Lima Belas : Help Me

1.4K 306 66
                                    

"Terkadang lo butuh seseorang untuk membantu menyebuhkan luka. Bukan bagaimana, tapi siapa orangnya. ." -Kang Seulgi.

***

Canggung.

Sunyi.

Dan gue

Gerogi.

Jantung gue masih nggak berhenti berdetak kencang meskipun udah 10 menit berlalu sejak gue turun dari gendongan Chanyeol dan mendudukkan diri di kursi penumpang.

Menggigit bibir sendiri, sambil sesekali mengumpat ketika dada gue semakin nggak konstan.

Oke, gue akuin yang tadi bener-bener pertama kalinya gue di gendong sama cowok selain bokap gue sama bang Jay. Itu aja dulu jaman gue masih anak-anak.

Gue masih inget dengan jelas hangat tubuh cowok di samping gue ini. Ketika berbicara dan gue seolah merasakan suaranya. Merdu banget, dan sialnya gue merasa nyaman.

Gue baper.

"Maaf ya, Gi. Kamu jadi kehujanan tadi."

Gue menoleh cepat saat suara Chanyeol memecah keheningan.

"Ya Ampun, enggak lah. Yang ada Bapak tuh yang kehujanan. Sepatu sama celananya basah tuh." kata gue sambil menggulirkan netra gue pada kaki Chanyeol yang basah.

Laki-laki itu tertawa. "Ini mah namanya bukan kehujanan, Gi."

Gue meringis kecil.

Aduh banget tahu nggak sih?

Sedikit aja gue ngerasa santai sama Chanyeol. Pasti ada aja satu hal yang buat gue canggung. Nggak enak!

"Saya anterin sampai depan rumah ya?"

"Nggak usah!" jawab gue hampir memekik. Ini berlebihan gue tahu.

"Kenapa? Ini hujan Seulgi. Kalau saya nurunin kamu ditempat biasa, kamu pulangnya gimana?"

Dengan senyum kecil gue menggeleng. "Nggak perlu, nanti saya bisa minta tolong kakak saya."

"Daripada kakak kamu, ada saya yang udah di depan kamu, Gi."

Gue mengerjap cepat.

"Kalo gitu saya bisa sendiri." kata gue dengan senyum masam. Gue nggak bisa membiarkan Chanyeol nganterin gue sampai depan rumah, kalo ada yang lihat bisa gawat.

Kondisi rumah lagi nggak stabil.

Selanjutnya Chanyeol nggak menanggapi ucapan gue. Dia hanya tersenyum dan kembali fokus pada kemudinya. Gue menatap jalanan kota yang basah karena hujan, remang cahaya lampu jalan sedikit memberikan efek kilau pada genangan air di tanah aspal.

Dalam diam gue tanpa sadar meraba jari manis dimana bekas cincin pertunangan gue berada. Dulu gue bahagia menerimanya, meskipun kecewa dengan prosesnya. Dan sekarang gue kecewa akan segalanya. Kalau saja gue sadar lebih awal, mungkin nggak akan berjalan serumit ini.

"Waktu itu di rumah sakit ngapain?" Chanyeol memecahkan kehenigan untuk kedua kali.

Gue bergeming sesaat, "Ayah saya." jawab gue singkat dan Chanyeol ber-oh panjang tanda paham. "Pak Chan sendiri?"

Chanyeol kembali melengkungkan bibirnya entah untuk keberapa kali, yang jelas, dia mempesona. "Ponakan saya jatuh dari tangga, kakinya patah."

Dan sepanjang perjalanan gue ngobrol sama dia. Gue masih gugup, nggak bisa mengelak setiap dia berbicara gue pun kembali mengingat getaran suara di punggung nya. Lagi dan lagi gue merasakan desiran aneh yang berefek pada penglihatan gue.

Naked Soul (Chanseul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang