Pagi yang cerah pun tiba, Jaejoong telah bangun terlebih dahulu sebelum Yunho dan kedua anaknya bangun. Ia akan menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Jujur, ia merasa lelah. Tetapi, ingin sekali Jaejoong menikmati semua ini selagi ia mampu.
Jaejoong telah mempersiapkan segalanya, ia membuat nasi goreng dan menyiapkannya di meja makan. Tak lama Jaejoong menahan rasa nyeri dan mual pada perutnya, sesegera mungkin Jaejoong menuju westafel untuk memuntahkan sesuatu disana. Hanya darah yang keluar dari mulutnya, tangannya gemetar melihat darah itu, bahkan matanya terasa sangat panas. Ia memang telah berkata siap untuk mati, tetapi bisakah kalian ketahui? Jaejoong sangat tidak inginkan hal ini. Ia masih ingin hidup, ia masih ingin menghabiskan waktu bersama Yunho dan kedua anaknya, ia masih memimpikan kehidupan indah bersama keluarga kecilnya. Ia masih ingin hidup, tetapi ia pun sadar bahwa ini sulit, sangat sulit. Jaejoong segera membasuh mulutnya, ia tak ingin Yunho atau kedua anaknya mengetahui hal ini.
Setelah semuanya terlihat membaik Jaejoong kembali menuju kamar untuk membangunkan ketiga orang yang sangat ia sayangi. Setibanya disana, Jaejoong menyentuh lengan Yunho, tetapi ingatannya akan masa lalu kembali menghantuinya.
"Kka! Jangan pernah memasuki kamarku! Sudah aku katakan berkali-kali bukan?" Ujar keras Yunho.
Tangan Jaejoong pun gemetar, ia menutup mata untuk melawan rasa itu. Yunho sudah berubah, batinnya. Tangan Jaejoong perlahan menggerakan lengan Yunho dengan sedikit tidak meyakinkan, bahkan bibirnya saja ragu untuk berucap. Kenangan buruk itu seakan menjadi hantu yang terus menakuti Jaejoong. Menjadi penghalang dirinya. Bagaimana ini?
Perlahan mata Yunho terbuka karena merasa tidurnya terusik, Jaejoong segera menarik tangannya karena takut Yunho memarahinya. Yunho sadar akan wajah ketakutan Jaejoong, tetapi ia mencoba membuat Jaejoong sendiri melawan rasa takut itu secara perlahan.
"Sudah pagi ya?" Tanya Yunho segera beranjak duduk. Jaejoong mengangguk dan menunduk. Bahkan ia menahan tangannya yang gemetar. Yunho melihat tangan itu, bahkan pandangannya menatap wajah Jaejoong yang menahan rasa takut.
Chu~
Yunho segera mengecup pipi Jaejoong agar ketakutan Jaejoong sirna perlahan. Jaejoong terkejut dan menatap Yunho yang kini telah tersenyum menatapnya.
"Seharusnya kau menciumku untuk membangunkanku sayang." Ujar Yunho menggoda Jaejoong, pipi Jaejoong pun merona, bagaimana mungkin ia melakukan itu?
"Aku takut aku mengganggu tidurmu Yun, maka dari itu aku ragu untuk membangunkanmu." Ujar Jaejoong, Yunho tersenyum. Ia pun meraih tangan Jaejoong yang sedari tadi Yunho lihat terus gemetar. Yunho pun mengecup lembut kedua tangan tersebut dengan bergantian.
"Aku mencintaimu Jae. Aku ini suamimu, tak usah takut. Mengerti?" Tanya Yunho menatap Jaejoong.
"Aku pun sangat mencintaimu Yun. Aku sedang berusaha, tetapi semuanya terus datang menakuti."
"Perlahan, aku yakin kau pasti mampu." Jaejoong pun mengangguk paham.
"Aku sudah buatkan kalian sarapan. Cuci muka Yun, aku akan membangunkan anak-anak." Yunho mengangguk paham, ia pun beranjak dari kasur tersebut menuju kamar mandi, setelahnya Jaejoong membangunkan Changwook dan Changmin yang masih terlelap.
....
....Boa terlihat begitu kesal, bagaimana mungkin anak buahnya di kediaman Yunho dapat tertangkap polisi? Jika saja Seunghyun tidak mengabarkan hal ini? Mungkin saat ini BoA sudah mendekam di kantor polisi.
"Bagaimana bisa mereka tertangkap? Ash! Rencanaku sedikit lagi berhasil Seunghyun-ah." Kesal BoA.
"Kau yang terlalu bodoh atau kau tidak melihat situasi selama ini? Ingat saat kita mengobrol dan anak Jaejoong mendengar obrolan kita? Apa ia tidak curiga sedikitpun?" Tanya Seunghyun. BoA segera menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARNATION✔
Fanfiction'Apa kau tahu Changwook-ah makna bunga kertas ini? Bunga yang bermakna begitu dalam. Suatu hari nanti kau akan tahu.' 'Seandainya kau tahu kenyataannya Changmin-ah! Apa kau masih ingin membencinya?!' .. 'Kembalikan anak-anakku Yun, ku mohon kembalik...