"Jangan ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya perasaan"
- unknow----
" Diem aja cha kenapa? Lo pusing? " Tanya Liza.
Aku hanya nengok ke arahnya dan balik keposisi awal kepalaku. Hening karna ku masih tidak ingin bicara dengannya. Liza kembali menghadap papan tulis dan tidak mempedulikan pertanyaan yang tidak ku jawab tadi.
- - -
Selama jam pelajaran berlangsung aku diam dan hanya berbicara seperlunya saja. Aku masih sangat malas untuk berbicara dengan Liza.
"Chaaa!" panggil Alfah dari kursi belakang, dengan malas aku mengahadap ke arahnya.
"Apaan si" ucap acha geram.
"Cha gue mau ceritaa"
Aku hanya memandangnya datar karena masih malas banyak berbicara.
"Yaila lo gitu amat gue dikacangin, yaudah nih gue mau cerita. Masa tadi kan gue pinjem hp temen gue,"
"Terus?,"
"Gue liat kalender"
"Langsung ngomong aja apa gausah setegah - setengah", ucap Acha kesal.
"Terus ternyata....besok hari Minggu, berarti libur ya kita"
"Ehmmmm" , Acha mendengus sambil memutar bola matanya karna kesal Alfah menceritakan hal yang tidak berfaedah sama sekali.
"Terus ni ya Cha..."
Belum sempat Alfah melanjutkan bicara, Acha langsung memotongnya.
"Bodoo amat Alfahh" ucap Acha sangat kesal. Ingin rasanya ia masukan Alfah ke dalam botol dan membuangnya di laut.
Kebetulan ada tugas kelompok yang di berikan Bu Rita. Aku sengaja memilih kelompok yang tidak ada Liza.
"Ah males banget tugas kelompok, udah tau gue paling gasuka sama tugas kelompok. Bikin ribet aja!" Ucap Acha dengan nada kesal.
"Siapa suruh lo sekelompok sama mereka, udah tau mereka orangnya pada begitu!" Ucap Liza dengan rasa kesalnya yang sama dengan Acha.
"Begitu gimana?, Emang kenapa sama mereka? " Ucap Acha dengan alis kanan naik.
Liza cuma memandangku dan langsung melesat keluar kelas karna bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Sebenernya Liza tidak langsung pergi, ia menegok ke arah Acha dan menatapnya sinis.
---
Ingin sekali rasanya aku balas dendam, tetapi kalau aku balas dendam, itu sama aja sikapku tidak jauh beda dengan Liza.
Waktu itu di hari yang cerah hari pertama di bulan Maret, aku berdoa dan berharap semoga di bulan ini aku selalu mendapat kebahagiaan. Hanya satu, tetapi kenyataan malah sebanding terbalik.
Di bulan ini aku mengetahui sifat asli teman - teman di sekitarku, sifat yang sepertinya tidak menggapku sebagai teman, dan kecerobohanku dalam mengerjakan suatu hal. Di bulan ini juga, setiap malam aku menangis tanpa bisa mengeluarkan air mata, merenung setiap urutan kejadian yang telah ku alami.
Di depan banyak orang aku selalu kelihatan bahagia, karna aku tidak ingin menunjukan kesedihanku tapi dibalik itu semua sebebernya aku rapuh aku tidak kuat menghapi ini sendirian.
STALKER ON
Di rumah, Acha langsung masuk kamar dan melempar tasnya ke kasur. Lalu mengambil handphone, dan langsung membuka aplikasi instagram. Ia mengganti akunnya terlebih dahulu, akun yang ia gunakan untuk nge-stalk orang.
Ia tidak menemukan informasi satupun mengenai Zaki balikan dengan Anggita. Tidak ingin ambil pusing Acha langsung mengganti lagi akun Instagramnya dengan akun aslinya. Mengirim pesan ke Anggita lewat Instagram.
nathasaach : gitt, emang lo balikan ya sama zaki?
Sebenernya Acha tidak terlalu dekat dengan Anggita tapi rasa penasaran terus menghantuinya.
anggitafrh_ : kata siapa? Engga tuh cha.
nathasaach : serius? Gue denger gosip gitu, berarti ga bener ya?
anggitafrh_ : iya gue ga balikan.
nathasaach : oh yaudah deh.
Ia menutup aplikasi instagramnya. Acha mendengus lega karna Zaki ternyata gak balikan dengan Anggita.
"Tapi kenapa tadi Liza bilang kalau Zaki balikan sama Anggita ya?" Ucap Acha, bertanya dengan dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Novela JuvenilTak menyangka, Berawal dari keisenganku untuk menulis dan hanya mencurahkan isi hati. Ternyata bisa menjadi suatu rangkaian kalimat. -AuthorNad