"Ah seperti biasa, anak itu banyak sekali tingkah" gumamku dalam hati ketika melihat kekasihku, Arka sedang menindas seorang anak berkacamata dan bertubuh mungil. Arka yang sadar aku memerhatikannya segera meninggalkan teman-temannya yang masih asik bermain-main dengan anak itu. Arka berjalan santai kearahku dengan senyum manisnya yang membuat semburat merah diwajahku muncul secara tiba-tiba. Untung saja, jarak aku berdiri dengannya cukup jauh, jadi aku cukup yakin kalau ia pasti tidak melihat wajahku yang memerah. Kalau ia sampai tahu, mau disimpan dimana gelarku yang terkenal sebagai ice princess. Aku kembali menata ekspresi wajahku dan berusaha bersikap senatural mungkin.
Arka melihat jam tangannya, kemudian melihat kearahku dengan tatapan tidak percaya.
"Pagi sekali kau datang. Apa kau sangat merindukan kekasih tampanmu ini?"
Hari ini hari senin, kelasku baru akan dimulai pukul 9 dan sekarang masih pukul 8 kurang lima belas. Arka memang tahu semua jadwal kelasku, begitupula denganku, aku tahu semua jadwal kelasnya.
"Hanya didalam mimpimu aku merindukanmu. Menyingkirlah! Aku sedang banyak tugas." Aku memukul lembut kepala Arka dengan kertas-kertas kuisioner tugas yang sedang kupegang. Hei, apa kau melihatnya? Aku, Yeriana si cupu memukul kepala seorang Arka David, ini adalah prestasi terhebat, aku merasa diatas angin sekarang. Arka hanya mengerang kecil sambil mengusap-usap kepalanya, kemudian aku berbalik dan meninggalkannya. Belum sempat aku melangkah, tangan Arka sudah menggenggam tanganku. Akupun menoleh kebelakang.
"Ada apalagi? Selesaikan saja urusanmu dengan teman-temanmu itu, aku tidak mau mengganggumu." Kataku sarkastik. Aku memang mencintai Arka, tapi bukan berarti aku dapat membenarkan setiap tindakannya. Aku tetap tidak menyukainya ketika ia dan teman-temannya menindas orang lain.
"Kau marah? Ayolah, aku hanya bersenang-senang. Lihat, aku sudah tidak bermain dengan anak itu lagi, aku disini bersamamu sekarang, ayo aku temani sarapan, kau pasti belum sarapankan?" Kata Arka menjelaskan sambil menatapku dengan tatapan sok imut yang sangat tidak cocok diwajahnya, dan aku hanya bisa tersenyum kecil, dan ya, kau tahu, jauh dilumbung hatiku, meleleh.
"Kau ada kelas jam 8, Arka-Albino-David. Aku sendiri saja ke kantin, lagipula aku banyak tugas. Nanti, kau malah bosan karena aku tidak memerhatikanmu."
Senang rasanya bisa mengejek pacar sendiri. Kalau kalian sudah punya pacar mungkin kalian bisa mengerti rasa senangku seperti apa, kalau kalian belum punya, kusarankan sebaiknya segera cari pacar. Tapi, jangan berharap bisa mendapatkan Arka ku, karena dia takkan pernah berpaling dariku. Oh iya, kenapa aku memanggilnya Albino, karena Arka memiliki kulit yang bisa di bilang sangat putih. Aku tak bermaksud rasis, toh aku dan dia sama-sama berwajah oriental. Hanya kontras warna kulit kami yang sedikit berbeda.
"Baiklah, sepertinya kau memang tidak ingin bersamaku." Arka menundukan wajahnya sambil merenguskan bibirnya.
Ayolah, Arka David. Aku tidak akan masuk dalam genjutsu [1] murahanmu itu.
"Berhentilah merajuk, kau sangat tidak cocok. Sudah sana pergi kekelas, atau kau mau aku memblokir semua panggilanmu selama satu minggu?"
Bagaimana mungkin aku membiarkannya membolos kuliah hanya untuk menemaniku makan. Pacar macam apa aku ini, kalau sampai itu terjadi. Aku mencoba sedikit mengancamnya agar ia menurut, padahal aku juga tidak akan sanggup memblokirnya, sehari tanpa kabar darinya saja aku sudah uring-uringan dikasur, bagaimana kalau seminggu? Mungkin aku sudah meraung-raung tidak jelas sambil meneriakkan namanya. Diam kalian! dan jangan berkomentar! kalian kan tidak punya pacar, jadi kalian pasti tidak bisa merasakan yang namanya 'kerinduan yang mendalam'.
Arka yang mendengar pernyataanku membelalakan matanya dan segera menghambur kedalam kelasnya. Aku hanya bisa tersenyum kecil sambil memerhatikan punggungnya yang semakin lama semakin menjauh.