"3am in the moonlight. Just you and me."
••••
Besoknya Dixon membuat Aleena panik dan berlari kesana-kemari sebab tadi saat Aleena terbangun karena suasana gerah yang ia pikir berasal dari mesin pendingin yang ia kira mulai tidak berfungsi lagi membuatnya bangun dengan keadaan malas yang malah menuntunnya ke tempat dimana ia menemukan rasa panas tersebut yang ternyata berasal dari tubuh Dixon, suhu tubuh pria itu hampir mencapai 39° tentu hal itu membuat Aleena terlonjak dan menyentuh dahi serta leher pria itu. Aleena segera mengambil peralatan untuk mengompres sang kekasih yang terlihat kedinginan disaat pendingin ruangan sudah dimatikan sedari tadi.
Dan sekarang dia sedang mengiris wortel serta sayuran lainnya untuk membuat sup, dia sedikit terjengkit kaget saat ponselnya berdering dengan keras.
Aleena sedikit mengernyit saat yang didapati ternyata ponsel Dixon yang berdering, Aleena memutuskan untuk mengangkat ponselnya karena itu dari Franky sekalian dia ingin memberitahu bahwa Dixon demam dan tidak bisa mengurus pekerjaannya.
"Selamat siang, Tuan. Saya akan mengirimkan laporan tentangnya yang kau minta kemarin." Franky berbicara datar disana tanpa tahu apa yang telah ia bicarakan, "kurasa masalah ini akan semakin berat karena dia tahu yang sebenarnya, Tuan."
Apa maksud dari pembicaraan ini?
"kau masih disana, Tuan?" Meskipun kata-kata dari Franky membuat Aleena berpikir keras tetapi dia tidak terlalu memusingkan hal tersebut karena mungkin saja yang sedang Franky bicarakan adalah rekan kerja yang memang ingin Dixon Rodriguez selidiki, mungkin saja.
"Ah, kau bisa menghubungi Dixon lagi nanti. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa Dixon sedang sakit hari ini, bisa kau panggilkan dokter pribadinya?" Disana Franky tercekat, dia panik tapi tetap berusaha untuk tidak mengeluarkan kepanikannya.
"Maaf, Ms. Chayton. Aku tidak tahu jika itu dirimu dan aku akan memanggilkannya." Sambungan terputus, Franky diujung sana memaki dirinya jika sampai Aleena tahu apa yang sedang dia dan bosnya rencanakan. Sialan! Dia tidak pernah teledor dan tidak akan mau teledor untuk Dixon Rodriguez sampai kapanpun tetapi hari ini Franky harus menyesali semuanya. Seharusnya dia sudah tahu di detik pertama kalau yang mengangkat telponnya bukan Dixon Rodriguez.
Franky hampir saja menarik rambutnya kesal sebelum seorang wanita memeluknya, Jesslyn. Mengingat isterinya lagi-lagi bayangan Melinda dan dirinya yang hampir berciuman menyeruak diotaknya bagai mimpi buruk. Jesslyn selalu disana bersamanya, jika diibaratkan Jesslyn adalah malaikat terbaiknya.
Saat itu yang Franky inginkan hanya pulang, kembali pada Jesslyn meminta maaf atas apa yang hampir dia lakukan. Bahkan pikiran untuk bermain serong bersama Melinda langsung menggebu disaat pertama kali matanya menangkap wanita itu lagi. Dan itu benar-benar menyiksa Franky, jika tidak ada Aleena Chayton disana dia pasti tidak bersama Jesslyn melainkan Melinda. Kehadiran Aleena disana benar-benar membantu Franky yang hampir buta.
Pria itu langsung meminta maaf dan menangis di depan isterinya setelah kembali dari bekerja, dia juga mengirim pesan singkat ke email Aleena yang sampai saat ini belum dibalas.
Franky hanya bisa berharap diluar sana ada yang bisa menyadarkan Dixon Rodriguez layaknya Aleena Chayton menyadarkannya.
••••
"Bagus, suhu tubuhmu sudah menurun!" Antusias Aleena masih belum bisa mengalahkan kekhawatiran yang menyelimuti dirinya saat ini tapi dia berusaha untuk bersikap santai karena pria yang sedang tersenyum hangat didepannya.
Dia menyuruh Aleena mendekat dan langsung memeluknya erat sesaat Aleena mendekatinya, "aku suka dokter pribadiku," kekehnya dengan tatapan sayunya. Aleena hanya tersenyum dan menelusuri wajah sempurna didepannya dengan tatapan khawatirnya.
"Jangan bekerja terlalu keras," Aleena mengelus kening Dixon dengan lembut membuat pria itu yang memang merasakan pusing yang hebat menjadi lebih rileks dari sebelumnya. Dixon mengernyit tak suka saat Aleena menghentikan tangannya, menghilangkan kenyamanan bertubi yang tadi dirasakannya. "Menurutmu apakah aku harus berhenti bekerja?" Tanya Aleena tiba-tiba membuat kernyitan di kening Dixon yang tadinya santai menjadi mengerut. Tentu saja, pemikiran tentang Aleena akan selalu berada di apartmentnya dan jangkauan pria yang akan Aleena temui berkurang membuat Dixon senang tetapi yang Dixon tahu Aleena tidak akan menyukai berdiam diri ditempat tanpa melakukan apapun, "kau tahu, aku sudah sangat tidak kompeten disana. Beberapa kali aku mengambil cuti dan melalaikan pekerjaanku."
Wajah Aleena mengerut sedih, sudah beberapa kali dia lalai dalam menjalankan pekerjaannya dan Aleena tidak suka itu. Disana Dixon menggeleng meskipun dia suka tentang gagasan Aleena akan berada di apartment menyiapkan segala keperluannya dan menunggunya termasuk dalam salah satu impian Dixon, dia tidak bisa egois dengan membiarkan Aleena memilih jalan yang salah. Jika Aleena harus menjadi wanita yang tidak bekerja itu harus kemauan wanita itu sendiri, bukannya paksaan.
"Itu tidak benar, Aleena. Perusahaanmu masih membutuhkan pegawai yang kompeten terlepas dari kau yang beberapa hari ini mengambil cuti, kurasa kau masih bisa menanganinya." Dixon menutup pembicaraan dengan ciuman hangat di kening Aleena.
Aleena masih memikirkan pembicaraan mereka sebelum gadis itu mengangguk mengerti serta dia akan memulainya dari besok. Getaran di ponsel Dixon membuat Aleena yang tadinya menutup mata kembali membuka matanya sekadar memberitahu Dixon bahwa ponselnya berbunyi karena prianitu tidak merasa terganggu dengan deringan ponselnya, "ponselmu menyakiti pendengaranku." Aleena mendengus membuat Dixon tersenyum geli lalu mengambil ponselnya.
"Franky." Dixon menyampaikan dengan pelan tetapi terasa pas ditelingaku, aku hanya mengangguk menjawab pernyataannya. Dia menjauh, meninggalkanku dengan keheningan yang nyaman. Mungkin.
"Ya?" sautnya diujung sana, kembali menjadi Dixon yang tegas.
"Saya..., mendapatkan informasi yang Anda mau, Tuan." kernyitan di dahi Dixon semakin memperkeruh suasana.
"Kirim datanya padaku sekarang." dengan itu Dixon mematikan sambungan sepihak.
"Rapat pembahasan tentang acara amal, panggil Aku jika ada sesuatu di tempat kerjaku, Sayang. Okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamy Eyes (C O M P L E T E D) ✔️
Romansa••• "Kau gila? Apa aku yang sebentar lagi akan gila? Kau memiliki hubungan dengan Rodriguez! Sial, dalam mimpi saja aku tidak berani memimpikan dirinya!" Valecia mengumpat dengan kasarnya. Sahabatnya bersama Rodriguez! "Kau mengenalnya?" Tanya Alee...