Chapter 1

33 5 6
                                    

Alarm biru di atas meja kayu kecil menunjukan pukul lima lewat sepuluh menit. Alarm itu berdering nyaring dan berhasil membangunkan seorang gadis berparas sederhana yang sekarang sedang mengulet malas. Bertepatan dengan itu, teriakan seorang perempuan dari lantai bawah juga terdengar.

"Alya, bangun! Sudah siang!" teriak perempuan itu yang Alya kerap panggil "mama".

Gadis bernama Alya itu pun mulai berjalan terhuyung-huyung ke kamar mandi yang masih berada di kamarnya.

10 menit setelah berada di dalam kamar untuk berberes, Alya turun ke bawah untuk menikmati sarapan yang sudah dibuatkan oleh Gita, ibunya.

"Ehh, anak mama udah cantik aja." Gita menyambut anak sulungnya dengan sangat senang. Hari ini adalah hari pertama Alya memulai semester ketiganya di bangku SMA.

"Hai, maa!" sapa Alya dengan girang. Sambil menggendong tas ranselnya, ia berjalan menuju meja makannya yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam makanan.

Tidak lama setelah itu, Nicholas, adik laki-laki Alya yang sekarang menginjak bangku SMP, keluar dari kamarnya yang beradi di lantai satu.

"Pagi, ma. Pagi, kak." ucap Nicholas dengan sopan.

"Pagi, Nicho. Asik nih sekarang sudah masuk SMP." ledek Gita sambil masih mempersiapkan sarapan untuk kedua anak kesayangannya.

"Ma, papa sudah berangkat?" tanya Alya sambil menarik bangku makannya dan duduk.

Gita mengangguk pelan dan memberi setangkup roti berisi selai coklat. "Sudah. Alya mau susu atau teh?"

"Susu!"

Gita berjalan menuju dapur dan mengambil sekotak susu coklat cair. Lalu, Gita mengambil dua gelas kaca dan menuangkan susu itu ke gelas.

"Nicho pasti mau susu, kan? Nih udah ya. Sekarang di makan." Gita mempersilahkan anak-anaknya untuk menyantap sarapan.

"Ma, papa udah berangkat ya?" tanya Alya beberapa saat setelah ia makan.

"Udah. Kan tadi udah nanya. Emangnya Kenapa?"

"Nggak kenapa-napa sih. Nanya aja hehe."

Selesai sarapan, Alya dan Nicho langsung bergegas berangkat sekolah. Setelah salim kepada Gita, mereka berdua berjalan ke depan gang rumah mereka untuk menunggu angkot. Angkot yang menuju ke sekolah Alya sampai duluan, maka Alya langsung masuk ke dalam angkot itu dan melambaikan tangannya kepada Nicho yang dibalas dengan senyuman hangat.

Angkot yang dinaiki Alya tiba-tiba membunyikan klakson dan berhenti, menandakan ada seseorang yang ingin menaiki angkot tersebut. Alya memperhatikan sosok yang naik. Jujur saja, Alya merasa takut karena yang naik itu laki-laki dan semua pakaiannya serba hitam, ia juga memakai tudung hitam dan masker hitam yang membuat wajahnya tidak terlalu kelihatan.

Sekarang Alya bersebrangan dengan laki-laki itu. Laki-laki itu terus menunduk, tidak mau melihat kemana-mana. Alya yang merasa ia sudah terlalu lama memperhatikan laki-laki itu akhirnya kembali fokus ke jalan. Namun yang terjadi malah laki-laki itu sekarang melihat ke arah Alya. Yang terlihat hanyalah iris matanya yang berwarna coklat pekat, selebihnya tertutup oleh tudung dan masker hitamnya. Alya merasa sangat tidak nyaman, namun sepertinya alam sedang baik kepada Alya karena tidak lama setelah itu, sekolah Alya sudah terlihat.

"Kiri ya, mas."

Setelah mendengar arahan dari Alya, supir angkot tersebut meminggirkan angkotnya dan Alya dengan cepat langsung turun dari angkot itu.

Bersamaan dengan angkot yang ditumpangi Alya pergi, Alya memasuki halaman sekolahnya. Ia melihat sekelilingnya dan melihat beberapa anak kelas 10 yang memakai atribut untuk MOS, berlari ke arah kelas yang telah ditentukan untuk menjadi kelas sementara mereka.

Hope [ Repost ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang