1. Menghindar

69 11 0
                                    

"Ahra."

Kutolehkan kepalaku kesamping, lalu tersenyum sambil melambaikan tangan pada sahabatku.
Idy adalah nama sahabatku, aku sudah bersahabat dengannya sedari SMP sampai sekarang SMA pun, aku bersahabat dengannya.

Idy menghampiriku. Sambil membalas lambaian tangaku tadi.

"Tumben dateng pagi." Aku tidak tahu dia itu mengejek atau apa.

"Gue kayanya serba salah ya, dateng pagi salah, dateng siang juga salah. Jadi, gue harus gimana biar gak disalahin mulu."

Sialnya. Idy malah tertawa mendengar balasan ku itu. "Kayanya hidup lo emang serba salah deh ra."

Aku mendengus mendengarnya. "Sialan lo!." Umpatku.

Dan idy kembali tertawa.
Benar-benar ya nih anak. Pagi-pagi sudah membuat orang kesal. Ugh!. Jadi gak mood lagi kan ku.

"Dia udah dateng belom?." Tanyaku.

"Dia siapa nih."

Tuh kan. Dia kayanya hobi banget deh buat aku kesel.

"Tahu, ah. Udah yuk, anterin gue kekantin."

Aku menarik tangannya untuk pergi kekantin.

Setelah memesan nasi goreng pada bunda kantin, aku langsung duduk menunggu pesananku. Sambil menunggu, aku memainkan ponsel untuk menghilangkan rasa bete.

"Kalo belom sarapan dirumah, harusnya lo dateng siang aja kali ra. Biar pagi-pagi gak usah kekantin kaya gini."

Aku membalasnya tapi tidak mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Suka-suka gue lah. Lagian kalo gue dateng siang males banget ketemu dia. Mending dateng pagi, bisa ngumpet."

"Bisa ngumpet apaan. Kemarennya lagi apaan tuh, lo, dateng pagi tetep aja bisa ditemuin sama dia."

Aku menghela napas pelan. Menaruh ponsel disaku baju kemudian berkata. "Dy, jangan buat gue kesel lagi dong. Males banget tahu."

"Lo, pede banget ra. Gue gak buat lo kesel tahu. Cuman nge-tes aja."

"Sama aja itu."

Mendengar idy yang tertawa, aku menarik napas panjang. Rasanya pengen lem mulutnya deh.

Gak lama pesananku datang. Aku mengucapkan terima kasih, kemudian langsung memakannya.

"Gue rasa, dia bayarin makanan lo, deh."

Aku menghentikan kunyahan dimulutku ini, menelannya dan langsung meminum air putih. "Jangan bilang itu kak dary."

"Sayangnya bener."

Aku membalikan kepalaku untuk memudahkan melihat kearah pandangan idy melihat. Ternyata benar, disana kak dary sedang duduk bersama teman-temannya itu. Dia juga sepertinya sedang berbicara dengan bunda kantin yang menjual nasi goreng. Belum lagi tangannya yang menyondorkan uang pada bubda kantin, yang membuat ku tidak napsu makan.

Melihat dia yang seperti itu, aku bangkit dari bangku."Kelas yuk. Gak nafsu lagi gue makan." Setelah itu aku pergi meninggalkan kantin.

Idy terkejut mendengar ucapanku barusan. "Loh, sayang banget itu nasi gorengnya ra. Abisin dulu kek."

"Bodo." Balas ku dari kejauhan.

[ ].

Ahra jahat banget ya, baru di bayarin aja emosinya udah kaya gitu, apalagi di kasih sesuatu sama daryan. Hm..masih ada yg mau lanjut baca kan...

Bogor, 18 Maret 2018

Sepatu Luka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang