"I know that you don't. But if i ask you if you love me, i hope you lie to me"
••••
"Ya?" Dixon berdeham seraya merutuki orang asing mana yang mendapatkan nomornya dan menghubungi dirinya di jam 2 malam. Ini gila! Nomor telpon Dixon bukan nomor yang bisa dihubungi sesuka hati, hanya ada beberapa kerabat dan keluarga dekat saja yang mengetahui. Dan siapa kira-kira yang menghubunginya di jam segini?
Dengan pelan Dixon melepaskan rangkulannya pada tubuh Aleena, mengecup dahi gadis itu sekilas sebelum ia beranjak dan membuka kaca yang menghubungkannya dengan rooftop.
"Darimana kau mendapat nomorku?" Todong dingin itu dengan cepat, nadanya menusuk sirat akan dia terganggu. Matanya menelisik ke depan, angin menghembus menerpa tubuhnya yang tidak memakai atasan. Dingin ini masih belum mengalahkan dingin sosok yang sedang menunggu jawaban diseberang sana.
Dixon berpikir ini sangatlah penting, karena hanya orang-orang yang sedang membutuhkan bantuannyalah yang akan menghubungi, karena memang seperti itu. Dixon membenci hal-hal yang tidak penting, itu mengapa dia hanya memberi nomor ponselnya pada orang-orang tertentu selanjutnya jika ada yang ingin menghubunginya—bukan kerabat dekat maupun keluarga, mereka akan melapor pada Xilian terlebih dahulu.
"Katakan kau berasal dari keluarga mana dan apa keperluanmu, kau tahu jelas ini bukan saat yang tepat untuk menghubungi seseorang." Nada itu semakin menusuk, dingin..., tak tersentuh itu kembali mengeluarkan auranya setelah sekian lama Aleena membuat aura itu lenyap.
"Johnson. Aku membutuhkanmu." Dixon menahan napas, tak mampu mengatakan apapun. Dia jelas tahu Johnson yang mana yang menghubunginya sekarang ini, nama belakang Johnson memang bukan hanya satu tetapi Dixon tahu jelas siapa yang sedang menelponnya, suaranya, tangisannya.
Kimberly Johnson.
Sudah berapa lama sejak Dixon memutuskan untuk tidak menghubunginya? Tentu, Dixon tidak bisa lepas tangan begitu saja dengan Kimberly, untuk beberapa bulan sekali Dixon akan mengirimkan uang secara diam-diam dan rapih agar Kimberly dapat hidup dengan nyaman tanpa embel-embel Rodriguez. Saat ia memulai lembaran yang baru dengan Aleena, Dixon memang menyuruh Ellie untuk membebaskan—mengusir Kimberly, tentu Kimberly tidak akan setuju begitu saja..., dia memberontak, menangis. Menjadi Kimberly yang menyedihkan seperti dulu. Skenario yang baik membuat Kimberly percaya bahwa dia memang tidak diinginkan lagi.
Malam itu, Kimberly berjalan sambil menangis merasa dirinya sendiri di dunia ini, gadis bermata biru cerah itu sepanjang jalan merutuki nasibnya tanpa tahu Dixon telah memerintahkan orang diseberang sana untuk menjaga Kimberly, dia menyuruh bawahannya untuk menjadi sahabat Kimberly—menjaga Kimberly lebih tepatnya.
Tempat tidur juga tempat bekerja sudah diatur sedemikian rupa oleh Dixon Rodriguez. Benar-benar terampil dan licik. Dixon Rodriguez tentu akan menyesali semua ini jika Aleena Chayton mengetahuinya tetapi disatu sisi Dixon tidak bisa untuk tidak bersikap peduli.
Dixon menghela nafas rendah, "Johnson yang mana? Aku tidak memiliki rekan kerja dengan nama belakang Johnson." Dingin itu tidak terlalu keras seperti tadi malah sedikit lembut?
Disana Kimberly terlihat diam sembari menggumamkan kata yang sama, Dixon ingin mengakhiri tetapi dia penasaran darimana dan apa tujuan Kimberly menelponnya, seketika pemikiran tentang Kimberly tidak mendapat perlakuan yang bagus merasuki otaknya, membuatnya entah kenapa gelisah akan pemikiran itu meskipun kemungkinan itu sangat kecil karena tempat dimana Kimberly bekerja sekarang adalah milik Dixon yang diatasnamakan Jeffren Benedict serta pengawal yang memang sudah ditugaskan untuk Kimberly benar-benar membuat Dixon puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamy Eyes (C O M P L E T E D) ✔️
Romance••• "Kau gila? Apa aku yang sebentar lagi akan gila? Kau memiliki hubungan dengan Rodriguez! Sial, dalam mimpi saja aku tidak berani memimpikan dirinya!" Valecia mengumpat dengan kasarnya. Sahabatnya bersama Rodriguez! "Kau mengenalnya?" Tanya Alee...