c

347 119 5
                                    

Aku memutuskan untuk pergi mandi terlebih dahulu sebelum ngeronda dengan tugas-tugasku. Aku merasa badanku sangat lengket karena aku belum mandi sore, apalagi aku banyak berkeringat tadi.

Aku menuangkan sabun cair Arka pada shower puff, kemudian aku memijat-mijat lembut shower puff tersebut hingga berbusa. Aku menyapu busa tersebut keseluruh tubuhku tanpa terkecuali, aroma maskulin dari sabun ini membuat fantasiku melayang kearah sang empunya sabun. Aku merasa seperti berada didalam pelukan Arkaku, kulit kami saling bersentuhan, sehingga mengalirkan semacam aliran listrik statis yang membuat detak jantungku berdegup semakin kencang. Aku merasakan Arka yang terus mendorongku hingga aku terjepit diantara tubuhnya dan dinding kamar mandi. Arka menarik kepalaku dari belakang dan menyerang bibirku dengan sangat buas, membuatku kesulitan untuk bernafas.

"Astaga, imajinasiku sangat liar." Kataku yang tersadar akibat botol sampo yang terjatuh dari raknya.

Sebaiknya kalian jangan membayangkan lanjutannya, aku saja tidak berani.

Aku buru-buru menyelesaikan acara mandiku dan menghambur kekamar Arka dengan menggunakan bathrobe. Aku mengacak-acak lemari Arka dan mencari-cari pakaian yang sekiranya pas ditubuhku, hampir semua pakaiannya sedikit kebesaran, hingga akhirnya aku menemukan satu kaos berwarna hitam yang aku rasa pas dengan ukuran tubuhku. Soal celana dalam, kalian tidak perlu tahu.

Sudah hampir tiga jam aku mengerjakan tugasku, dan sekarang hanya tinggal membuat kesimpulan. Aku memutuskan untuk berhenti sejenak dan melakukan stretching, sambil membuat segelas kopi didapur. Aku mengecek ponselku, tak ada pesan maupun panggilan masuk dari Arka, aku sedikit kangen padanya, hanya sedikit kok. Sumpah. Tapi, aku gengsi kalau harus mengirim pesan terlebih dahulu. Ah, kenapa sih Si Bodoh itu tidak mengirimiku pesan sama sekali.

Akupun akhirnya mengetikkan sebuah pesan dan mengirimkannya ke Arka. Sedetik kemudian aku menyesal.

To: Arkadav

Text: ka, aku kangen

Astaga, kebodohan macam apa yang baru saja kau perbuat Yeriana. Berdoalah, semoga Arka tidak membaca pesan tersebut. Mau diletakkan dimana wajah tampanku ini kalau sampai Arka membaca pesan itu.

Aku menjatuhkan tubuhku diatas sofa dan terus kepikiran dengan pesan yang baru saja kukirim, entah sudah berapa juta kali aku mengatakan kata bodoh. Aku berusaha menenangkan pikiranku dengan menyesap kopiku, dan mencoba mengalihkan perhatianku dengan menyalakan TV. Pikiranku tetap tidak teralihkan. Ah sudahlah, aku tidak peduli. Pikirkan saja nanti, aku harus menemukan cara untuk mengelak kalau Arka bertanya.

Aku membuka kembali ponselku, tak ada jawaban sama sekali.

"Apa Arka sudah membaca pesanku?" Tanyaku dalam hati.

Aku membuka pesan dan notifikasi read belum terlihat, sepertinya Arka belum menyadari kalau aku mengiriminya pesan, mungkin suasana klub terlalu berisik. Disatu sisi aku senang karena Arka belum membaca pesanku, tapi ada sebagian sisi hatiku yang merasa sedih, karena Arka tidak memedulikanku, jangankan membalas bahkan membaca pesanku saja tidak.

"Arkadav bodoh" Aku mengulangi kalimat itu berkali-kali sampai aku tidak sadar kalau ada orang yang masuk kedalam apartemen.

"Eh, Yer. Belum tidur?" Tanya kak Raka yang sedang memapah tubuh Arka yang sedang mabuk berat.

"Maaf, aku kira kau sudah tidur." Lanjut kak Raka

"Tak masalah. Aku sedang mengerjakan tugas." Kataku seraya mengambil alih tubuh Arka dari kak Raka

"Kalau begitu aku pamit dulu ya, yer. Jihan sudah menungguku dibawah." Kata kak Raka berpamitan.

"Eum."

[1] montánne | hunriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang