"Apa artinya pintar kalau nggak punya attitude?"
÷÷÷
Hari ini Selin tiba di sekolah lebih cepat 5 menit dari biasanya. Bahkan, pak Wawan, satpam sekolahnya menyadari hal itu.
“Hai, Non Selin tumben datang lebih cepat 5 menit dari biasanya,” sapa pak Wawan ketika melihat Selin baru saja memasuki gerbang sekolah dengan tergesa-gesa.
Pak Wawan memang terkenal ramah pada murid perempuan. Selin berterima kasih sekali pada pak Wawan karena saat MOS hari terakhir waktu itu mengizinkannya masuk gerbang secara diam-diam padahal ia sudah terlambat. Sejak hari itu pak Wawan hafal dengan namanya.
“Iya, Pak. Lagi ada perlu,” jawab Selin sekenanya. Tanpa menunggu tanggapan dari pak Wawan yang ia duga akan memperpanjang percakapan yang tidak penting, Selin segera berbelok ke area parkir sekolahnya.
Matanya dengan mudah menemukan vespa berwarna biru langit yang terparkir di sana. Selin berdecak kesal. Padahal ia berharap Saga belum sampai dan Selin berencana akan menunggunya di tempat parkir untuk mengambil buku catatannya. Namun, lagi-lagi ia kalah cepat.
Tidak ada pilihan lain, Selin harus ke kelas Saga sekarang juga. Ia berjalan cepat. Dari pada naik lift yang pasti dipenuhi senior, Selin lebih memilih naik tangga menuju area kelas 12 di lantai 3.
Sesampainya Selin di sana, ia baru sadar bahwa ia tidak tahu Saga berada di kelas apa? Ia hanya tahu bahwa Saga kelas 12.
Selin memberanikan diri bertanya pada dua orang cowok yang berjalan hampir melewatinya.
“Kak, boleh tanya? Yang namanya kak Saga ada di kelas mana?”
Kedua cowok itu saling tatap sesaat, kemudian salah satu di antaranya bertanya balik. “Saga yang mana, nih? Gamadi Sagara atau Sagara Miller?”
Waduh! Selin tidak tahu nama panjang Saga.
“Saga anak IPA atau IPS?”
“Eh?”
“Saga yang kalem atau yang songong?”
“Eh?” Selin makin kebingungan.
“Ciri-cirinya gimana? Rambut hitam atau coklat?
Selin sungguh tidak tahu Saga yang dicarinya adalah Saga yang mana. Dia hanya tahu Saga adalah anaknya om Galang. Bila Selin mengatakan itu, apa mereka tahu Saga yang mana yang ia maksud?
Sebelum Selin melontarkan kalimatnya, sebuah getaran singkat di sakunya membuatnya buru-buru meraih ponselnya. Ada pesan balasan masuk.
081789101 : Nggak usah ke kelas gue. Kita ketemuan aja di kantin lantai 2 pas jam istirahat
Selin menghela napas lega, kemudian mengangkat kepalanya. Ditatapnya 2 kakak kelas yang masih menunggunya bersuara. “Nggak Jadi, Kak. Makasih,” katanya sambil tersenyum sungkan.
Selin segera berbalik, menuruni anak-anak tangga menuju kelasnya di lantai 1. Dalam hati, ia masih berharap agar Saga tidak membuka apalagi membaca isi buku catatannya.
***
Di kelas, Saga duduk di kursinya sambil memperhatikan sebuah foto di ponselnya yang baru saja diambilnya beberapa waktu lalu secara diam-diam.
Tidak ingin membuang waktu, Saga bergerak cepat. Sejak pagi-pagi sekali ia sudah berada di dekat rumah yang diduganya adalah tempat tinggal wanita simpanan papanya.
Seperti dugaannya, tidak lama kemudian seorang gadis berseragam khas sekolah Nuski keluar dari rumah itu dengan tergesa-gesa. Saga segera mengambil gambar dengan ponselnya sebelum gadis itu melaju dengan ojek online yang sudah menunggu di depan pagar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Ficção AdolescenteSaga "Yang kembali bermimpi karena senyummu." a novel by PIT SANSI __________________________________ Selin Ananta, cewek penuh semangat yang dijadikan objek balas dendam oleh Saga. Saga menduga Selin ada kaitannya dengan semua paket hitam yang dite...