Aku mendesah kecewa, proyek penelitianku gagal lagi
Kalau bukan karena mama, aku tak akan mau berhadapan dengan angka dan rumus menyebalkan ini
Lebih baik aku menjadi relawan dan bergulat dengan lumpur, karena aku merasa itulah duniaku
Ah, tentang laki-laki di taman itu, aku memutuskan untuk mememuinya
Jatuh cinta membuatku menjadi perempuan tak tahu diri
Sebenarnya, dengan kebisuan laki-laki itu aku merasa ditolak sebelum menyatakan perasaan
Ya sudahlah, aku sudah terlanjur basah
Lebih baik menyelaminya daripada kembali dengan tangan hampa
Sore ini awan hitam terlihat semakin pekat
Senja yang biasanya menggantung indah, kini tak terlihat
Namun aku tetap mengikuti kata hatiku untuk menemuinya
Harapku semoga hujan tak turun
Dia masih duduk di tempat yang sama saat aku menghampirinya
"Namaku Senja,"
Kalimat pertama yang ia ucapkan setelah pertemuan kami yang ketiga
Dia menoleh dan membuatku menahan nafas untuk beberapa detik
Baru kali ini aku melihat cipataan Tuhan seindah dirinya dari dekat
"Aku anak yang tak diinginkan. Aku anak dari laki-laki yang berbeda dengan kedua kakakku."
Matanya menatapku begitu dalam
Aku bisa melihat rasa marah, sedih dan kecewa menyatu di bola mata gelapnya
Senja kembali menghadap ke jalan raya dengan tatapan kosong
Aku ingin memeluknya, tapi kusadari jika aku bukanlah siapa-siapa
Yang bisa kulakuan hanya diam, menunggu senja menghilang ditelan malam