Cukuplah suatu keyakinan ini menjadi obat terbaik. Bahwa semua yang Allah ciptakan adalah titipan yang suatu hari akan diambil kembali. Termasuk bapak.
======================================
Malam beranjak pagi, keadaan semakin sepi. Angin yang semula berembus dari pintu-pintu yang terbuka lebar, kini seakan malu-malu untuk masuk bahkan menelusup diam-diam pada celas fentilasi udara. Takut akan mengganggu kekhusyukan seorang hamba yang tengah mengadu derita. Meminta dengan jeritan yang panjang agar apa pun kehidupannya setelah ini, hatinya diberikan ketegaran seluas hati ibunda tercinta.
Bapakmu iku, Nduk. Orang baik hati. Tak pernah buat sakit hati orang-orang yang ditemuinya. Allah lebih sayang beliau. Ikhlaskanlah.
Sekali lagi, gadis itu bersujud. Bersimpuh bak seorang bayi tak punya kuasa. Menjerit dalam sujudnya yang panjang. Menghadap sebagai hamba yang sangat lemah. Seperti seorang musafir kehilangan arah dan didera dahaga luar biasa. Seakan nyawa sudah sampai di tenggorokan, tapi tak ingin lepas sepenuhnya dari raga.
Diangkatnya kembali kedua tangan dari balik kain mukenah yang dikenakan. Bergetar seluruh tubuh mungil gadis itu. Bergetar pulalah sepasang tangannya yang menengadah. Tak sanggup. Ia kembali menenggelamkan diri dalam sujudnya.
Bukankah memang begitu seharusnya, sikap seorang hamba di hadapan Allah? Setinggi apa pun kepala seorang manusia, tempatnya tetaplah di bawah. Setara dengan kaki saat dalam sujudnya.
Jangan beratkan Bapak di sana, Nduk. Seng eling. Seng ikhlas. Wis dadi Takdir. Jodoh, rezeki, maut iku semua urusan ne gusti Allah. Kamu ndak boleh seperti ini.
Kembali, bahunya bergetar hebat. Teringat sahutan orang-orang menghujaninya malam itu. Saat Naya menangis histeris dan bulak-balik pingsan setelah mendapati kabar kepergian Bapak yang bahkan ia tak sempat melihatnya untuk terakhir kali.
Pedih hati tak bisa tergambar dengan apa pun lagi. Sesungguhnya tak ada seorang pun yang baik-baik saja ketika dihadapkan dengan sebuah perpisahan. Apalagi ini. Perpisahan alam. Sudah terputusnya semua urusan seorang hamba dengan kehidupan dunia, dan melanjutkan kehidupan selanjutnya, ialah akhirat yang kekal.
Dahulu saat Naya masih kecil, bapak sering bercerita. Dunia adalah sebuah persinggahan menuju kehidupan yang kekal. Seperti seorang musafir yang melakukan perjalanan panjang. Perjalanan itulah yang akan menentukan tempat di mana nanti kita akan tinggal. Di akhirat sana, antara di surga atau nerakalah kita akan tinggal.
Naya baru paham sekarang. Perpisahan itu datang ketika jatah hidup seorang manusia di dunia ini sudah habis. Betapa sakitnya sebuah perpisahan itu. Terlalu cepat dan mengejutkan, sehingga ia tak benar-benar mempersiapkan dirinya dengan baik.
Cukuplah suatu keyakinan ini menjadi obat terbaik bagimu, Nak. Bahwa semua yang Allah ciptakan adalah titipan yang suatu hari akan diambil kembali. Termasuk bapak.
Terakhir, petuah Ummah—kakak perempuan bapak yang biasa dipanggilnya demikian—mencoba menenangkan Naya yang setelahnya mendapat tidur lelap dalam pelukan Ibu.
Damar? Sampai saat itu, Naya belum bertemu dengannya lagi. Yang terakhir diingatnya, Naya dikerubungi Ibu dan sanak-saudara perempuannya di ruang keluarga. Di atas kasur lipat yang sengaja digelar di sana.
***
Esoknya, Uki mengantar Naya dan Damar ke makam Bapak. Seolah tak puas menangis semalaman, di atas tanah merah yang masih basah itu, Naya kembali terisak. Ia berusaha mengingat pesan ibu untuk tidak menangisi bapak lagi. Nyatanya, sekuat apa pun ia menahan, tangisnya tetap saja pecah. Di sisinya, Damar ikut berjongkok. Mengangsurkan sebuah sapu tangan. Sedang tangan kirinya memegang gagang payung besar berwarna hijau tua. Melindungi Naya seolah ia adalah sebongkah es batu yang akan mencair jika tersorot matahari secara langsung. Siapa pun yang melihat pemandangan mereka kini, pastilah memuji sikap Damar sebagai suami perhatian. Sekali lagi, suami perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
General FictionDi antara begitu banyak ketidakpastian, pernikahan menjadi salah satunya. Ambil yang baik-baik dan buang yang buruk-buruknya, ya. Selamat menikmati kisah yang kuhidangkan. Jangan lupa keluhkan apa-apa yang dirasa kurang saat mencoba mencicipi sat...