Daniel menatap dua sejoli yang baru saja turun dari mobil Rubicon berwarna hitam. Netranya menyipit, tangannya kini mencengkram stir mobil. Bahkan, bibirnya sudah menyungging seraya menatap pemandangan di depannya.
Park Sooyoung, sang kekasih dan Ong Seongwoo, sang sahabat. Kini tengah berbincang tepat di depan matanya.
"Mereka... selingkuh? Di belakang gue? Haha, lelucon macam apaan nih?" gumam Daniel seraya tertawa hambar.
Dirasa sudah merasa terganggu dengan apa yang dilihatnya, Daniel memilih untuk keluar dari mobilnya. Lelaki bermata sipit itu berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Oalah, Ong Seongwoo disini." ucap Daniel yang sontak membuat Ong maupun Sooyoung. Berbeda dengan Sooyoung yang terlihat panik, lain hal nya dengan Seongwoo, pria jangkung itu terlihat santai-santai saja.
Daniel mengecup pipi Sooyoung sekilas, "Kamu kok nggak minta aku aja yang jemput?"
Sooyoung menggeleng. Tanpa Daniel ketahui, kini Sooyoung tengah mengepalkan kedua tangannya. Ia rasa ia ingin menangis detik ini juga.
Sooyoung, bodoh.
"Uhm, kebetulan tadi kak Ong mampir ke butik. Katanya mau bikin baju buat ketemu sama kliennya."
Bagus Park Sooyoung, lo bahkan udah bisa ngebohong dengan handal.
Seongwoo menyunggingkan seringai, tentu pria itu paham dengan apa yang Sooyoung katakan, "See? Jangan suudzon sama gua begitu, Niel. Liat mata lo seolah-olah mau makan gua idup-idup." goda Seongwoo.
Daniel berdecak, "Ck, kalau bisa juga udah gua lindes lu pake truk!"
"Buset, galak amat ah!"
"Balik sana lu." usir Daniel sambil mengibaskan tangan kanannya.
Seongwoo mengangkat bahu, "Ogah, gua mau minum secangkir teh hangat dulu dari Sooyoung." balasnya.
Sooyoung hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala saat melihat kelakuan dua pria di hadapannya.
"Ya udah, pada masuk dulu aja, yuk. Nggak enak kalo diliat tetangga."
Kontan, baik Daniel maupun Seongwoo buru-buru berlari menuju pintu rumah Sooyoung. Sooyoung langsung pusing dibuatnya.
"Daniel, Kak Ong! Nggak malu sama kelakuan yang kayak gitu? Nanti gimana kalau Ayah sama Ibu lihat?"
Perkataan Sooyoung lantas membuat keduanya terhenti sejenak. Kini keduanya malah sibuk merapihkan pakaiannya, seolah-olah ingin tampil sempurna bak pangeran negeri dongeng.
"Wow, Seongwoo tampan." ucap Seongwoo pada dirinya.
Daniel yang tidak mau kalah, kini ikut-ikutan, "Wow, Daniel lebih tampan."
"Oh tidak bisa. Seongwoo paling tampan."
"Mana bisa?! Daniel tampan."
"Kagak! Gua tampan. Gua paling tampan disini."
"Teu! Pokoknya gua paling ganteng. Ya kan, Sooy?"
"Seongwoo tampan ganteng handsome. Nggak nerima penolakan."
"Gua ah, gua. Predikat itu khusus buat gue, Seong."
"Najis, muka lu kayak kelinci di pasar kaget aja punya predikat khusus."
"Sialan lu, tupai! Muka lu tuh kayak tupai di spongebob."
"Elu kelinci pasar kaget!"
"Elu tupai di spongebob!"
"Kelinci pasar kaget lu dasar!"
"Tupai lu tupai lu!"
Sooyoung menghela nafas, "Saya cape, kalau masih mau debat silahkan."
Sontak, Daniel dan Seongwoo menatap Sooyoung, "Jangan!" teriak keduanya secara bersamaan.
"Jangan apaan?" Sooyoung mengernyit.
Seongwoo menyeletuk, "Jangan pergi-pergi lagi... Aku tak mau sendiri... Temani aku tuk sebentar saja, agar aku tak kesepian..."
Daniel menoyor kepala Seongwoo, "Serius gablag."
"Dua rius malah."
Sooyoung mendengus sebal, "Udah deh, mendingan kalian pulang a—"
Tiba-tiba pintu rumah Sooyoung terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ibu Sooyoung.
"Adek? Ya Allah, bukannya diajak masuk ya... Ayo masuk, nak. Sooyoung suka kebiasaan begitu."
Sooyoung cengengesan. Lalu, gadis itu memasuki rumah mendahului Daniel dan Seongwoo, "Masuk aja, jangan malu-maluin. Awas loh!"
Ibu memukul pelan tangan Sooyoung yang menunjuk ke arah Daniel dan Seongwoo, "Hush! Jangan begitu, Dek."
Daniel dan Seongwoo pun memasuki rumah Sooyoung. Lalu duduk bersebelahan menunggu Sooyoung yang mungkin sedang ke kamar dulu.
Sooyoung datang masih menggunakan pakaian yang belum di ganti sambil membawa nampan berisikan dua cangkir teh dan beberapa toples kue.
Gadis itu menaruhnya di meja ruang tamu, lalu mengambil duduk di samping Ibu.
"Ibuuuuu.... Maafin Daniel yang nggak bawa apa-apa, kesini mendadak banget Buuu... Maafin aku yaaa?"
Ibu terkekeh pelan, "Nggak apa-apa kali, Niel. Kamu kayak ke siapa aja."
Kemudian, Ibu melirik ke arah Seongwoo, "Eh, yang ini siapa namanya? Ibu baru lihat, kamu baru pertama kali kesini, ya?" tanya Ibu ramah.
Seongwoo mengangguk pelan, lalu tersenyum tipis, "Nama saya Seongwoo, Tante."
"Panggil Ibu aja, ya?"
Seongwoo lagi-lagi mengangguk, "Baik, Bu." balas Seongwoo kikuk.
"Seongwoo lucu, ya?" Ibu Sooyoung menatap sang anak. Sooyoung lantas tertawa pelan. Sedangkan, Daniel sedikit mendengus kecil.
"Ayah mana, Bu?"
Ibu menjawab, "Ayah lagi main sama temen-temennya." jawab Ibu. "Serius deh, Seongwoo lucu. Ibu jadi suka."
Daniel kalah telak. Biasanya dirinya yang selalu di puji Ibu, tapi sekarang? Seongwoo dan Seongwoo.
Kampret si Seongwoo. Batin Daniel meraung-raung.
"Seongwoo, sering-sering ya main kesini? Kamu belum ketemu Ayah juga, kan? Pasti kalian berdua cocok..."
Ibuuuu.... Dia saingan calon mantumu Ibuuu.... Batin Daniel berteriak. Daniel yakin bahwa Seongwoo hanya bercanda, tapi tetap saja ia takut. Kalau sudah seperti ini, mana ada yang tahu kedepannya bagaimana.
Seongwoo tersenyum tipis, "Ibu, jadi saya di kasih lampu hijau nih untuk deketin anak Ibu?"
Ibu mengangguk, "Iya. Siapapun boleh dekat sama anak Ibu."
Tamatlah kamu, Daniel. []
—— ❄ ——
Tenang semua tenang... Semua akan indah pada waktunya, hmmm...