j

392 41 5
                                    

"Kamu sudah makan, Yer?" tanya Ayah sesampainya aku dirumah.

Aku sama sekali tidak memiliki selera makan, pembicaraanku ditelepon dengan Doyeon tadi siang membuatku kehilangan selera makan malamku. Aku ingin berbohong dan mengatakan kepada Ayah kalau aku sudah makan, tapi aku tidak sampai hati untuk melakukannya, Ayah dan Ibu selalu mengajariku untuk jangan pernah sekalipun berbohong, karena satu kebohongan akan selalu membawa kebohongan-kebohongan yang lain.

Aku menggeleng singkat, "Yeri sedang tidak selera makan, yah. Yeri ke kamar dulu ya," pamitku pada Ayah sambil memasang senyum tipis.

"Makan dulu, Nak! Nanti kamu sakit, Ayah ada berita penting buat kamu, sini duduk dulu," ujar Ayah.

Aku tidak fokus pada seluruh kalimat Ayah, telingaku hanya menerima kata "berita penting" yang tiba-tiba membuat gairah hidupku kembali membara. Dalam hati aku bertanya-tanya apakah Ayah bertemu Arka, kemudian Arka menceritakan segalanya, ataukah Arka mengirimkan salam padaku, ataukah Arka ingin mengajakku kencan, dan masih banyak lagi pertanyaan seputar Arka yang berputar di otak sempitku.

Aku makan dengan lahap sambil menunggu-nunggu berita penting apa yang akan dikatakan Ayah padaku.

"Hari ini Ayah mendapat kabar dari Paman Sam, katanya kamu sudah bisa langsung mulai magang minggu depan," kata Ayah membuka percakapan saat kami selesai makan.

Jadi ini berita penting yang dimaksud Ayah, tidak ada Arka didalamnya, tidak ada berita tentang Arka? Oh aku sudah gila, duniaku hanya berputar disekitar Arka, bagaimana mungkin aku mengharapkan Ayah untuk membawa berita tentang Arka. Seketika wajahku kembali menjadi sendu, dan aku hanya ber-oh-ria menanggapi pernyataan Ayah. Beberapa detik kemudian aku mulai mencerna informasi yang Ayah berikan dan mulai menyadari bahwa ada sedikit kejanggalan.

"Tapi, Yeri baru mengirimkan berkasnya hari ini,kenapa bisa secepat itu pengumumannya, bukankah harusnya Yeri diwawancara terlebih dahulu? lagipula Yeri mengajukan internship dilibur semester," tanyaku penuh keheranan.

"Bagus dong, Nak. Semakin cepatkan semakin baik. Ayah enggak enak sama paman Sam kalau kamu sampai melewatkan kesempatan ini."

"Tapi yah, Yeri masih ada ujian akhir."

"Tenang saja, diawal kegiatan intern tidak akan terlalu menyita waktu, dan kamu bisa ambil libur selama minggu-minggu ujian."

"Baiklah, kalau begitu Yeri akan mulai masuk kantor minggu depan," jawabku pasrah.

Aku meninggalkan ruang makan dan menuju kamarku, mau tidak mau aku harus meninggalkan pekerjaanku di café, dan beberapa mata kuliah yang masih belum selesai.

Aku mendudukan diriku diatas kursi meja rias dan menghadapkan wajahku ke cermin besar. Aku meneliti wajahku, berpikir kesana-kemari tentang Arka, tentang apa yang sudah kuperbuat hingga Arka mengalihkan pandangnnya dariku. Aku tahu aku tidak cantik bila dibandingkan dengan kecantikan seorang Park Minha. Mungkin juga karena aku terlalu galak, aku kerap bersikap kasar padanya, tidak seperti gadis-gadis lain yang begitu memujanya dan memperlakukannya dengan sangat baik, bak seorang pangeran. Apa aku harus berubah, apa aku harus merias diriku? Apa aku harus berhenti bersikap kasar padanya agar dia mau kembali melirikku?

Malam itu juga aku memutuskan untuk mengubah diriku, aku akan mulai berpuasa dan menurunkan berat badanku, aku juga akan belajar untuk merias diriku, dan mau tak mau aku harus belajar untuk bersikap manis pada arka.

Pagi-pagi sekali aku berpamitan kepada Ayah dan Ibu yang sedang sarapan, aku sudah rapi dengan pakaian kasualku untuk berangkat ke kampus, aku memilih untuk berangkat pagi-pagi sekali untuk ke perpustakaan dan meminjam beberapa buku penting yang akan kugunakan untuk ujian nanti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] montánne | hunriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang