"Bu, nanti malam aku akan menginap di apartemen Arka."
"Iya, tapi jangan lupa besok Ibadah. Kamu pulang jam berapa besok? Ibadah yang sore saja kalau tidak sempat."
"Besok Arka yang mengantar ke gereja, Bu. Jadi aku bisa ikut ibadah bareng Ayah dan Ibu."
"Oh, ya sudah kalau begitu. Arkanya mana? Kamu enggak dijemput?"
"Sepertinya masih diperjalanan."
Izin sudah dikantongi. Tapi, aku merasa sedikit bersalah pada Ibu, aku tidak menceritakan kalau malam ini aku akan pergi ke klub bersama Arka. Ah, sudahlah. Lagipula aku tidak akan mabuk ataupun berbuat macam-macam.
Ohiya, jadi begini, hubunganku dengan Arka sudah diketahui ayah dan ibuku
"Sepertinya Arka sudah diluar." Kataku pada Ibu.
Aku segera beranjak dari kursiku dan menyeret snapbag yang sudah aku persiapkan dari tadi, karena besok aku akan ke gereja pagi-pagi sekali jadi aku perlu membawa pakaian ganti.
"Eh, mau kemana kamu?" Tanya Ibuku.
"Ke apartemen Arka, kan tadi Yeri sudah minta izin."
"Iya, Ibu mengizinkan. Tapi, ya enggak langsung berangkat juga. Bawa Arka masuk dulu, Ibu mau ketemu, sudah lama enggak lihat Arka. Taruh lagi tasnya sini." Titah Ibu.
Sebenarnya aku malas mengajak Arka masuk, Ibuku pasti akan bicara macam-macam pada Arka, Ibuku akan membeberkan semua rahasiaku pada Arka. Pernah satu kali aku sedang menonton TV, kemudian Arka menelponku, seperti biasa dia menggombaliku dengan rayuan-rayuan murahannya yang sukses membuat aku senyum-senyum seperti orang gila diruang tengah, tentu saja aku tidak mengaku pada Arka, aku malah menjawab gombalannya dengan nada ketus. Ibuku yang melihat tingkah anehku langsung saja menggodaku tanpa henti, dan keesokan harinya Ibuku bercerita pada Arka. Ah, matilah aku. Mau disimpan dimana wajah cantikku ini.
"Nak Arka, kok sudah jarang main? Kuliahnya sibuk?" Kata Ibuku basa-basi sambil mempersilahkan Arka untuk duduk.
Arka hanya mengangguk, karena aku sudah memberinya kode sebelum ia masuk tadi agar tidak usah banyak bicara. Bahaya kalau Ibuku sampai mengintrogasi Arka, bisa ketahuan kalau aku mau ke klub malam ini, dan siap-siap saja Ayahku akan datang ke Klub, kemudian menyeretku pulang sambil membawa Alkitab. Mungkin aku akan ditenggelamkan disungai dan dibaptis kembali, lalu punggungku dicambuk. Oh tidak.
"Makan dulu ya! Ibu sudah masak."
"Bu, inikan masih jam 4 sore. Sudah ya, Bu. Kami pergi dulu." Kataku sambil menyeret lengan kanan Arka.
Tiba-tiba Arka berhenti, aku menengok kebelakang, Ibuku hanya tersenyum jahat sambil menarik lengan kiri Arka. Arka hanya bisa pasrah, tidak mungkin dia menghempaskan tangan Ibuku, bisa dicoret dari daftar calon menantu.
"Mau kemana sih terburu-buru sekali? Arka makan dulu, baru Ibu izinin kalian pergi."
Checkmate! Kalau sudah begini, tidak ada alasan untuk menolak, aku yang tidak berniat makan akhirnya ikut ke meja makan dan menemani Arka, bahaya sekali kalau sampai Ibu dan Arka kutinggalkan berdua, bisa-bisa Arka melapor pada Ibu kalau aku mau ke klub. Arka itu pintar tapi bodoh, aku pusing.
"Jadi kalian mau kemana sebenarnya?" Ibuku sudah mulai mengintrogasi.
"Pergi ke acara musik." Aku menjawab pertanyaan Ibu sebelum Arka sempat mengeluarkan kata-kata.
Secara teknis aku tidak berbohong, didalam klubkan banyak musiknya. Ya, benar, begitu.
"Apa harus sampai menginap?"