah ambruk beberapa, memungkinkan air hujan masuk ketika hujan deras. Rumah itu benar-benar tak layak untuk dihuni.

Namun, ada satu hal yang menarik perhatian dari rumah itu. Suara barang-barang dibanting terdengar begitu keras dari dalam rumah, disertai teriakan tak jelas-yang lebih berupa racauan. Setiap orang yang lewat di depan rumah itu pasti bertanya-tanya, namun tidak berlaku bagi tetangga yang tinggal di dekat rumah itu. Mereka sudah tahu apa yang terjadi di dalam rumah itu, siapa yang meracau dan siapa yang paling sering membuat kegaduhan. Setiap hari, setiap malam, setiap saat, pasti suara gaduh itu terdengar dari dalam rumah bobrok tersebut. Membuat warga tak nyaman, merasa terganggu. Namun lama kelamaan mereka terbiasa, kegaduhan yang tak mengenakkan itu bukanlah lagi hal baru bagi mereka.

Seorang gadis dengan tubuh tak terlalu tinggi dengan rambut panjang lurus berwarna hitam, berdiri di dapur sambil tersedu-sedu. Tangannya penuh sabun cuci piring, dengan sekuat tenaga menggosok piring-piring kotor dengan spons yang telah terobek dan usang. Isakannya hampir tak terdengar, disamarkan oleh suara air yang mengalir dari keran yang berbenturan dengan wadah pencuci piring.

"Mati saja! Mati! Untuk apa hidup di kehidupan tak layak seperti ini!? Mengapa semua begitu tidak adil?!" teriakan itu datang lagi. Suara wanita, menangis sambil meraung. Kemudian suara kursi dibanting terdengar, membuat gadis yang sedang mencuci piring itu kaget.

Luella membanting piring yang sedang dicucinya. Ia mematikan keran air, lalu mengusap pipinya yang telah basah karena air mata. Ia terjatuh, tersungkur di lantai. Ia menekuk kedua lututnya, memeluknya erat. Dibenamkannya wajahnya hingga menempel pada lututnya. Bahunya terguncang-guncang karena menangis.

Ia lelah dengan kehidupan yang harus ia jalani kini. Penderitaannya bagaikan tak ada hentinya. Kemiskinan, cemoohan dari setiap orang, ibunya yang kurang waras, lalu apa lagi? Tidak adakah lagi yang lebih buruk daripada semua ini? Kadang ia merasa, tak ada orang yang memiliki hidup lebih buruk dibandingkan dirinya.

Seandainya saja ia bisa menukar hidup dengan hidup orang lain, ia akan melakukan apa saja asal ia bisa. Ia bisa gila lama-lama seperti ini.

Terdengar ketukan yang terkesan buru-buru dan kasar di pintu depan. Luella mengangkat wajahnya dan mengusap air matanya. Ia pun bangkit dan membukakan pintu. Begitu melihat tamu yang berdiri di depan pintu rumahnya, ia menghela napas kesal bercampur depresi.

"Saya mau uang saya sekarang. Ini sudah ngaret dari tenggat waktu. Kalian kalau tidak mampu bayar, ya tidak usah berani-berani menyewa rumah saya." Seorang wanita gemuk dan pendek dengan rambut keriting tak beraturan bertolak pinggang sambil memandang Luella murka.

Luella mendesah keras. Ia sudah tahu hal ini yang menjadi penyebab wanita di hadapannya mengamuk besar. Wajar saja, sudah dua bulan ia menunggak biaya sewa rumah. Mau dapat uang dari mana?

"Beri saya waktu dua minggu lagi, Tante." Luella menjawab dengan pahit.

"Dua minggu!?" Wanita itu membentuk angka dua dengan jemari di tangan kanannya, "Saya sudah memberikan kamu keringanan selama dua bulan! Kurang baik apa saya!? Begitu kamu masih mau mempermainkan saya!? Kalau tidak mampu bayar, sudah! Hengkang saja!"

Luella mencoba sekuat tenaga untuk meluluhkan hati wanitai galak itu, "Tolong saya, Tante. Saya janji dalam waktu dua minggu saya bisa melunasi biaya sewa rumah ini. Saya tidak memiliki tempat tinggal lain, dan di rumah ini saya menjadi tulang punggung keluarga. Saya baru 16 tahun, apa yang bisa diharapkan dari gadis seperti saya untuk mendapatkan uang?"

RaindropsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang