Empat : Dinner

1.6K 332 19
                                    


Gue selesai dandan. Dengan memakai gaun yang di kasih mama barusan, gue keluar kamar dan turun untuk membantu mama menyiapkan makanan.

"Biar Egi aja. Gantian mama yang siap-siap ma." ucap gue sambil mengambil alih piring di tangan mama.

Mama menoleh ke arah gue dan menggulirkan tatapannya dari ujung kepala gue sampe ujung kaki. "Kenapa ma? Aneh ya? Bukan aku yang pilih baju loh" kata gue.

Bukan menggelengkan kepala atau menjawab apa. Mama malah senyum-senyum aneh yang bikin gue nggak bisa untuk nggak mengernyit heran padanya. "Apa sih, ma. Liatnya gitu banget. Egi tahu egi nggak cantik." gue cemberut.

Sebagai satu-satunya anak cewek di keluarga gue. Mereka emang selalu bilang kalau gue ini cewek paling cantik. Iyalah secara disini kan cuma ada gue sama Mama. Tapi kalo liat foto masa mudanya mama mah, gue minder deh sumpah. Dia lebih cantik dari gue. Dan disaat seperti itu gue bakalan nyalahin papa yang punya tampang nggak semenjual otaknya.

Mama ketawa waktu denger ucapan gue, dia mengusap pipi gue lembut. "Cantik, kak. Cantiiik banget sampai mama bangga punya putri cantik kayak kamu."

Mendengar ucapan mama bikin gue bulshing. Iyalah, kan jarang banget gitu mama meng-elukan gue cantik dengan tatapan sedalem itu.

"Udah sana. Mama siap-siap menyambut tamu. Disini biar aku yang selesein." gue mendorong mama menjauh dari dapur.

Gue emang nggak pinter masak, tapi soal hias menghias dan menata meja makan biar cantik. Itu keahlian gue. Gue menghias sedemikian rupa, sesuai dengan selera keluarga Sehun yang gue ingat. Mereka sedikit nggak suka dengan kata sederhana, tapi nggak sebegitu terobsesi sama kata mewah dan berkelas.

Gue maklum aja sih, mereka kan keluarga konglomerat ternama di Seoul. Kebanyakan pejabat tahu siapa itu keluarga Oh yang meng-handle perusahaan segede MH Enterprise.

45 menit berlalu, Mama selesai merapikan diri, kemudian menghampiri gue yang udah 90% menata meja makan. Membantu gue memberikan sentuhan terakhir dan selesai. Sekarang tinggal nunggu kehadiran keluarga Sehun yang katanya bakal dateng jam 7 malem. Berarti sepuluh menit lagi.

Gue, mama, papa, dan dua adek gue duduk di ruang keluarga. Mas Jay sama mbak uwa nggak ada, mereka masih di Jeju. Kita lagi nonton acara tv yang biasanya di tonton sama papa. Mereka fokus sama layar di depan mereka sementara gue masih sibuk mengatur detak jantung gue yang nggak konstan ini.

Gue nggak ngerti kenapa bisa se-nervous ini padahal acara makan malam keluarga ini udah biasa dilakukan sejak tiga tahun lalu gue sama Sehun saling mengenalkan satu sama lain ke keluarga masing-masing.

Oke, gue tau ini karena masalah Sehun yang ketahuan selingkuh dan gue nggak cerita apapun sama keluarga gue. Ini soal Sehun yang nggak menghubungi gue sama sekali dan tiba-tiba dateng memboyong keluarganya makan malem di rumah gue.

"Lo kenapa deh kak. Belingsatan banget kayak cacing di taroh di penggorengan aja. Nervous calon suami mau dateng?" tanya Jiwoo dengan nada mengejek.

Gue lirik dia pake tatapan maut yang gue punya. Ini adek satu nggak pernah sopan sama gue, dia kalo disuruh nge hina gue paling semangat. Mukanya paling bungah dan itu bikin gue enek liat nya. Nggak kaya SiHo yang bisa tuh ngomong sopan sama gue.

"Bukan urusan lo." jawab gue judes

Dia ketawa denger tanggepan gue. Dasar adek durhaka!

SiHo yang duduk tepat di sebelah gue bertanya. "Kakak sama bang Sehun udah jarang keluar bareng ya?"

Gue tersenyum tipis. Bukan lagi jarang Ho! Nggak pernah malah, boro-boro ngajak jalan. Ngajak V-call aja kaga pernah.

Duh! Kok miris banget ya hidup gue? Udah mau nikah malah di giniin. Jadi pengen nangis lagi gue kalo inget kelakuan Sehun.

Naked Soul (Chanseul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang