Tiga Puluh Sembilan [END]

3K 327 87
                                    

Gue diam selama perjalanan menuju Samsaegil. Sejak kedatangan Sehun dan kalimat brengsek yang dia lontarkan membuat gue nggak bisa untuk berhenti berpikir, apakah Chanyeol seperti yang Sehun ucapkan?

Gue tau gue bego karena nggak bisa lepas dari pemikiran bodoh karena kata-kata brengsek Sehun, yang harusnya nggak gue dengerin karena dia cuma mau ngompor-ngomorin gue. Tapi sayangnya gue nggak bisa menahan diri untuk terus berpikir jelek. Gimana, kalau Chanyeol emang kayak gitu?

***

"Jangan lupa dateng, awas kalo sampe nggak. Gue bakar pabrik lo ntar." Chanyeol memukul kecil bahu Joonmyeon setelah selesai berbincang dan memberikan undang pernikahan kami.

Joonmyeon ketawa. "Santai aja. Gua bawa rombongan alumni SD kalo perlu!"

Setelahnya gue sama Chanyeol berpamit pergi, niatnya mau main sedikit lebih lama sambil liat-liat furnitur rumah tangga disana. Tapi waktu lihat seberapa rame Samsaegil, gue sama Chanyeol memilih langsung ke butik aja.

Lagian waktunya hampir mepet sama jam janjiannya.

"Kamu mikir apa lagi?" Chanyeol bertanya begitu keluar dari pelataran Samsaegil.

Mendengar itu membuat gue menelan ludah susah. Gue sebenernya udah mati-matian bersikap sebiasa mungkin, tapi gue sadar gue nggak pernah bisa menyembunyikan raut kecewa gue, terutama akan pemikiran bodoh itu.

Gue menggigit bibir bawah gue kecil, sebelum menggeleng pelan. Gue nggak ngerti bagaimana laki-laki disebelah ini gue selalu memperhatikan gue dan tau setiap gue berpikir buruk.

Yang jelas, gue selalu merasa senang ketika Chanyeol paham tentang gue, meskipun satu waktu gue menganggap itu sebagai kelemahan untuk gue.

"Nggak perlu bohong, tadi kamu sendiri yang bilang bakal berhenti mikir yang enggak baik. Sekarang mikir apa lagi?" kali ini gue bisa mendengar jelas nada jengah dalam kalimat Chanyeol.

Gue memilih bungkam. Karena gue takut semakin gue bersuara, gue takut kalau gue lepas kendali dan ngomong yang enggak-enggak. Dua minggu sebelum pernikahan, kenapa harus ada masalah begini sih? Kenapa gue mesti ragu cuma karena Oh Sehun brengsek itu?!

***

"Yaampun Seulgi... Kamu cantik bangeeeet!" tante Yola, dia pemilik butik ini berseru histeris begitu gue keluar dari bilik kamar ganti.

Chanyeol yang udah ganti dengan setelah tuxedo putih juga menatap ke arah gue dan tersenyum lebar. "Cantik banget, Gi." dia udah berdiri di depan gue, Tatapannya nggak lepas dari gue.

Dan itu sukses membuat gue tersipu.

"Dudududuhhh, tante nggak bohong ini ya, kalian itu cocok banget. Cantik satunya ganteng uuhhh sini sini tante photo dulu ayuk ah." tante Yola menyeret gue ke salah satu sudut ruangan, meminta gue sama Chanyeol untuk berpose sebelum di jepret.

Setelahnya gue merasakan tangan kekar Chanyeol yang meraih pinggang gue, merapat dengannya. Gue mendongak menatap rahang bawah Chanyeol yang kokoh, ganteng. As always.

Tapi sedetik kemudian, memori perkataan Sehun itu dengan brengsek nya melintas di otak gue. Melunturkan senyum dibibir gue dan gue sangsi Chanyeol melihatnya.

Setelah tante Yola meninggalkan gue berdua bersama Chanyeol. Gue menatap pantulan diri gue di cermin dan disana gue bisa melihat wajah sayu yang nggak sadar terus gue pasang selama seharian ini.

"Kamu masih nggak mau cerita kamu kenapa?"

Suara chanyeol terdengar lagi menyadarkan gue.

"Aku baik-baik aja kok."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naked Soul (Chanseul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang