Siapapun pasti terluka saat kehilangan anaknya, begitupun Jaejoong. Yunho tahu ini kesalahannya, tapi sudah sangat lama Jaejoong menjadi tak waras karena anaknya, dan tetap saja Jaejoong bersikeras anaknya dua, bukan satu. Yunho tak tahu itu. Satu atau dua pun percuma, kenapa? Karena ia tak mampu melihatnya.
24 tahun memang telah berlalu, bahkan Yunho mengabaikan kedua orangtuanya hanya untuk Jaejoong, ia tak tahu sampai kapan Jaejoong kembali berpikir jernih, bahkan sampai kedua orangtua Yunho meninggal pun, Jaejoong tetap sama. Ia terjebak dalam kesedihannya.
"Dia Jaejoong, untuk mengambil harta ini, Harabojimu berpesan agar kau menikahi pemuda miskin itu."
"Umma yang benar saja. Aku sudah punya kekasih dan itu Boa."
"Yun, hanya sampai seluruh harta jatuh padamu. Umma yakin Boa mengerti, hanya menikahinya, terserah kau mau apakan dia."
.
Yunho menatap Jaejoong yang saat ini sedang dibujuk makan oleh seseorang, selalu dan selalu. Yunho pun akan mencari dokter untuk kesembuhan Jaejoong yang sebenarnya sia-sia. Mengapa? Jaejoong tak sakit, ia hanya terluka secara psikis.
"Haneul bisa tinggalkan kami?" Ujar Yunho, Haneul pun mengangguk dan meninggalkan Yunho bersama Jaejoong. Jaejoong memeluk kedua lututnya, ia pun hanya mengucap kata yang selalu ia ucap, anak dan anak-anaknya, tidak yang lain. Yunho mengusap lembut wajah Jaejoong, tetapi sesaat hatinya tercabik setelah merasakan bekas luka di sekitar pipi dekat telinga Jaejoong.
Plak!
Yunho menampar keras Jaejoong, bahkan ia melemparkan beberapa gelas kepada Jaejoong. Salah satu gelas tersebut pecah dan mengenai pipi dekat telinga Jaejoong. Darah mengalir, tetapi Yunho hanya tertawa.
"Pergi kau pel*cur! Kau tahu? Kau pergi dan aku akan membayarmu, kau hanya bagian dari rencana! Kau itu sangat memuakkan! Setelah semuanya kembali ke tanganku, aku akan menikah dengan Boa!"
"Ani, Yun dengar. Boa itu bukan wanita baik, dia hanya mengincar har-"
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Jaejoong membuat rasa sakit itu semakin dalam.
"Boa wanita baik! Dan kau yang jahat!"
..
Yunho tersenyum miris mengingatnya, bagaimana ia harus meminta maaf? Bagaimana? Nasib pemuda ini hancur ditangannya dan keluarga Yunho sendiri. Yunho menarik tubuh Jaejoong dan memeluk erat Jaejoong. Jaejoong hanya diam, ia pun menatap Yunho. Ia tahu Yunho menyesal, tetapi saat ini Jaejoong tak mampu berpikir sehat, ia tak gila, karena Jaejoong tahu kedua anaknya masih hidup.
..
..
Seorang pemuda berambut coklat berpipi tembam menghampiri Changmin yang terlihat begitu kacau, bahkan lihat saja pekerjaan Changmin terlihat begitu berantakan.
"Kau kenapa?" Tanya pemuda manis tersebut. Changmin hanya diam dan bersandar pada bangkunya serta memejamkan kedua matanya.
Pemuda manis itu segera menarik bangku dan duduk disamping Changmin.
"Masih memikirkan ucapan Appamu?" Tanyanya, Changmin hanya menganggukan kepalanya. Pemuda manis itu hanya menghelakan nafasnya.
"Kyu, aku hidup dan besar dengannya, kau tahu semua mengatakan aku ini anak haram yang dibuang, bahkan Appa membawaku karena orangtuaku meninggalkanmu, lalu sekarang Appa menyuruh aku mendatanginya? Gila bukan? Aku datang setelah terbuang? Mungkin aku memang datang, tapi nanti. Saat pesta kematiannya." Ujar Changmin disambut pukulan dikepala dari Kyuhyun, si pemuda manis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARNATION✔
Fiksi Penggemar'Apa kau tahu Changwook-ah makna bunga kertas ini? Bunga yang bermakna begitu dalam. Suatu hari nanti kau akan tahu.' 'Seandainya kau tahu kenyataannya Changmin-ah! Apa kau masih ingin membencinya?!' .. 'Kembalikan anak-anakku Yun, ku mohon kembalik...