"Apa kabar?!" ucap Devina setengah teriak dari seberang sana.
"Baik! Lo sendiri gimana?"
"Luar biasaaaaahhh!!" ucap Devina dengan suara yang lebih tinggi dari sebelumnya. "Mau tau nggak kenapa luar biasa?"
Alya tertawa dan mengangguk girang. "Karenaa..." Devina menyeringai, sengaja membuat Alya gemas.
"Ah lama! Cepetan!" kata Alya gemas sendiri karena Devina tidak kunjung menyelesaikan kalimatnya.
"Karena gue pindah ke sekolah lo!!" kata Devina sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan senyuman terukir cerah di wajahnya.
Alya terdiam sedetik lalu berteriak khas para perempuan yang sedang kegirangan. Ia ikut mengangkat tangannya. Alhasil, mereka berdua saling berteriak dengan laptop sebagai penghubung mereka.
Namun, tiba-tiba Alya berwajah serius. "Lo serius kan? Lo ga bercandain gue kan?" kata Alya sambil menunjuk wajah Devina yang ada di layar laptopnya.
"Sumpah! Apa perlu gue pinky swear?" jawab Devina sambil mengacungkan jari kelingkingnya dengan muka yang sama seriusnya dengan Alya.
Alya tertawa dan menggeleng. "Nggak perlu. Percaya kok percaya." Alya menarik napasnya yang mulai habis karena tertawa. "Lo masuk kelas apa?"
"IPS dong. IPS ... berapaa gitu. IPS 2 kalo nggak salah."
"Oalah ternyata lo anak baru IPS 2."
Devina mengangguk dengan muka datar namun tersenyum sedikit, bangga karena bisa menyusul teman karibnya ke sekolah ternama di daerah mereka.
"Oh iya," Alya teringat akan informasi tentang ada dua anak baru di kelas IPS 2. "Katanya ada dua anak baru. Kan satunya lo, satu lagi siapa? Lo tau nggak?"
"Hmm.. bentar inget-inget dulu, ya." Devina mengerutkan dahinya dan berpikir keras. Alya memperhatikan raut wajahnya dengan teliti, sampai-sampai dahi Alya ikut berkerut.
Tiba-tiba, Devina menepuk tangannya, berhasil membuat Alya kaget. "Kaget, Dev! Astaga."
"Gue tau, Al. Gue tau! Lo nggak akan nyesel deh nanti lihat anak baru itu." ucap Devina dengan nada meyakinkan.
"Nyesel? Kenapa emangnya?" Devina hanya menanggapi Alya dengan senyum meledek. Alya langsung sadar akan makna dari wajah itu. "Ganteng banget?"
Devina langsung tepuk tangan. "Emang deh lo doang yang bisa ngertiin arti dari raut muka gue."
Alya dan Devina sama-sama tertawa. "Tapi, muka dia tipe-tipe cowo bandel gitu loh." ucap Devina.
"Kan lo seneng banget tuh sama tipe muka kayak gitu." jawab Alya enteng.
Devina menyeringai. "Masih inget aja. Tapi serius deh. Dia tuh kayak... hmm anak SMP siapa ya yang paling mirip dia."
Alya yang kapok terlalu serius menunggu jawaban dari Devina pun akhirnya mengambil botol minum di dekat mejanya dan meneguk beberapa kali.
"Ah! Mirip Jovian!"
Alya menutup botol minumnya. "Oh, ngga ganteng ganteng banget itu mah."
"Ih! Mukanya ya ngga kayak Jovian. Cuman unsur unsur nakalnya mirip."
"Oh, rahangnya tajam terus slengean gitu gayanya?" tanya Alya memastikan.
Devina mengangguk keras. "Bener, bener! Gue yakin temen-temen lo udah pada ngomongin dia."
Alya tertawa sedikit. "Iya, sih. Tapi yang cowo-cowo juga ngomongin lo."
"Ganteng-ganteng ngga?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [ Repost ]
Fiksi RemajaAlya Nabila Tara atau yang akrab dipanggil Alya merupakan siswa SMA biasa yang mengalami masalah remaja pada umumnya, yaitu cinta. Ditengah-tengah usahanya menyelesaikan masalah itu, datang seseorang yang mungkin bisa membantu masalahnya dan merubah...