Chapter 5

10 3 0
                                    

Kepala Alya pusing saat ia bangun, dengan keadaan masih memakai lensa kontak, ia ternyata sudah tidur selama kurang lebih 9 jam.

Dengan malas, ia berjalan menuju kamar mandi dan membuka lensa kontaknya. Alya melihat dirinya ke kaca, matanya lumayan merah. Ia bersyukur lensa kontaknya tidak bergeser sampai masuk ke bagian mata yang sulit dijangkau.

Ia kembali ke kamarnya untuk melihat jam di ponselnya, yang sekarang menunjukkan 04.20 subuh.

Alya memegang kepalanya yang sekarang terasa berat sekali. Sebenarnya ia sangat ingin kembali ke alam mimpi, namun ia takut telat untuk sekolah. Maka, dengan keadaan pusing, Alya nekat untuk mandi.

Setelah selesai mandi dan menyiapkan semua keperluan untuk sekolah, ia turun ke bawah dan mendapati ibunya masih berbenah untuk keperluan sarapan.

"Loh, Alya?" Gita yang tadinya sedang menyiapkan piring dan garpu, langsung menaruh semua atribut makan tersebut dan menghampiri Alya. "Kok sudah bangun?"

Gita memeriksa semua atribut yang dipakai Alya. "Sudah rapi lagi. Sampai nametag aja udah dipakai."

"Iya, ma. Alya kebangun tadi. Mau tidur lagi takut telat."

Gita menuntun Alya ke ruang tamu sambil membawa segelas air putih dan duduk bersama anak sulungnya itu. "Alya, kamu.. inget nggak kejadian semalan?"

Dengan bingung Alya menatap ibunya. "Kemarin?"

Seketika, kilas balik tentang kejadian semalam terputar. Ia ingat ia ditarik oleh seseorang dan dibekap dengan sapu tangan yang bau, ia juga ingat ada yang menyelamatkannya, walaupun ia sudah keburu pingsan.

Ragu-ragu Alya menjawab. "Ingat sedikit.. kenapa, ma?"

"Kamu inget nggak ada yang nyelamatin kamu?"

Alya mengangguk pelan namun raut wajahnya menggambarkan ia tidak terlalu yakin.

"Orang yang nyelamatin kamu, kemarin mama suruh ke rumah." ucap Gita tersenyum girang.

"Ganteng tau, pemberani pula." lanjut Gita gemas sendiri

"Lah, kok aku yang diselamatin, mama yang kegirangan? Ngomongnya kayak Ria banget lagi, jangan-jangan mama tuh mamanya Ria." ucap Alya lalu meminum air putih yang tadi dibawakan oleh ibunya.

"Ya, siapa tahu itu jodoh kamu nanti."

Alya tersedak dan langsung terbatuk-batuk. "Egrhhmm! Aneh-aneh aja nih mama." ucapnya.

"Ya kan kita nggak tahu." Gita berdiri dan berjalan menuju dapur. "Kan mama bilang, siapa tahu."

"Alya ketemu anaknya aja belum, mama udah mikir dia jodoh Alya." ucap Alya dengan matanya mengikuti pergerakan ibunya.

Di tengah-tengah percakapan itu, Nicho keluar dari kamarnya dengan memegangi lengan atasnya.

"Kenapa tanganmu?" tanya Alya dengan muka bingung.

"Angkat kakak lah kemarin! Berat banget, pegel tanganku."

"Eh, aku tuh kemarin hampir celaka loh! Masa aku dimarahin sama adik sendiri?!"

Nicho tersenyum meledek. "Kenapa kakak cowok yang kemarin nggak bawa kakak aja langsung keatas?"

Alya membelalakkan matanya. "Ya masa-"

"Udah, udah." ucap Gita menenangkan kedua anaknya. "Nicho, mandi sana terus langsung ganti baju. Bajunya sudah mama siapin di dekat pintu kamar mandi."

Nicho menyeringai meledek Alya yang Alya balas dengan kepalan tangan terangkat, seperti ingin memukul.

"Daripada kamu marah-marah," ucap Gita dengan pelan. "mendingan kamu langsung ke ruang makan aja. Sarapannya udah siap."

Hope [ Repost ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang