i

279 56 2
                                    

"Halo, dengan Paman Sam?"

"Iya, saya sendiri," jawab seseorang diseberang sana.

"Ini Yeri, Paman, anak dari Tuan Kim, yang tempo hari bertemu digereja."

"Oh iya Paman ingat, ada apa Yeri?"

"Aku ingin mendaftar magang, kira-kira bagaimana Paman? Karena sebentar lagi aku akan libur semester, jadi aku akan gunakan untuk magang."

"Siapkan saja surat pengantar dan proposalnya, serta transkrip nilai, jangan lupa pas foto."

"Baik, Paman." Aku menutup teleponku dan segera pergi ke bagian akademik untuk meminta surat rekomendasi serta transkrip nilaiku.

"Apa kau yakin tidak mau ikut magang bersamaku?" tanyaku pada Doyeon.

"Aku ambil dilibur semester depan saja, ini masih terlalu awal."

"Baiklah, kalau begitu aku duluan ya."Aku mencari-cari kontak Luhan yang kusimpan didompetku kemudian mengiriminya pesan singkat,

To: Luhan-ssi

Text: Luhan-ssi, ini aku Yeri. Apa hari ini jadi?

Aku sempat ragu untuk mengirim pesan tersebut, karena setelah kupikir-pikir aku terlihat sangat agresif. Apa menurut kalian seperti itu? Silahkan voting dikolom komentar, terima kasih.

Tapi aku sudah janji pada Luhan-ssi, kalau hari ini kita akan makan siang bersama. Ah sudahlah, lagipula ini hanya makan siang, tidak ada yang salah bukan?

Aku mencari Arka ke kelasnya, tapi aku tidak menemukannya. Aku bertanya kepada teman sekelasnya, mereka bilang Arka pergi makan siang bersama Minha. Aku memutuskan untuk menyusulnya ke kantin tapi tiba-tiba ponselku berdering. Luhan-ssi meneleponku.

"Dimana kau? Aku sudah didepan kampusmu."

"Apa? bagaimana bisa secepat ini? Maksudku, kenapa kau bisa secepat ini sampai dikampusku, sepertinya aku baru sekitar 10 menit yang lalu mengirim pesan," tanyaku terkejut.

"Aku sudah berangkat sebelum kau mengirimiku pesan. Aku tunggu digerbang depan, mobilku SUV hitam."

Aku menutup teleponku dan membatalkan niatku untuk menghampiri Arka terlebih dahulu dikantin, aku pergi ke gerbang depan dan mencari-cari mobil SUV hitam milik Luhan. Aku sempat kesulitan mencarinya, alih-alih melihat mobil Luhan, aku melihat motor Arka meninggalkan gerbang kampus dengan seorang wanita yang berada dibelakangnya. Apa Arka mengajak Minha makan siang diluar? Apa sekarang posisiku sudah digantikan oleh Minha?

Aku menggeleng, aku berusaha menyangkal dan mencari-cari alasan untuk memaklumi apa yang baru saja kulihat. "Ah, mungkin mereka sedang melakukan kerja kelompok." Ya, benar, begitu. Arka pasti sedang melakukan kerja kelompok dengan Minha bukannya berkencan.

"Yeri." Seseorang menupuk pundakku dari belakang dan membangunkanku dari lamunanku.

Aku berbalik dan menyapa sosok yang menepuk pundakku tadi,

"Luhan-ssi."

"Apa sangat sulit mencari mobilku? sampai-sampai kau hanya diam disini dan menatap kosong kearah sana," tanya Luhan sambil menunjuk ke arah jalan dimana motor Arka memelesat pergi bersama Minha.

"Ah, tidak aku hanya sedang kepikiran sesuatu."

"Apa?" tanya Luhan penasaran.

"Ehm, bukan apa-apa. ayo kita pergi." Aku mencoba mengelak dari pertanyaan tadi dan memilih meyeret tangan Luhan untuk segera meninggalkan kampus, sehingga kini posisiku berada didepan Luhan sambil menarik tangan kanannya.

[1] montánne | hunriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang