8. Percakapan

27 4 0
                                    

Upacara baru saja selesai beberapa menit yang lalu, aku membuka topi dan menidurkan kepalaku diatas meja.

Anak silat sudah pulang dari olimpiade, mereka mendapat lima medali salah satunya kak Daryan yang mendapat medali emas. Dia memang jago sih sedari smp juga.

"Ra, kak Daryan mau ngomong sama lo katanya."

Aku menatap Idy yang baru datang sama Ola, lalu melihat ke ambang pintu. Disana ada kak Daryan.

Dengan malas aku menghampirinya. Kak Daryan tersenyum melihat ku menghampirinya, mungkin menurutnya pembuktian selama empat belas hari dengan mengirim surat yang sama pada ku setiap hari bisa merubah pikiranku. Cih, padahal itu membuat ku muak.

"Mau ngomong apa?" Tanyaku to the point.

"Di deket mushola aja, disini rame."

Aku memutar bola mata malas, sudah mau aku menghampirinya tapi dia meminta tempat yang jauh.

"Istirahat aja kalo gitu." Kemudian aku kembali masuk kedalam kelas. Masa bodo sama kak Dary yang melongo melihatku.

Bel istirahat berbunyi dan kak Dary sudah menungguku di depan kelas.

"Kak Dary udah stan by tuh Ra. Samperin gih."

Aku meresleting tas. Tanpa disuruh pun aku akan menghampirinya dan menjelaskan bahwa aku sangat amat tidak menyukainya.

Aku dan Kak Dary berjalan menuju belakang mushola dan berdiri saling berhadapan.

"Thanks udah mau ngomong sama gue."

Aku mengalihkan pandangan. Tak ingin menatapnya. "Gue suka sama lo udah lama, Ra. Dari pas pertama kita kelas tujuh."

"Entah lo, yang gak peka atau emang gue nya yang belum benar-benar suka sama lo. Jadinya gue baru bisa ungkapin pas mau lulus."

"Lo, tahu Ra. Pas kita satu SMA gue seneng banget bisa satu sekolah lagi. Tapi ternyata lo bukan Ara yang dulu."

Kak Dary memberi jeda dalam ucapannya. Aku masih saja tak menatapnya. Lebih tepatnya tak mau menatap mata nya.

"Kenapa menghindar, Ra? Kalo emang gak bisa balas perasaan gue ya udah gue bakal coba gak paksa. Tapi please jangan menghindar."

Hening cukup lama, aku mencoba menatap matanya. "Lo, tahu gak, kak. Pas pengakuan lo waktu di kantin itu gue bener-bener kaget dan gak tahu lagi harus gimana. Gue gak nyangka ternyata lo suka sama gue. Gue bingung kak, gue udah terlanjur nyaman kalo kita cuman sahabatan, tapi lo minta lebih dan gue gak bisa."

Kak Dary terdiam mendengar penjelasanku.

"Oke. Kalo itu memang mau lo, gue gak bisa paksa."

Kak Dary pergi meninggalkanku. Aku teringat sesuatu dan langsung saja mengatakannya pada kak Dary sebelum dia tahu dari orang lain.

"Gue pacaran sama Radith."

Langkah kak Dary terhenti. Radith adalah sahabat dekatnya, mengikuti eskul yang sama dan ada di kelas yang sama. Bahkan duduk berdampingan.

Selama empat belas hari kak Dary ikut olimpiade, aku dekat dengan Kak Radith dan Dia menyatakan perasaannya padaku. Karna aku juga menyukainya, maka aku terima perasaannya.

[ ].

Ini kayanya part paling panjang ya.

Btw jangan lupa vote.

Sepatu Luka (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang