Bagian 5

4.1K 91 30
                                    

Akhirnya aku masuk sekolah dengan status baru sebagai siswa kelas 6, artinya aku mendapatkan kelas dengan lingkungan kelas baru yang berbeda yang akan aku tempati selama kurang lebih satu tahun. Ruang kelas yang baru ku tempati ini terpisah dari ruang kelas lain, dibelakang kelasku ada sumur tua yang sudah lama tidak lagi digunakan dan lagi bangunan kelasku ini terlihat masih sangat klasik dengan jendela yang kusebut jendela kayu susun, disekolah ini memang aku jarang mengalami gangguan apapun dari "mereka" namun aku ada pengalaman yang aku sendiri bingung entah ini gangguan atau hanya komunikasi biasa untuk memberitahuku soal keberadaan "mereka".

*Bagian dari ilustrasi jendela susun

Hari itu aku dan teman-teman kelasku janjian untuk bermain sepak bola di sekolahan pada sore hari, aku menunggu di sekitar lingkungan sekolahan dengan beberapa teman untuk menunggu teman-teman lain yang belum datang. Aku berjalan diluar kelas bersama temanku Saga dan Azel, saat melewati jendela di deretan terakhir kelasku, aku seperti mendengar suara seorang perempuan yang sedang menangis, aku penasaran apakah temanku ada yang mendengar apa yang aku dengar,

"Ga krungu enek suoro wong rak?"(Ga denger ada suara orang nggak?) tanyaku ke Saga

"orak ono suoro opo-opo Suf" (nggak ada suara apa-apa Suf), jawab Saga.

Namun karena bentuk jendela kayu ini membuatku tak bisa melihat apa yang ada didalam kelasku. Aku yang penasaran ada apa didalam kelasku menyuruh temanku untuk pergi ke lapangan terlebih dahulu

"Ga, Zel disek'o neng lapangan mengko tak susul"(Ga, Zel duluan aja ke lapangan nanti aku nyusul), ucapku

"yowes tak enteni neng lapangan yo"(ya udah aku tunggu dilapangan ya), jawab temanku.

Aku seorang diri akhirnya memutuskan untuk kembali dan masuk ke dalam ruang kelasku. Awalnya aku tak melihat apapun, namun tiba-tiba munculah sedikit rasa takut di dalam hatiku, takut jika sosok yang ada di kelasku merasa terganggu dengan kehadiranku, namun aku juga penasaran sosok apa yang sebenarnya ada di kelasku. Akhirnya aku berusaha memancingnya agar dia mau menampakkan wujudnya di hadapanku, aku bergeming dalam hati,

"Assalamualaikum, kolo wau sinten nggeh engkang nangis teng kelas niki? Enten seng saget kulo bantu"( Assalamualaikum, tadi siapa ya yang menangis di kelas ini?ada yang bisa saya bantu)",

berkali-kali aku mengatakan hal yang sama namun tidak satupun diantara "mereka" yang menampakkan wujudnya ataupun sekedar untuk memberikan jawaban atas pertanyaanku, aku yang sudah cukup lama berada didalam kelas akhirnya memutuskan untuk kembali ke lapangan menyusul teman-temanku untuk bermain bola. Baru beberapa langkah aku meninggalkan kelas tiba-tiba ada sosok perempuan yang hadir. Sosok ini terlihat seperti orang asing(saat itu aku tidak tau dia orang Belanda) dia memiliki rambut cukup panjang, ikal, saat itu aku memperkirakan mungkin usianya seumuran denganku, "dia" duduk di kursi di bagian pojok kelas sambil menangis dengan menundukan kepalanya. Aku berusaha mendekatinya dan duduk di kursi yang berada tepat di depannya untuk mengajaknya berkomunikasi, aku mencoba memejamkan mataku lalu berbicara didalam hatiku,

"hello kamu siapa? kenapa ada disini?" kataku dalam hati.

Selain berkomunikasi dengan cara begitu aku benar-benar tidak tahu harus dengan cara bagaimana karena memang dunia "mereka" adalah dunia yang baru aku kenal. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk berkomunikasi dengan sosok ini karena "dia" sama sekali tidak mengatakan sepatah katapun, aku berpikir mungkin dia tidak bisa berbahasa Indonesia. Tak lama setelahnya karena aku tak mendapatkan jawaban apapun aku membuka mataku, tapi saat aku membuka mata dan melihat di sekitarku aku melihat kondisi saat itu berubah gelap seperti malam hari. Aku yang kebingungan lalu melihat jam tangan yang ku kenakan saat itu aku melihat waktu menunjukan pukul 17:00 sore, selain keanehan ini aku juga merasa seperti tidak lagi berada dikelas aku seperti berpindah ke tempat lain.

Disitu aku melihat ada sebuah keluarga Belanda, seorang laki-laki berkulit putih yang memiliki postur badan cukup tinggi dan seorang wanita yang sangat cantik mereka terlihat sedang berbicara namun aku sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena mereka berdua berbicara dalam bahasa Belanda, yang jelas ekspresi wajah dari kedua sosok ini sangat terlihat bila mereka seperti sedang ketakutan. Aku mencoba berjalan disekitar rumah itu, di salah satu sudut ada sebuah meja aku melihat ada sebuah foto keluarga didalam foto itu ada sosok laki-laki dan wanita yang sedang berbicara tadi dan ditengah-tengah mereka ada seorang anak perempuan yang sangat cantik yang memiliki ciri-ciri seperti sosok anak perempuan yang tadi menangis didalam kelas.

Setelahnya aku mengikuti dua sosok ini ternyata mereka masuk ke sebuah kamar, dikamar itu aku melihat anak perempuan yang sedang tertidur, sosok laki-laki tadi membangunkan dan menggendong anak tersebut, aku sedikit lupa apa yang sosok laki-laki ini katakan yang ku ingat dia berkata,

"sta op Maria sta op....."

Seketika Maria yang juga merasakan ketakutan dia pun menangis entah karena apa, aku yang berada disitu seketika ikut panik namun aku juga tidak tahu apa yang mereka perbincangkan. Tak lama setelah itu aku mendengar suara yang sangat ramai dari luar, aku tak sempat melihat apa yang terjadi diluar tiba-tiba ada banyak sekali suara tembakan yang salah satunya mengenai seorang wanita yang tidak lain dia adalah ibu dari Maria,

"mama" teriak Maria

Seketika lantai rumah ini dibanjiri darah yang mengalir dari tubuh wanita ini. Sosok laki-laki tadi berlari kebelakang tembok untuk melindungi Maria, setelah dia merasa Maria aman, dia mengambil sebuah pistol yang ada di meja, disitu aku melihat Maria terus menangis sambil mengintip jasad ibunya yang tergeletak di ruangan depan. Sosok laki-laki tadi membalas tembakan ke arah luar namun tak berapa lama rumah itu di dobrak paksa dan disitu aku melihat beberapa orang yang masuk dengan kasar bahkan jasad ibu Maria tidak disingkirkan dari tempatnya, lalu aku melihat ada seseorang yang maju dia seperti kapten pasukan ini dia mendekati ayah Maria mereka berbincang sebentar dengan nada seperti orang marah-marah. Sepertinya tidak ada kata sepakat diantara mereka hingga akhirnya ayah Maria ditembak mati oleh kapten pasukan berseragam ini. Maria yang tahu ayahnya tertembak lari mendekati ayahnya sambil menangis, disitu sebenarnya pasukan tadi tidak menembak, namun pasukan tadi seperti mempermainkan Maria mungkin karena tidak tahan Maria mengambil pistol ayahnya sebelum menembakkan pistol itu ke dirinya. Maria mengatakan sesuatu setelah itu terdengar suara tembakan "dorrr" malam itu Maria dan keluarganya tewas. Setelah itu aku seperti terbangun dari mimpi buruk dengan perasaan sedih yang teramat dalam namun anehnya aku sudah berada didalam ruang kelasku ditempat duduk yang tadi aku duduki saat aku berusaha berkomunikasi dengan Maria. Aku yang kebingungan dan belum tahu kejadian apa yang barusan ku alami aku memutuskan untuk keluar dari kelas lalu menuju ke lapangan dan berpamitan pulang ke semua teman-temanku.

*karena satu dan lain hal saya tidak memberikan ilustrasi di cerita ini

Aku Melihat MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang