Your hand in mine
When we're interwined everything's alright
***
[note: dua chapter terakhir termasuk chapter ini udah bukan dialog-dialog lagi yaa, tapi berbentuk narasi hehe]
Niall mengamati cewek berambut hitam pekat itu dari jauh. Gadis itu terlihat senyum-senyum dan dikerubungi banyak orang, dengan toga di kepalanya, menutupi sebagian rambut indahnya. Mau tak mau, Niall ikut tersenyum.
Butuh waktu beberapa menit sampai akhirnya gadis itu menyadari tatapan Niall yang belum lepas sedaritadi.
Niall langsung salah tingkah begitu gadis itu menatapnya, jadi dia hanya tersenyum sambil melambai dan berkata 'Hai' tanpa suara, membuat gadis itu mendekat.
"Hai," kata Niall lagi, kali ini senyumannya lebih lebar.
"Hey, Niall," ucap gadis itu dengan senyumannya juga. Niall nyaris pingsan kalau saja gadis itu tidak segera menghentikan senyumannya. "Kenapa? Hahaha."
"Nggak apa-apa. Selamat ya, Seira Robertson, lulusan terbaik tahun ini," ucap Niall sambil menjabat tangan gadis itu.
"Thanks." Hanya itu yang diucapkan Seira sebelum dia menarik tangan Niall sampai memeluknya. "Aku kangen kamu, Niall. Sejak kejadian berantem itu kita nggak pernah komunikasi lagi."
Mata Niall membelalak sementara tangannya melingkar di punggung gadis itu. Wangi parfum lemon milik Seira tercium begitu menyengat.
"Aku juga nggak ngerti kenapa cara kita putus dulu kekanak-kanakan banget," ujar Seira sambil terkekeh di bahu Niall.
Cowok itu hanya terdiam, lalu tersenyum. "Sama."
"Kamu cowok paling baik yang pernah aku temuin, Niall. Mungkin nggak ada lagi yang kaya kamu," kata Seira lalu melepas pelukannya. "Aku harap kita bisa balikan. Kaya dulu lagi, ketawa-tawa lagi..."
Dada Niall serasa ditinju begitu mendengar ucapan polos dari Seira, ditambah lagi gadis itu mengatakannya sambil tertawa.
"Kalo gitu, kenapa kita nggak bisa balikan?" tanya Niall. Perlu beberapa detik sampai akhirnya Niall menyadari pertanyaannya sangat bodoh.
Oh, nggak mungkin.
"Karna aku bakal pergi jauh. Aku ambil beasiswa di Columbia. Amerika, Niall! Keren banget!" Seira memekik sendiri sambil cengengesan.
Niall tersenyum. "Selamat."
"Kamu sendiri? Kuliah, kan?"
"Iya... aku ambil di Manchester."
Mata Seira membulat, lalu gadis itu bertepuk tangan. "Keren."
Belum sempat mereka berbincang lebih lama, nama Seira sudah dipanggil oleh beberapa anak di belakang sana bak penggemar memanggil idola.
"Emmh," Seira melemparkan senyum minta maaf pada Niall. "Sampai ketemu nanti, Niall!"
Niall hanya memandang ke arah Seira yang semakin lama semakin menjauh.
***
he thought there will be no end
he thought she'll never ever leave him
because he used to believe in something;
something called love
a/n
gue double update (malah triple sama ntar malem) karena hari ini mau gue abisin cerita ini. YESH, SATU CHAPTER LAGI ADALAH EPILOG HEHEHEHEHE
cepet banget ya?:') ga nyangka kan? nyangka ga? dadah dadah dulu di kamera itu sebelah sana
good evening<3
KAMU SEDANG MEMBACA
n i a l l
FanfictionKatanya, pacaran tapi bertingkah seperti teman itu asyik. Itu fakta... atau opini?