part 9

659 16 1
                                    

          "Kau menangis? Kenapa kak? Ini hari ulang tahun kakak, harusnya tidak ada air mata hari ini." ucap Havry lembut. "Certakan padaku." lanjutnya. Ia memeluk Zee dengan erat.

         "Kau ingat dulu aku pernah menceritakan bahwa aku menginginkan jam kecil yang memiliki gantungan panda kan?" Havry mengangguk mengiyakan.

         "Ia memberikannya sebagai kado ulang tahunku." ucap Zee sambil mendongak menatap Havry.

         "Lalu kenapa kau menangis? Bukannya seharusnya kau senang dia memberikan itu padamu."

         "Iya, tapi aku tak mengerti kenapa dia memberikan itu padaku."

          "Itu karena dia sayang padamu. Kau bodoh sekali kak, percuma kau mrmiliki IQ tinggi."

          "Bukan begitu. Kau tahu apa yang dinyanyikannya waktu di pesta tadi kan. Dia menyanyikan lagu itu seakan-akan dia ingin melepasku untuk selama-lamanya."

          "Kau mengerti, untuk selama-lama-lamanya!" Zee menekankan kata terakhirnya.

          "Itu tidak mungkin Zee, kalian sudah bersahabat sejak dulu. Tidak mungkin dia akan meninggalkanmu hanya karena dia berpacaran dengan Ami." jelas Havry.

           "Mungkin saja kan? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi." ucap Zee tak mau kalah dari adiknya.

          "Terserahmu lah kak." Havry menyerah dan memilih untuk membicarakan topik lain dengan Zee. "Mama bilang mereka akan berangkat ke luar negri lusa. Kau sudah tahu, kan?"

          "Iya aku sudah tahu. Papa yang memberi tahu ku kemaren. Kau mengalihkan topik pembicaraan, kau tahu?"

          "Ooh, aku bosan membahas tentang Justin." ucap Havry memutar bola matanya kesal.

          "Harusnya kau mendengarkan ceriyaku. Aku ini kakakmu."

          "Aku akan mendengarkan apa pun, oke. Asalkan bukan tentang Justin, kau mengerti."

          "Kau tidak boleh pilih-pilih. Kau harus menjadi pendengar yang baik jika di dekatku."

          "Jika kau ingin berdebat mulut denganku, lebih baik kita tunda saja oke. Ini sudah jam 11 lewat dan kita harus sekolah besok. Jadi kita harus tidur."

          "Baiklah ayah kedua. Aku tidur disini yaa. Di kamarku banyak sekali kado."

          "Terserah."

Zee POV

          Ini sudah dua minggu sejak ulang tahunku. Orang tuaku sudah berangkat ke luar negri dan mereka akan berada di sana selama 3 bulan. Aku hanya berdua dengan Havry di rumah. Kami melakukan apapun yang kami mau karena memang Mama dan Papa tidak pernah melarang kami dan selalu memanjakan kami.

         Akhir-akhir ini aku tertarik dengan club. Sebenarnya Havry selalu melarangku pergi ke tempat itu. Tapi aku mengatakan bahwa itu satu-satunya tempat yang bisa mengalihkan pikiranku dari Justin dan Ami. Aku juga berjanji padanya prestasiku tidak akan turun meskipun aku pergi ke club jadi dia membiarkannya.

          Ini semua berawal dari Fanya -teman sekelasku- yang mengajakku pergi ke club milik orang tuanya. Awalnya aku tidak mau, tapi dia memaksa dan mengatakan bahwa aku akan melupakan semua masalahku jika aku ikut dengannya. Jadi aku tertarik untuk ikut kesana. Yang benar saja, di sana sangat menyenangkan. Fanya mengajari ku minum, tapi hanya sedikit karena dia tidak memperbolehkanku minum dengan porsi yang berlebihan.

Remember WhenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang