Sakit Tanpa Darah

63.8K 1.7K 17
                                    

-Ketika cintaku hanya berpusat padamu, justru kau meninggalkanku tanpa tahu betapa sakitnya luka yang kau tinggal. Kini aku sadar, sakit itu tidak harus dengan darah. Tanpa darah pun sakit itu tetap ada-

Alana menatap mata saudaranya dengan serius. Dia ingin tahu apa yang saudaranya itu rasakan saat ini. "Apa kamu mencintainya?" Tanya Alana serius. Dia benar-benar ingin tahu bagaimana yang sebenarnya perasaan saudaranya itu pada Keanu, lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya.

Ayara diam sebentar lalu merasakan debaran hatinya ketika Alana menyebut nama Keanu. Lelaki yang telah terang-terangan menyatakan cinta padanya. Aneh. Kini Ayara bisa yakin kalau dia benar-benar mencintai lelaki pemilik senyum menawan itu. Padahal dulu dia sangat membenci lelaki itu karena telah mempermainkan perasaan Alana.

"Ay?" Ayara tersadar kalau sekarang kakaknya itu sedang menanti jawaban dirinya.

"Iya, Al. Aku mencintainya."

"Sejak kapan? Apa kamu berbohong?"

Ayara berjalan sambil menjawab. "Aku tidak pernah membohongimu, Al. Aku mulai mencintainya sejak malam itu," Ayara yang tadi membelakangi Alana kini berbalik badan. "dan kamu tahu Al? Aku mencintainya karena kamu. Karena kamu akhirnya aku sadar kalau aku sangat mencintai Keanu."

"Bukankah kamu bilang kalau kamu benci Keanu? Kenapa sekarang beda?" Alana masih tak percaya dengan pengakuan Ayara.

"Dulu aku membencinya. Apalagi ketika tiba-tiba dia membatalkan pertunangan kalian dan secara tiba-tiba dia menyatakan perasaannya padaku. Aku merasa dia adalah lelaki brengsek. Dengan gampangnya dia membatalkan hubungannya denganmu lalu datang kepadaku. Tapi sekarang aku yakin, Al. Aku yakin kalau ternyata Keanu mencintaiku dengan sungguh-sungguh. Aku tidak pernah mendapat cinta yang besar dari lelaki selain ayah."

Tak dapat dicegah, Alana menangis ketika mendengar pengakuan Ayara. Sakit? Tentu saja. Walaupun hubungan antara dirinya dan Keanu pernah hampir terjadi karena perjodohan, tapi Alana tak memungkiri kalau perlahan lelaki itu mulai memasuki relung hatinya. Belum hilang rasa sakit karena tiba-tiba lelaki yang dicintainya itu membatalkan pertunangan mereka, kini luka itu bertambah ketika dia tahu kalau Ayara membalas cinta Keanu.

Ayara panik ketika melihat air mata yang keluar dari mata teduh milik Alana. Apa tadi dia salah bicara? Atau jangan-jangan Alana belum bisa melupakan Keanu? Ayara khawatir. Alana bukanlah gadis yang bisa meluapkan emosinya dan lebih memilih diam. Dia takut kalau pengakuannya barusan telah menyakiti hati kakaknya itu.

"Kamu kenapa? Apa kamu masih mencintai Keanu, hmmh? Maafkan aku Alana. Harusnya aku tidak mengatakan ini." Ayara segera memeluk Alana.

Alana menggeleng. "Nggak Ay. Aku memang belum sepenuhnya bisa melupakan Keanu, tapi aku harus menerima kenyataan ini. Aku bahagia kalau akhirnya kamu menyadari cintamu. Aku bahagia, Ay." Ayara tersenyum lebar. Sedangkan Alana menutup mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar Ayara.

Pengakuan Ayara barusan telah mengubah hidup seorang Alana. Untuk kesekian kalinya Alana harus merelakan kebahagiaannya demi orang tercintanya, walaupun itu dengan mengorbankan perasaannya sendiri.

***

Gadis itu menatap layar laptop dengan serius. Namun setelah hampir satu jam dia berusaha menulis, belum satupun huruf yang dia ketik. Pikirannya melayang pada pengakuan Ayara semalam. Tatapannya kosong. Bahkan dia tak menyadari kalau seseorang sudah berdiri di belakangnya lalu meletakkan segelas sirup.

"Alana?!" Panggil suara lembut itu. "Kamu kenapa, Sayang?" Tanya Bundanya sambil mengelus rambut panjangnya.

"Al nggak apa-apa Bun." Jawabnya berusaha santai. "Aya mana? Dari pagi Al nggak liat dia." Ayara memang tak terlihat sejak pagi padahal hari itu adalah hari minggu.

"Aya pergi bareng Keanu." Alana tak merespon. "Kamu nggak apa-apakan sayang?" Tanya Bundanya khawatir. Tentu saja Riani khawatir dengan Alana, dia tidak mau kedua putrinya merasa sakit hanya karena seorang lelaki.

Alana duduk di samping bundanya. Lalu dipeluknya wanita yang sudah dianggapnya ibu kandungnya sendiri itu. Dia tidak mau membuat bundanya cemas jika bundanya tahu sampai saat ini dia masih mencintai Keanu. Bundanya akan kesulitan harus berada di pihaknya atau Ayara. Selama ini bundanya tidak pernah pilih kasih antara dirinya dengan Ayara.

"Alana nggak apa-apa Bun. Hanya pusing masalah kuliah dan novel yang belum kelar aja." Ucapnya sambil tersenyum pada bundanya.

"Mau Bunda buatkan kue kesukaan kamu?"

"Emangnya Bunda nggak sibuk?" Riani menangkup wajah putrinya dengan kedua tangannya. Dia sangat menyukai tatapan mata putri sulungnya ini. Lembut dan sangat meneduhkan. Sama seperti mendiang ibu kandung Alana. Tapi Riani bisa melihat kalau Alana saat ini sedang sedih. Matanya berair. Riani memang bukan ibu kandung Alana, tapi hidup sudah bertahun-tahun dengan gadis ini membuat Riani paham akan gadis ini melebihi suaminya.

"Nggak dong sayang. Kamu lanjutin aja ya nulisnya. Bunda buatin kuenya dulu." Alana mengangguk lalu mencium kedua pipinya.

"Makasih Bunda."

"Iya." Riani lalu pergi keluar kamar setelah dia mengusap rambut Alana dan mencium kening Alana.

Mata Alana kembali berair ketika Riani pergi. Hatinya masih belum bisa menerima kalau Ayara bersama Keanu. Dia tahu kalau melepaskan Keanu memang harus, tapi Alana bingung bagaimana caranya kalau Keanu masih sering menampakkan dirinya di depan Alana, belum lagi sikap lelaki itu begitu santai dan bersahabat pada Alana. Apa Alana sebaiknya pergi?

Cinta Untuk AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang