Bagian 1

18.4K 312 74
                                    

Perkenalkan namaku Yusuf, aku tinggal di Yogyakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perkenalkan namaku Yusuf, aku tinggal di Yogyakarta. Kisah ini bercerita tentang dunia yang saat itu sangat menakutkan untukku, semua berawal saat aku masih berusia sekitar 10 tahun. Pada saat itu aku benar-benar tidak tahu dan tidak bisa membedakan antara nyata atau halusinasi, tapi yang pasti "mereka" yang biasa kalian sebut hantu muncul dan memberi tahuku bahwa mereka ada. Bukan hanya selalu tentang "mereka" namun aku juga pernah melihat beberapa kejadian yang belum terjadi.

Aku adalah seorang muslim dan besar dilingkungan dengan mayoritas muslim, aku sering sekali berada di rumah sendiri dikarena kedua orang tuaku menjaga toko kelontong kami yang berada cukup jauh dari rumah. Oh ya aku juga memiliki cerita soal toko kami ini, dimulai saat keluargaku membeli sebuah ruko untuk toko kelontong kami yang baru, 3 bulan setelah toko kelontong kami dibuka aku belum sempat mengunjungi dan belum tahu sama sekali dimana persisnya lokasi toko baru milik kami berada. Sampai suatu malam aku bermimpi aku datang ke suatu tempat yang sangat menyeramkan, aku masuk ke sebuah rumah yang memiliki lingkungan yang sangat tidak biasa lalu aku berjalan memasuki ruang demi ruang, sesampainya aku dibagian belakang rumah tersebut ada yang tidak biasa dan membuatku cukup kaget karena bagian dari belakang rumah yang ku lihat memiliki permukaan tanah yang diatasnya berlumuran darah, darah yang benar-benar berwarna merah dan masih terlihat seperti darah segar yang baru keluar dari mahluk hidup. Tidak hanya darah, disitu aku juga melihat tengkorak manusia yang tergeletak di tanah, jumlahnya lebih dari satu dan disalah satu bagian sudutnya aku melihat ada gundukan tanah yang seolah-olah didalamnya seperti ada sesuatu yang terkubur.

Suatu hari saat ayahku pulang ke rumah ia mengajakku untuk mengunjungi toko baru kami, aku dan ayahku mengendarai motor dengan perjalan sekitar 25 menit. Sampailah kami di toko kelontong kami yang baru dan betapa kagetnya aku karena bangunan toko ini sama persis seperti bangunan yang ku lihat didalam mimpiku beberapa waktu lalu. Aku melihat ruang demi ruang, letak pintunya, bentuk bangunannya, semua sama persis seperti yang ada di mimpiku. Untuk lebih memastikannya aku masuk ke bagian belakang ruko dan saat aku sampai di bagian belakang, yang membuatku lebih terkejut adalah saat aku melihat bagian belakang toko ini memiliki ruang yang sama persis seperti yang ada di mimpiku dimana bagian belakang toko ini juga memiliki bagian bawahnya masih berupa tanah dan disalah satu sudutnya juga ada gundukan tanah. Perbedaan yang ku lihat hanya tidak adanya darah apalagi tengkorak namun yang masih tidak bias masuk dalam logikaku adalah semua yang ada di bangunan ruko ini benar-benar sangat mirip dan mengingatkanku dengan bangunan yang ku lihat di mimpiku. Jujur itu membuatku sedikit tidak nyaman saat sedang berada di toko.

Selain berjualan di kios kami juga memiliki toko kelontong di bagian depan rumah, warung rumahan inilah yang menjadi cikal bakal keluargaku bisa membeli ruko yang baru untuk membuka warung kelontong yang lebih besar. Orang tuaku lebih banyak berada di kios kelontong kami yang baru sehingga aku lebih sering berada di rumah sendirian, karena saat pagi hingga sore aku bersekolah maka pada saat pagi hari orang tuaku mempekerjakan satu orang pegawai untuk membantuku berjualan saat aku tidak ada di rumah, namun pada saat malam hari pegawaiku akan pulang kerumahnya yang terletak tidak jauh dari rumahku. Pada saat malamnya aku akan berada di rumah sendirian, bisa dibayangkan betapa kesepiannya aku. Hiburanku hanya tv yang ada diruang tengah rumah kami, saat aku sedang benar-benar merasa kesepian sesekali aku mengundang teman-temanku untuk berkunjung ke rumahku, selain agar suasana menjadi lebih ramai aku merasa itu bisa membunuh sepi yang kurasakan saat aku sedang sendirian di rumah.

Aku Melihat MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang