Teruntuk Kamu

Saatnya Pergi

"Kamu jahat, tega sekali kamu meninggalkan aku," ucap laki-laki di hadapanku. Aku hanya tersenyum menatap matanya, mata indah yang dulu menjadi salah satu objek favoritku.

"Kenapa kamu tersenyum?" tanyanya lagi. Aku memajukan langkah, mendekatkan jarak dan kini aku berjarak sangat dekat dengannya. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di keningku. Aku menundukkan kepala menatap lekat dada bidangnya, tempat favoritku—ternyaman. Dan tak lupa tekukan lehernya, tempat favoritku juga.

"Kamu bilang aku jahat? Lalu kemarin itu apa? Berkali-kali kamu meminta kesempatan untuk kembali padaku, kesempatan itu hanya ada sekali, bukan lima kali seperti yang kamu lakukan padaku," bisikku pelan. Kemudian ia memelukku.

"Berkali-kali kamu bilang padaku ingin berubah, kamu bilang bahwa kamu sayang aku? Namun kamu bermain di belakang aku dengan perempuan lain, dan jahatnya lagi, perempuan-perempuan itu temanku sendiri. Dan saat aku akan pergi meninggalkanmu, kamu bilang bahwa aku jahat?" Aku mundur perlahan. Melepas pelukan yang jujur aku sangat menyukainya dan masih ingin berlama-lama dalam pelukannya.

"Kamu mungkin selama ini mengira bahwa aku teramat mencintaimu sehingga berkali-kali kamu pergi dan kembali lagi padaku, aku nyaris masih menerimamu."

"Maafkan aku, aku janji akan berub—"

"Terima kasih, karena semakin sering kamu menyakitiku, semakin aku jarang menangis—" aku mampu melihat wajahnya yang kosong, wajah bersalah itu, aku membencinya. "Dan setiap kali kamu pergi lalu kembali lagi, semakin berkurang rasa cinta aku ke kamu, maaf." Aku berbalik, ingin segera meninggalkan kafe penuh kenangan ini.

"Beri aku kesempatan terakhir, tolong."

"Kita tak bisa kembali, tak ada lagi kesempatan—" aku memberikan senyuman terbaikku untuknya. "Tenang saja, kali ini kamu tak melukaiku, aku tidak merasakan sakit hati karenamu, aku sudah mahir dalam menghadapi perpisahan."

—Kinta
Buat yang mau tau cari aja diline pake hastag ⤵
#K4700mg