Pertemuan Kedua

30 3 12
                                    

     Sesampainya di sebuah Mall besar di kota Jakarta, mereka bertiga kelihatan asyik memilih bermacem merk hem, hingga perlengkapan sekolah untuk Rey. Setelah sekian lama memilih segala keperluan, sehingga tak terasa sudah menginjak larut malam.

"Duhh, udah hampir larut nih. Kita balik dulu aja gimana,"usul Rey.

"Ya udah yuk, mau makan dulu nggak?"tanya Henny.

"Gak usah aja. Nanti keburu tambah malem. Gue duluan aja kali ya,"sambung Anita.

"Kamu mau naik taksi ?"tanya Rey.

"Mungkin,"jawab Anita singkat.

"Jangan. Malem-malem gini gak baik cewek naik taksi sendirian. Kamu kita anter dulu aja ya,"tawar Henny.

"Nggak ngerepotin ?"jawab Anita sungkan.

"Nggak. Yuk buruan,"perintah Rey

     Bintang bertaburan, purnama memunculkan sinar putihnya. Tampah jelas di kaca mobil. Anita menghadap kaca mobil. Dan lagi-lagi teringat Theo yang tadi siang memberikannnya sebuah kado ulang tahun untuknya.

     Muka Anita yang letih ditambah melihat chat dari Theo, menjadikannya setiap orang yang melihat merasa iba.

"Nit, kamu gakpapa kan ?", tanya Rey yang melihat Anita dari kaca mobil.

Diam-diam sambil menyetir mobil Rey mempehatikan gerak-gerik Anita. Tanpa sepengetahuan Anita.

"Eh kenapa ? Iya aku gakpapa kok,"sontak Anita menjawab sambil menutup asal hpnya.

Henny yang berada disamping Rey telah terlelap. Tak membutuhkan waktu lama, kini mobil yang ditumpangi telah mendarat mulus di depan rumah, yang dapat dikatakan rumah mewah.

"Mama kamu gak marah kan anak ceweknya pulang jam segini ?," tanya Theo.

"Santai aja gak bakal kok, orang tuaku gak ada di rumah, mereka kerja di luar kota,"jelas Anita.

"O gitu. Tapi gak sendirian jg kan di rumah ?Rey mulai mengintrogasi.

"Kenapa kamu tanya-tanya. Mau nyusup rumah aku ?"sontak Anita.

"Kok tau ? Aku mau culik dan bawa kabur kamu,"Rey memulai mengoda Anita.

"Awas ya. Ya udah aku masuk dulu ya. Kamu hati-hati. Salam buat Henny,"sambil menunjuk Henny yang tertidur pulas dari kaca jendela mobil yang terbuka.

***

     Tubuh Anita lelah, ia bergegas mengambil handuk dan menikmati udara malam dengan mandi. Tak selang beberapa lama Ia keluar dari kamar mandi, disusulnya Bi Ipah membawakan segelas susu untuk Anita.

"Baru pulang Nduk ?,"tanya Bi Ipah.

"Eh iya Bi,"jawab Anita sambil mengambil gelas berisikan susu uang dibawa Bi Ipah dari nampan.

"Bibi boleh bicara gak Nduk ?,"tanya Bi Ipah.

"Iya Bi,"sambil mengelap rambut yang masih basah akibat keramas.

"Yang datang sama Non Henny tadi ganteng ya Nduk, kelihatannya anak baik-baik juga,"Bi Ipah memulai bicara dengan senyuman mengoda Anita.

Anita mengerti makhsud Bi Ipah. Anita tahu Bi Ipah hanya mengodanya. Maka dengan cepat Anita menghentikannya.

"Aduh bicaranya besok lagi ya Bi, Anita udah ngantuk,"Anita mencoba mengalihkan.

"Ya udah Nduk Anita tidur dulu,"Bi Ipah merasa Anita tidak mood jika sedang digodanya.

****

     Saat Anita menuju kekelasnya Ia melihat tempat duduknya diduduki oleh seorang laki-laki. Tak lain lelaki itu Theo. Saat mengetahui seorang yang ditunggu telah datang Theo sontak melihat ke arah Anita dengan muka penuh harapan.

"Ngapain di situ, minggir,"bentak Anita.

     Wajah Theo berubah drastis, dari wajah gembira menunggu Anita akan memberikan respon positif tentang kado yang telah diberikannya. Tapi malah kustru sebaliknya, sebelumnya Anita belum pernah seperti ini. Belum pernah sekali pun membentak Theo. Seketika tubug Theo seperti robot yang diperintah. Ia mengambil posisi agar badannya tidak menghalangi arah jalan Anita menuju ke mejanya.

     Tak lama setelah kejadian itu, bel masuk pun berbunyi. Theo mengambil gerakan tubuhnya berada di tempat duduknya yang hanya berseberangan dengan Anita.

"Selamat pagi anak-anak,"Bu Diana sekalu guru pelajaran kimia mulai memasuki kelas.

     Bu Diana dipandang oleh murid-murid
"Selamat pagi Bu,"anak-anak serempak menjawab.

"Sebelum pelajaran hari ini kita mulai Ibu akan memperkenalkan murid baru,"Bu Diana memulai pembicaraan.

Tak lama selang waktu Bu Diana memberitahu kami, seorang laki-laki dengan penampilan rapi. Mengenakan dasi dilengkapi dengan lipatan bekas setrika baju yang amat rapi. Sesaat membuat semua kaum hawa di kelas terngangga. Tak diherankan lagi dari penampilannya aura kepintarannya terpancar.

"Hai teman semua. Namaku Reyga Dwi  Sasongko. Kalian bisa panggil aku Rey. Semoga bisa berteman baik dengan kalian semua,"anggun Rey memperkenalkan diri.

Anita terngangga. "Hen, itu Rey, Rey yang waktu itu kita anter ke mall itu kan ? Kok Loe gak bilang gue dia pindahnya ke sekolah kita sih,"tanya Anita.

"Iya sih, biar jadi kejutan aja gitu kesannya,"jawab Henny sambil nyengir.

"Baik Rey. Kamu bisa duduk disebelah situ,"ucap Bu Diana sambil menunjuk bangku di depan Anita dan Henny.

Saat menuju mejanya Rey sempat melihat Anita dan menyimpulkan senyuman manis di depan Anita. Sontak membuat cewek-cewek yang memperhatikan Rey menjadi iri.

"Baiķ anak-anak kita akan melanjutkan mareri kita hari ini mengenai larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Sebagai pengacu buka buku kalian halaman 204,"Bu Diana memulai pelajaran pada pagi itu.

~*~
Maaf baru bisa update. Tetap ditunggu lanjutan cerita Anita yaa🤗. Mohon vote n comentnya kawaannn😁.
29 Maret 2018

anitaaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang