Sepulang sekolah aku tidak melihat adik ataupun kedua orang tuaku, ya walaupun aku tahu mereka pasti sedang berada di kios toko satunya aku iseng-iseng bertanya ke pegawaiku,
"Mas, ayah, ibu, sama adek kemana kok nggak ada?", tanyaku.
"Tadi pagi pulang sih dek, tapi cuma sebentar terus balik ke kios", jelas pegawaiku.
"Yowes mas, tak mandi sek, pulangmu nanti sek ya"(ya udah mas aku mandi dulu, pulangmu nanti dulu ya). Ucapku.
Malamnya seperti biasa aku menjaga toko dan di rumah sendirian, aku yang merasa kesepian akhirnya mengirim pesan singkat ke Gagah untuk menemaniku karena kebetulan rumah Gagah tidak terlalu jauh dari rumahku. Kurang lebih 15 menit Gagah sampai di rumahku, kami berdua duduk-duduk di kursi depan warung yang sengaja kusediakan untuk pelangganku, biasanya kursi itu digunakan bapak-bapak untuk merokok dan ngopi disitu. Aku menceritakan hal yang ku alami di perpustakaan tadi sore,
"Jon mau pas aku neng perpustakaan mosok bu Diah ngomong aku dewean, padahal pas aku mlebu ki rasane perpus'e rame banget"(jon tadi waktu aku di perpustakaan masak kata bu Diah aku sendirian, padahal waktu aku masuk tu rasanya perpustakaan rame banget), paparku.
"Hla biasalah santai wae cuma ngajak interaksi to, la di kapakke kowe mau?"(hal biasalah santai aja cuma ngajak interaksikan, terus kamu tadi diapain?), ucap Gagah.
"Rak dikapak-kapakke sih cuma mau rasane enek cah wedok seng papasan pas aku lewat"(ngak diapa-apain sih cuma tadi rasanya ada cewek yang papasan waktu lewat), jelasku.
Saat sedang asik bercerita aku melihat seperti ada seseorang yang lewat dibelakang kami, kami bercerita sambil sesekali menengok ke arah belakang,
*bagian dari ilustrasi
"Ngopo jon? santai wae seng neng mburi kepo pengen ngerti kok dirasani ngopo"(kenapa jon, santai aja yang dibelakang cuma kepo kok diomongin kenapa), jelas Gagah kepadaku.
Pengalamanku di perpus itu adalah awal perkenalan yang sangat tidak mengenakkan yang terjadi padaku, yang tadinya aku sudah merasa aman dan merasa "mereka" tak lagi menggangguku "mereka" malah menunjukan diri dengan jumlah yang sangat banyak. Di kenaikan caturwulan ketiga saat akan ulangan kenaikan kelas, aku mencoba untuk fokus belajar, disitu aku juga mulai mengenal internet namun tentu saja belum sepesat dan secepat sekarang. Terkadang saat aku sedang mengerjakan tugas di warnet sesekali aku iseng-iseng mencari apa yang menyebabkan aku bisa melihat "mereka". Setelah lama mencari entah dalam sebuah artikel ataupun video aku menemukan sebuah kata yaitu "indigo". Suatu hari aku menceritakan pada Gagah apa yang ku baca dan ku lihat dari artikel ataupun video yang ku temukan di internet. Disitu Gagah memberikan sedikit masukan untukku yang baru saja menyadari bahwa aku juga bisa melihat "mereka", Gagah hanya berkata,
"Tidak semua orang bisa melihat "mereka" anggap saja dirimu istimewa sehingga kamu bisa mensyukuri semuanya", papar Gagah.
Namun sampai saat ini, aku sendiri tidak percaya dengan penjelasan yang ku baca karena menurutku aku bukanlah indigo, menurutku aku hanya sedang tidak beruntung bisa melihat "mereka" dan "mereka" juga tidak beruntung karena terlihat olehku.
Selesai aku melaksanakan ulangan kenaikan kelas, dikelas dua ini aku satu kelas dengan Gagah. Aku sedikit tenang karena artinya bukan hanya aku satu-satunya "orang aneh" dikelas ini. Aku merasa sedikit aman karena apa yang aku lihat mungkin juga akan terlihat oleh Gagah sampai pada saat aku mendapatkan kisah yang masih ku ingat sampai sekarang. Pengalaman yang cukup membekas di ingatanku hingga saat ini yaitu saat didepan sekolahan terjadi kecelakaan, dua lajur didepan sekolahku dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi kecelakaan pertama terjadi kurang lebih pukul 7:00 pagi disitu menewaskan seorang pria yang berboncengan dengan istrinya. Kata warga disekitar sekolahan sang istri tidak mengalami luka yang serius namun suaminya meninggal ditempat dengan keadaan yang cukup mengenaskan karena helm yang dikenakannya lepas sehingga kepalanya terbentur jalan dan mengeluarkan banyak darah. Kecelakaan kedua terjadi dari arah yang berlawanan tepat didepan wilayah sekolahanku sekitar pukul 9:00 yang menewaskan seorang perempuan dengan luka yang cukup serius di bagian kepala karena saat itu dia tidak mengenakan helm. Tempat perempuan tadi tewas adalah jalan satu-satunya yang bisa ku lewati untuk pulang, aku yang mendengar peristiwa itu sedikit agak ngeri mengingat kedua korban yang tewas mereka meninggal dalam keadaan yang sangat mengerikan.
Tiba saatnya bel pulang sekolah berbunyi saat aku pulang sekolah mau tidak mau aku melewati tempat dimana perempuan tadi tewas. Aku menuntun sepedaku keluar dari parkiran sepeda barulah didekat gerbang sekolah aku menaiki sepedaku, saat aku melewati lokasi kecelakaan yang menewaskan perempuan tadi aku berusaha untuk tidak memikirkan hal yang aneh-aneh namun justru disitu ada hal yang terjadi dan membuatku sangat takut pada saat melewatinya, secara tiba-tiba ada suara seorang perempuan yang berkata,
"Kok aku matine ngene yo dek" (kok aku matinya gini ya dek).
Aku yang takut dengan sedikit rasa penasaran akhirnya memberanikan diri untuk menoleh ke arah jalanan di belakangku, aku melihat seorang perempuan sedang jongkok dengan kondisi tangan dan kaki penuh dengan darah dengan bagian tengkorak kepalanya hampir terlepas yang membuat lukanya terus mengeluarkan darah. Aku yang sangat ketakutan langsung mengayuh sepeda secepat aku bisa untuk menjauh dari tempat tadi.
Sesampainya di rumah, pada sore harinya aku main ke rumah Gagah dan menceritakan pengalamanku tadi,
"Hahaha, santai to jon mungkin de'e cuma meh jalok tulong kowe, la mbok jaluki nomor hapene rak?"(hahaha santai jon mungkin dia Cuma mau minta tolong ke kamu, gmn kamu sempet minta nomor hapenya nggak?)kata Gagah dengan nada bercanda setelah mendengar ceritaku,
"Yo tapikan aku wedi jon opo meneh nek wujude ngeri"(ya tapikan aku takut jon apalagi kalau wujudnya nyeremin), jelasku.
"Rak po yakin wae nek kowe rak ganggu deen yo rak ganggu kowe"(nggak papa yakin aja kalau kamu nggak ganggu dia juga nggak akan ganggu kamu", jawab Gagah.
Keesokannya aku tak berani untuk melewati tempat bapak-bapak yang tewas kecelakaan kemarin, jadi aku memutuskan untuk berputar sedikit lebih jauh dari jalan yang seharusnya aku lewati. Berangkat dari pengalaman itu aku selalu berusaha menghindari tempat-tempat yang baru saja terjadi kecelakaan karena aku tidak ingin melihat hal yang sama dengan bentuk yang menyeramkan dan sama mempunyai wujud seperti keadaan terakhir pada saat "mereka" tewas.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Melihat Mereka
Horrorcerita ini berdasarkan pengalaman pribadi seorang narasumber dengan mengganti nama tokoh dan tempat kejadian jangan lupa buat follow instagram saya : i_octaviann