-Jika Tuhan tidak memberikanmu takdir indah, mungkin Ia punya akhir yang indah untukmu.-
♡♡♡
Aku masih sering duduk di cafe yang sama tempat kamu membuat janji. Setiap September selalu ku habiskan di cafe ini pertahunnya. Tapi kamu tak kunjung menemuiku. Ini bahkan sudah lebih dari setengah lusin yang kamu janjikan, tapi kamu tak kunjung datang.
Maaf aku sudah tidak ingin menunggu lagi, aku akan berhenti menanti-nanti kamu. Ketika kamu datang dan membaca surat ini maka, saat itu aku sudah pergi jauh, menemui cinta pertamamu yang sering kau ceritakan, menemuinya di surga sana. Aku yakin saat aku bertemu cinta pertamamu, maka dia akan menceritakan tentang masa kecilmu yang sempat ia lihat sebelum ia meninggalkanmu
Ketika surat ini tiba di tanganmu, maka bukalah buku biru yang pernah kau beri, disana ku tuliskan semua jawaban atas pertanyaanmu.
Inilah rahasiaku selama ini, Aku Mencintaimu Alvian Sastra.Maaf, aku tak setia menunggu.
Dariku, orang yang
Dulu membencimu
Lalu mencintaimu,Raina Handini
♡♡♡
Aku melipat kembali setelah membaca surat yang datang pagi tadi. Membaca surat itu membuat aku merasa apa yang dirasakan Raina selama menungguku
Terkesan menghukumnya, aku menyadari kesalahanku yaitu, membuatnya menunggu tanpa mengabarinya. Aku ingin kembali, menjumpai Rainaku, menjumpai Ayah, berkunjung ke makam Bunda, atau sekedar bercanda bersama Bibi. Tapi semuanya tak bisa ku lakukan. Jika aku kembali semua akan percuma, Raina sudah bahagia, Ayah sudah menjumpai Bunda sebab itu Bunda tak perlu ku kunjungi lagi, atau Bibi yang menghilang tanpa kabar.
Saat ini aku masih duduk di balkon kamarku, di temani udara dingin dan secangkir espresso. Menatap langit, jam sudah menunjukan pukul 17.15 tapi matahari masih tetap terik. Aku merindukan Dia, apa aku masih pantas kembali?
♡♡♡
Jakarta, Oktober 2018. 13.45 WIB
Aku berdiri memegang koper dan membopong ransel di pundakku. Menatap Ibukota yang berubah dari sembilan tahun silam. Menatap cafe yang sembilan tahun lalu menjadi saksi perpisahanku dengan Raina.
Aku melangkahkan kaki, memasuki cafe di depanku. Menatap lekat-lekat setiap penjuru cafe, terlalu banyak yang berubah.-batinku
Melanjutkan langkahku, aku menemui salah satu waiters untuk bertanya. Setelah di beri tahu aku langsung menghampiri sang pemilik cafe .Devi, namanya. Dia yang mengirimi aku surat titipan dari Raina.
"Sejak perpisahan kalian, setiap bulan September Raina selalu kesini. Duduk di kursi yang sama persis sembilan tahun yang lalu. Kursi ini yang kita duduki ini." ucap Devi sembari tersenyum. Kelihatannya dia ramah.
"Sejak saat itu kita mulai berteman, biasanya setelah senja pergi dia juga akan ikut pergi. Tapi September lalu ada yang berbeda dari Raina. Dia lama duduk di sini sampai cafe ini tutup dan dia hanya mampir di awal bulan, dia juga menitipkan surat. Awalnya aku simpan surat itu menunggu kamu yang mengambilnya, tapi aku pikir kamu nggak akan kembali jadi aku kirim suratnya. Raina juga titip ini buat kamu!" jelas Devi kemudian memberi buku diary, berwarna biru dengan grafiti bertuliskan 'Rain'. Itu adalah buku yang pernah aku berikan kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello October [2/2] (End)(Revisi)
Kısa HikayeOktober, after letter came. "Maaf, aku bahkan tak bisa menjamin. Apa aku akan kembali atau tidak?" Ps Author: haii!! Coba aja dulu mampir. Not bad kok! Baca sampe akhir ya!! Kenapa harus sampe akhir? Karena, Aku punya suprise. Note: ini one-shoot...