2. Menanti Chat

218K 16.7K 2K
                                    


"Seandainya mesin waktu Doraemon benar-benar ada, aku akan meminjamnya untuk kembali ke masa lalu. Bukan untuk mengulang kenangan indah dulu, melainkan menghapus semuanya tanpa ada yang tersisa."

÷÷÷


"Saya pesan Stark paket satu."

"Saya pesan yang paket dua."

"Saya minumnya aja, Justice Juice."

"Mohon maaf, menu-menu itu sudah lama tidak ada. Sekarang kami hanya menjual menu-menu yang ada di sini," kata seorang pramusaji sambil membantu membuka buku menu di atas meja.

"Kalau Avenger Lunch?" tanya salah satu dari 4 rombongan pemuda berpenampilan santai.

"Itu juga sudah tidak ada."

"Kenapa? Padahal 2 tahun lalu saya ke sini, menu-menu itu masih ada. Bahkan, menurut saya kedai ini cukup kreatif dengan menamakan menu-menu makanan menyerupai tokoh-tokoh super hero terkenal," keluh pelanggan itu panjang lebar. Ia melirik buku menu di atas meja. Yang tertera di sana hanya menu biasa yang bisa ia dapatkan di kafe-kafe mana pun.

Rombongan pemuda itu bangkit. Mereka jadi tidak berselera untuk makan siang di kafe ini. Padahal awalnya mereka berharap bisa bernostalgia ke masa-masa 2 tahun lalu saat mereka masih kuliah. Mereka sering mengajak teman-teman sekolahnya untuk nongkrong di tempat ini. Menyantap makan siang atau malam bersama-sama sambil menikmati etalase pajangan robot-robot mini di salah satu sudut kafe. Atau sekedar membicarakan kesamaan hobi tentang segala hal yang berhubungan dengan mesin dan robot di tempat yang pas. Namun, suasana kafe ini tidak lagi mendukung.

"Pemiliknya udah bukan pak Galang ya, Mba? Kafenya jadi beda dari yang dulu." Salah satu dari mereka berpendapat.

"Iya, deh kayaknya." Temannya ikut menyahut sambil memindai pandangannya ke sekitar. "Biasanya di tembok ini ada mural berupa coretan-coretan komponen robot Iron Man, tapi sekarang udah nggak ada. Jadi nggak seru."

Pramusaji yang masih berada di dekat mereka tidak bisa merespons apa pun. Keluhan seperti itu sudah sering ia dengar. Namun, setiap kali ia menyampaikannya pada anak pemilik kafe ini, ia selalu diminta untuk mengabaikannya saja.

"Di sini tempat buat makan, bukan buat ngomongin robot-robot nggak penting itu!" Suara Saga terdengar menginterupsi. Semua mata kini memperhatikannya. "Nggak akan ada lagi robot di kafe ini!"

Salah satu dari 4 pemuda itu menunjuk Saga. "Lo anaknya pak Galang, kan? Kenalin, nama gue Fajar, mahasiswanya pak Galang waktu beliau masih ada." Ia mengulurkan tangan ke arah Saga, namun Saga hanya menatapnya dengan tidak suka.

"Kalian bisa keluar sekarang! Di sini bukan tempat nongkrong buat mahasiswa-mahasiswanya pak Galang!" kata Saga angkuh. Kenyataannya, Saga paling benci bila ada yang mengingatkannya pada sosok papanya.

Rombongan pemuda itu saling tatap dengan bingung. Menurut Mereka, tidak seharusnya Saga memperlakukan pelanggan seperti itu.

Mereka membubarkan diri dengan kesal karena pengusiran Saga. Hal ini membuat Citra yang memperhatikan putranya dari meja kasir merasa sedih. Ia tidak menyangka kepergian suaminya 2 tahun lalu menjadikan Saga seperti sekarang ini. Saga tidak lagi punya mimpi sejak ditinggal pergi oleh super hero-nya sejak kecil.

Saga kini menoleh pada pramusaji yang masih berada di dekatnya. Ia memberi teguran singkat, kemudian menghampiri mamanya untuk memberi salam karena ia baru saja tiba.

"Saga, gimana kalau kita ubah konsep kafe ini seperti 2 tahun lalu? Mama pikir itu ide yang bagus. Karena Mama sadar sejak kita mengubah konsep menjadi seperti sekarang, kafe kita jadi nggak seramai dulu."

Saga [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang