Mentari mulai menampakan dirinya, membelai para makhluk tuhan dengan sinarnya yang penuh dengan kehangatan. Menemani semua orang yang siap memulai harinya dengan indah.
Tidak hanya untuk para manusia yang siap menemukan kebahagiaan. Namuan mentari juga menemani orang orang berbaju hitam disana. Tampak raut kesedihan diwajah mereka, tidak hanya satu ataupun dua orang namun banyak dari mereka yang menitikan air mata. Memulai pagi hari dengan seperti ini? Bukankah sangat mendalam sakit ataupun pilu yang dirasakan?
Air mata tadi yang jatuh perlahan menemani jasat yang dimakamkan. Ternyata cerahnya hari ini tak cukup mencerahkan yang ada di sana, sebuah pemakaman baru dengan bunga yang ditaburkan disana. Satu persatu kaki mereka meninggalkan makam dengan nisan yang cukup indah dan terdapat ukiran nama sang pemilik di sana.
.............
Di tempat lain sinar matahari mulai memasuki paksa celah celah jendela kamar bernuansa putih putih di sana. Bau obat dan segala hal tentang medis memekakan indra pembau.
Sinar tadi memaksa sepasang mata mungil untuk membuka matanya. Dengan perlahan digerakan matanya dibukanya dengan sangat perlahan. Mencoba membiasakan penglihatannya dengan cahaya yang cukup menyilaukan matanya.
Dirinya dalam hati mengeluh sakit pada kepalanya, tenggorakannya serasa kering hingga sebuah deheman saja tak sanggup keluar dari bibirnya.
Tapi tunggu orang itu tak hanya merasa sakit pada kepalanya namun juga di bagian bawah sana di antara selangkangannya. Dan perutnya serasa berat saat ini seperti ada
Matanya membelalak dengan sangat sempurna saat melihat kesamping, tempat tidur yang nyaman ini ternyata ada sesuatu hal lain di sana. Seorang pria yang masih setia dengan mimpinya, mengatupkan kedua matanya dengan sempurna.
Tangannya mulai terangkat satu menjelajah bergerilya di permukaan wajah pria yang ada di hadapannya.
Tampan satu kata yang penuh dengan berjuta makna. Sebenarnya bukan hanya kata itu, namun ketahuilah sebesar sebanyak isi kamus besar tak ada yang melebihi ataupun menandingi yang satu ini. Bahkan kosa kata saja tak ada yang sanggup menggambarkan sesempurna apa lelaki itu.Tangannya masih setia di wajah itu dari rambut jidat hidung lalu ke alis dan matanya mulai turun ke kedua pipi yang cukup ta berisi namun juga tak tirus. Tangan itu berlanjut menuju bibir tebal sang pria bermain main disana cukup lama hingga diturunkan lagi kearah bawah dagu, ya apa lagi kalau bukan leher turun turun dan ke pundaknya. Pundaknya begitu kokoh dan sangat kuat, walau empunya masih tak sadar namun otot itu seperti menegang dengan sangat indah.
TUNGGU
Punda itu tak berbenang, tak ada sesuatu yang menempel untuk menutupinya. Dan....dan ohh tuhan bahkan dirinya saat ini tidak bukan namun tepatnya mereka hanya mengenakan selimut yang lumayan tebal untuk menutupi tubuh mereka yang eerrr telanjang bulat di sini di ruangan yang ia ketahui adalah rumah sakit. Mulai mengingat apa yang sebelumnya terjadi dan kenapa bisa sampai telanjang begini
...........
FLASH BACK
Kim bum yang masih sangat marah meluapkan semua isi hati dan amarahnya yang sudah tak tertahankan pada yuri. Dirinya terus beranjak dari tempatnya dan mendekati kearah yuri dan so eun.
Beberapa meter dari kim bum berdiri, polisi bersama bawahan kim bum menghajar semua pelaku kejahatan itu karena sedari awal mereka memberontak. Tak ketinggalan na ra yang adalah pelaku utama terus menghindar dari pukulan yang mengarah kepadanya. Hingga
Braaakk
Tubuhnya yang memang kecil sudah sangat tak sanggup melawan 2 sekaligus pria yang berbadan cukup besar dihadapannya. Dan inilah akhirnya na ra dengan keras tubuhnya mendarat mulus ke tanah. Matanya mengatup seketika, saat polisi yang tadi menghajar na ra mengira na ra pingsan muali meninggalkan dirinya tanpa memasangkan borgol atau apapun itu. Bukan lupa namun pertarungan di sebelahnya menuntut mereka untuk secepatnya mentelesaikan pertaruang cukup sengit itu.
Saat semu sudah asik dengan pekerjaan mereka sendiri sendiri. Dan kim bum yang masih berjalan mendekat kearah yuri mulai memusatkan pandangannya kearah mereka berdua atau tepatnya pada tangan yuri yang masih memegang tangan so eun. Kim bum berfikir jika yuri melepas tangan itu habislah so eun masuk ke dalam lautan kasar di bawah sana.
Yuri yang sedari tadi mematung hanya mampu melihat sang suami mendekat kearahnya tubuhnya bergetar hebat, tubuh itu terasa seperti disetrum bervolt volt listrik yang sangat kuat hingga kakinya saat ini lemas. Saat akan terduduk ke tanah yang kasar mata yuri menyapu pandangannya menatap adiknya yang tadi pingsan mulai bergerak pelan mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
Yuri mengeryit menajamkan matanya dan seketika mata yang tadi hampir mengatur mulai membulat dengan sangat penuh. Pasalnya na ra mengacungkan senjata ke arah kim bum yang masih perlahan mendekati dirinya. Jantung yuri mulai tak terkontrol kan lagi, darahnya mulai mengalir begitu cepat dan oksigen seperti enggan untuk masuk kedalam parunya.
Dor
Brukkk
Yuri melihat adiknya menarik pelatuk pistol itu segera menguatkan kakinya dan berlalu kearah suaminya.
"Tidakk jangannnnn"
Dan jlub peluru yang sudah diberi racun itu menancap pas di jantung yuri yang berhasil melindungi suaminya. Kim bum yang mengetahui itu membelalakan matanya pasalnya yuri melepaskan pegangannya pada so eun dan tubuh so eun melayang seperti dibawa oleh angin.
"So eunnnnnnnn"
Kim bum berteriak dirinya berlari kearah so eun dan naas so eun sudah terjun bebas kedalam lautan lepas itu. Tanpa pikir panjang lagi kim bum ikut terjun dari atas tebing terjal di sana.
Bayangkan lokasi dan adegan ini seperti pada drama the legend of the blue sea saat scene min hoo terjun dengan duyung itu.FLASH BACK END
..........
"Eehhmm"
Lenguhan kim bum menyadarkan so eun yang melamun. Diliriknya kim bum yang saat ini sudah sadar sepenuhnya. Senyum, sebuah senyum tercipta di sana bibir kim bum.
"Kau sudah bangun? Apakah sudah baikan"
So eun menjawab dengan sebuah anggukan perlahan. Dan kalian sekarang pasti sudah bisa menebak jika yang dimakamkan tadi ialah kwon yuri dan yang saat ini terbaring di rumah sakit adalah so eun.
"Hekk"
Bayangkan itu suara sedakan kim so eun saat dirinya ingin berbicara.
"Kenapa"
So eun hanya menjawab dengan menggerakan tangannya ke arah lehernya dan kim bum mengerti apa maksudnya. Mulai dirinya mengambil segelas air yang ada di samping tidur. Perlahan kim bum membantu so eun sedikit duduk agar mudah meminum.
"Sudah bisa bicara sekarang"
"Su...sudah"
"Masih sakit?"
"Lum...lumayan"
"Kalau memang tenggorokanmu masih sakit jangan dipaksakan untuk bicara dulu. Aku masih disini jadi kau bisa bertanya kapanpun itu"So eun menggangguk menuruti kata kim bum. Kim bum mulai mendudukan diriny dengan benar karena dari tadi kim bum menyandar pada sandaran tempat tidur. Dirinya ingin beranjak pergi ke kamar mandi namun sebuah tangan mungil menghentikannya
"Bum"
"Apa"Kim bum memalingkan wajahnya dan mulai menatap so eun kembali.
"Ke...kenapa kita bi...bisa telanjang seperti in..ini"
..........
Hayoo siapa yang nungguin? Jangan lupa buat vote dan commentnya ya. Maaf juga kalo masih banyak typo. Semoga suka, selamat membaca😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
FanfictionCast : Kim so eun Kim bum Kwon Yuri "Kau harus menikahinya ini demi kita juga" "Kau egois" "Kau yang tak paham"