Chapter 5

1K 191 16
                                    

Harry

Natal. Harry tidak pernah merayakan hari liburan, baik itu natal, tahun baru atau paskah. Tapi tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini Harry mengetahui bahwa ia adalah seorang penyihir, ia sudah punya teman sekarang.

Dan Natal tahun ini pun terasa lebih berarti, ia mendapatkan jubah ayahnya. The invisibility cloak. Harry berani bertaruh tidak semua anak mendapatkan hadiah seperti itu tiap Natal.

Harry berjalan dengan pelan dibawah jubahnya. Hawa dingin malam tetap terasa walaupun seluruh tubuhnya sudah tertutupi oleh jubah. Ia sedang dalam perjalanan pulang ke asrama setelah puas melihat kedua orang tua nya di cermin.

Hussshh

Harry mulai merasa sedikit takut, hawa dingin ini mengingatkannya pada film horror yang pernah ditontonnya. Semenjak keluar dsri ruangan cermin itu ia merasa diawasi.

Setelah mengetahui keberadaan sihir dan hantu yang ada di Hogwarts Harry jarang merasakan rasa takut yang konyol seperti ini, karena lebih banyak hal yang perlu dikhawatirkan, Nicholas Flamel misalnya.  Tapi itu tidak mengubah pikiran Harry untuk tidak mempercepat langkahnya.

!!

Sesuatu menyentuh rusuknya. Harry melompat tersentak.

"Aakhh" tertahan, suara yang keluar dari mulut Harry terdengar aneh.

Harry mempercepat langkahnya, mempertahankan posisi jubahnya ia melangkah.

Sudah cukup lama Harry berjalan, ia mengira ia akan sampai ke asrama dengan selamat ketika ia kembali merasakan sentuhan itu.

Kali ini wajahnya lah yang menjadi sasaran.

Harry merasakan sesuatu menyentuh wajah dan lehernya. Dingin.

Tanpa pikir panjang Harry berlari dengan cepat, tidak peduli dengan suara langkah yang dibuatnya, dan jubah ayahnya yang tidak menutupi seluruh tubuhnya lagi.

Dalam kepanikannya samar-samar ia bisa mendengar suara cekikikan perempuan dibelakangnya.

---------------

"Hah..hah..hah.."

Ariana merasa letih, perutnya sakit karena terlalu banyak tertawa. Tawanya sudah mulai mereda ketika ia teringat lagi dengan wajah ketakutan Harry. Dan Ariana tak bisa membendung tawa yang keluar dari mulutnya. Lagi. Jangan salahkan Ariana, emangnya kalian pernah melihat wajah ketakutan Harry Potter terhadap hantu?

Haaaaahhh

Ternyata begini rasanya jadi hantu.


-------------------
-------------------




Draco telah kembali ke Hogwarts. Natal dirumahnya tetap seperti biasa. Tidak ada yang berubah.

Setelah Ariana memberitahunya ia telah berpikir panjang selama liburan. Dan ia telah mencapai keputusan, lebih baik menang dari pada jadi budak Voldemort kan?

Ia tidak sabar untuk bertemu dengan Ariana lagi. Liburan terasa berbeda dengan ketidakhadirannya di sisi Draco.

Draco tidak melihat Ariana seharian ini. Ar biasanya memang suka berkeliaran, tapi setidaknya Draco akan melihat sosoknya sekali setiap hari.

Draco sudah beranjak dari tempat tidur untuk mencarinya ketika seperti biasa Ariana muncul dari lantainya dengan tiba-tiba.

"Draco!"

Ariana langsung memeluk Draco dengan erat. Sepertinya bukan Draco saja yang kangen.

"Ar!" jawab Draco membalas pelukan Ariana.

Ariana pun melepas pelukannya, menatap Draco dengan berbinar.

"Marry Chrismast Draco!" ucapnya sambil menyuguhkan sebuah kotak kecil yang berasal entah darimana.

Kotak itu cukup kecil, seukuran telapak tangannya. Dibalut dengan kertas berwarna merah.

"Maaf Ar, aku tidak menyiapkan hadiah untukmu" ujar Draco lirih. Merasa sedikit bersalah.

"Gak apa, aku gak rayain Christmast kok. Aku cuma mau ngasih itu aja ke kamu"

Mendengar itu Draco pun mengalihkan perhatiannya dan membuka hadiah yang ia terima.

Di dalam kotak itu terdapat sebuah batu berwarna merah.

"Ja-jangan jangan ini... " Draco menyadari apa hadiahnya.

"Yup"

------

Ghost Girl Of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang