[ 8 ] Water Elemental

222 27 43
                                    

Rafa menghentikan pergerakan kakinya setelah mengejar seseorang serba hitam yang berlari secepat kilat itu. Benar-benar aneh dan tidak bisa dipercaya.

Elsey melongo. Beberapa kali mengerjapkan matanya sampai mengucak-ucak matanya. Tak percaya apa yang dilihatnya barusan.

Agya terlihat kaget sekaligus kebingungan. Sungguh menganehkan. Belum genap seminggu Agya bersekolah di sekolah ini,—bahkan Agya belum mengenal atau mengunjungi seluruh bagian sekolah—tapi berbagai kasus sudah menghantui otaknya yang sebenarnya belum bisa merespons apapun.

"El', a-apa.. tadi itu..."

Elsey menggeleng kuat-kuat, "nggak, 'Gya. Gak mungkin. Gue pasti salah liat. Kita pasti salah liat."

Elsey terlihat menekan kepalanya dengan kedua tangannya, bahkan matanya tertutup dengan dahi berkerut seolah-olah sedang menahan pusing mendadak.

"Kita nggak salah liat, 'El. Gue yang ngejer orang itu, tapi gak bisa."

Elsey membuka matanya, Agya menoleh ke arah Rafa. Cowok itu ternyata sudah berada di depan Agya dan Elsey.

"Nggak mungkin, Rafa! Mana ada orang kayak gitu! Impossible!" Elsey tetap bersikeras pada pendiriannya.

Rafa menghela napas, "jadi yang tadi lo liat itu apa? Opak-opak Korea lo? Yang mihun-mihun itu?" Tanya Rafa dengan ekspresi polos.

"Duh, Rafa! Bukan mihun, tapi Sehun! Apaan sih, lo. Lagian yang bener juga oppa-oppa, bukan opak-opak, lo pikir mie opak?!" Balas Elsey.

Rafa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menyadari pengucapan kata yang kurang tepat. Lagi pun, Rafa tidak pernah peduli sekalipun oppa-oppa Korea kebanggaan Elsey berubah menjadi mie opak! Apa pedulinya dia?

Agya menggelengkan kepala melihat kedua temannya itu.

"Nggak. Pokoknya, kita pasti salah liat!" Kembali, Elsey mengucapkan kalimat yang sebelumnya terlontar.

Rafa memutar bola mata.

"Kayaknya... gue pernah liat orang yang tadi," perkataan Agya yang tiba-tiba membuat Elsey dan Rafa sontak menoleh.

"Waktu gue pertama kali nginjakin kaki di asrama ini. Gue ngeliat orang itu,—dengan pakaian serba hitam, persis kayak orang yang tadi—lagi.., hm, pokoknya dia kayak sembunyi gitu di deket-deket sini,"

"Maksud lo di deket sini? Di deket gudang ini?" Tanya Rafa sambil menunjuk ke arah gudang dan dijawab dengan dua kali anggukan kepala oleh Agya.

Elsey mengerutkan dahi, "gue juga pernah liat orang itu. Tempo hari, pas gue mau nutup jendela, terus sebelum gue ngambil kertas yang keselip di bingkai jendela, gue ngeliat orang itu lagi lari-lari. Sosoknya samar-samar, gak jelas di mata gue karena udah malem dan gelap. Awalnya gue kira itu hantu."

Rafa terlihat berpikir. Seseorang yang baru saja dilihatnya dengan seseorang yang baru saja diceritakan oleh Agya dan Elsey adalah sama. Tapi, Rafa tidak pernah sekalipun melihat seseorang itu sebelumnya—kecuali barusan ini tentunya—dalam pandangan matanya. Itupun hanya sepengetahuan Rafa. Jika diluar pengetahuan...

"Kalian mikir gak, sih. Rendy itu perawakannya mencurigakan," ucap Agya. Secara tiba-tiba Agya mengubah topik percakapan menjadi tentang Rendy.

Elsey menyahut, "iya banget. Ngapain coba, semalem dia ada di gudang pas waktu kita lagi nyusup? Apa dia ngikutin kita?"

"Gue curiga sama Rendy,"

AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang