h

284 66 12
                                    

Tzuyu melambaikan tangannya ketika melihatku yang keluar dari mobil, aku sudah menyeka habis air mataku dan menata wajahku agar tidak terlihat habis menangis. Aku mendekati tzuyu dan kamipun segera masuk kedalam kantor polisi, didalam aku melihat Arka, Bara, Raka, Kyungsoo, Baekhyun dan Suho yang wajahnya penuh luka, dan didepan mereka entahlah ada sekumpulan anak yang tidak kuketahui dengan kondisi yang sama seperti Arka dan teman-temannya. Arka berkelahi, tapi kali ini menjadi semacam perkelahian antar kelompok.

Api dibalas dengan api, tidak akan pernah ada ujungnya. Aku tidak mengerti apa yang ada di otak sempit mereka ini, tidak bisakah setiap permasalahan diselesaikan dengan duduk bersama dan bermusyawarah.

Sepasang suami istri keluar dari sebuah ruangan dan menghampiri Arka, tentu saja aku mengenali mereka. Orang tua Arka.

"Ini terakhir kalinya Papah membereskan masalahmu, Papah sudah tidak mau peduli lagi dengan anak sepertimu."

"Pah, jangan bicara seperti itu. Bagaimanapun juga Arka yang akan meneruskan Papah nanti." Sanggah Ibunya Arka.

"Sayang, jangan dengarkan Papah kamu ya, Papah kamu cuma lagi emosi." Lanjut Ibunya Arka sambil mengusap punggung Arka.

Arka hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun, pandangannya masih tajam, entah dia marah atau apa aku tidak tahu, aku tidak bisa menebaknya. Semua orang menganggap kami, anak psikologi, mampu untuk membaca emosi seseorang tapi tidak semua bisa kami baca, kami bukan pembaca pikiran kami hanya mempelajari prilaku seseorang, dan prilaku setiap orang itu kompleks dan unik. Mereka juga bilang kalau "kalian pasti tidak pernah stress, kalian kan anak psikologi jadi pasti tahu untuk menghilangkan stress". Oh, Tuhan sungguh kami tetaplah manusia biasa, kami juga bisa tertekan dan mengalami depresi.

Tzuyu menarik tanganku untuk menghampiri Arka dan kak Bara Aku berpapasan dengan kedua orang tua Mingyu yang hendak pulang.

"Mau apa kamu kesini? Ini pasti karena kamu, anak saya jadi seperti ini, kamu itu membawa pengaruh buruk buat anak saya." Sifat lembut Ibu Arka yang ia tunjukan dihadapan anaknya berubah hanya dalam hitungan detik ketika melihatku. Tatapan matanya seperti tatapan Medusa [5] yang membuatku hanya bisa berdiri mematung dan tak tahu harus bagaimana menanggapinya. Tzuyu pula tak kalah kaget denganku, kurasa ia sempat ingin membelaku tapi aku menggenggam tangannya lebih keras sebagai isyarat agar ia tak mengatakan apapun.

"Apa-apaan sih Mah. Sudah sana pulang."

Arka membuka suaranya dan menyuruh kedua orang tuanya untuk segera pulang, lebih tepatnya mengusir kedua orang tuanya. Kedua orang tua Arkapun memilih untuk segera pulang dan meninggalkan kantor polisi, aku menghampiri Arka dan yang lainnya kemudian aku melihat Doyeon dan seorang anak SMP yang berjalan juga menghampiri kami, yang belakangan kuketahui ia bernama Jaehyun adik dari Suho, dan terkejutnya ternyata dia sudah kelas 2 SMA.

Tzuyy sibuk mengurus Bara, sedangkan aku sibuk mengurus Arkaku.

"Besok-besok kalo mau berkelahi bawa pistol sekalian, biar sekalian mati saja kamunya." Kata pacar Kak Raka memarahinya.

"Kok gitu. Nanti kalau aku mati enggak ada yang mau gendong kamu lagi lho!" Jawab Kak Raka yang mencoba menenangkan pacarnya.

Tak lama berselang dari drama kak Raka dan pacarnya yang kuketahui bernama Jihan, muncul kak Krystal pacar kak Bara dengan muka garangnya

"K-Kamu tahu dari mana?" Tanya Kak Bara tergagap-gagap.

"Enggak penting. Nanti biar aku yang antar ke dokter." Kak Bara hanya menunduk dan mengangguk setuju.

Sebenarnya aku yang memberitahu kak Krystal, aku menghubunginya sesampainya di kantor polisi.

"Kalian sudah bebas untuk pergi, saya harap kejadian ini tidak terulang lagi." Kata seorang polisi yang baru saja keluar dari ruangan.

[1] montánne | hunriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang