Daniel masih menatap kosong ke arah ponselnya yang menampilkan roomchat dirinya dengan Sooyoung.
future wife
| gue mau kita putus
| so, have a nice day boy!"Putus?" gumam Daniel pelan.
Yerin menoleh ke arah Daniel, "Apa sayang? Kamu bilang apa?"
"Ngg, nggak bilang apa-apa."
Yerin hanya mengangguk-anggukan kepalanya seolah-olah tidak begitu peduli dengan perubahan raut wajah pada sang kekasihnya itu. Terlihat masa bodoh dengan wajah Daniel yang mendadak pucat dan sendu.
Dia nggak peduli sama gue? Batin Daniel sambil menatap Yerin yang masih sibuk memilih-milih sepatu.
"Rin..."
"Apa?" tanya Yerin tanpa mengalihkan pandangannya pada rak sepatu olahraga di hadapannya. Gadis itu tetap sibuk sendiri, tanpa peduli akan Daniel yang sedang mengajak nya berbicara.
Daniel menarik nafas pelan, "Kamu ke Jepang sama siapa? Tadi di bandara aku ngelihat kamu ngobrol sama cowok. Kamu kenal?" tanya Daniel.
"Sama temen. Kenal. Dia temen aku."
"Kamu ke Jepang sama dia?"
"Iya. Kenapa?"
Daniel menggeleng, "Nanya aja."
Pandangan Daniel beralih ke tempat di mana Sooyoung dan Jennie tadi berdiri menatapnya. Pria itu tersenyum kecut sambil menatap tempat kosong itu.
Yerin mengehela nafas lalu menatap Daniel seraya menggenggam kedua tangan Daniel, "Niel, cowok itu namanya Mino. Dia tunangan aku."
Daniel merasakan hancur begitu dalam hari ini. Sudah diputuskan secara sepihak oleh Sooyoung lalu sekarang apa? Yerin memiliki tunangan? Apa-apaan ini? Mendadak ia merasa bahwa ini semua konyol. Benar-benar konyol.
"Maaf, aku nggak maksud jadiin kamu yang kedua. Tapi aku suka kamu dan juga suka sama Mino. Tapi buat saat ini, aku lebih milih buat sama Mino."
Yerin menangkup kedua pipi Daniel, "Ini emang waktu yang nggak tepat, tapi kapan lagi aku harus ngulur-ngulur semuanya? Kamu berhak dapatin yang lebih dari aku, Niel."
Daniel menatap Yerin tidak percaya, "Kamu lagi ngerjain aku, kan, Rin?"
"Aku nggak bercanda, Niel. Dua bulan lagi aku nikah sama Mino. Empat hari di Jepang tuh aku sama dia ngurus segalanya. Persiapan pranikah."
Daniel tersenyum tipis, "Ya udah, semoga kamu bahagia sama dia. Aku disini selalu ngedukung apapun yang terbaik buat kamu. Makasih, Jung Yerin untuk satu tahun yang berkesan."
Sudah cukup semuanya. Daniel sudah benar-benar tidak ingin mendengar semua penuturan dari bibir Yerin. Ia sudah bisa menyimpulkan semuanya, bahwa selama ini ia hanya lah rumah kedua bagi Yerin. Sama hal nya seperti apa yang Sooyoung rasakan.