Harry
Sepanjang hidupnya yang pendek, Harry tidak pernah memikirkan bahwa dia akan berhadapan dengan seorang penyihir jahat. Dia bahkan baru mengetahui adanya sihir satu tahun ini. Semuanya seperti mimpi yang membuatnya takut untuk bangun walaupun ia tahu ia tidak bermimpi. Harry tidak seimajinatif itu. Dia tidak bisa berkhayal hal aneh seperti ini.
Voldemort mempunyai mata merah dengan lubang hidung yang berupa celah seperti ular. Sejauh ini wajah paling buruk yang pernah Harry lihat.
"Kau lihat, aku jadi apa?" kata wajah itu.
"Cuma bayangan dan asap... aku punya bentuk hanya kalau aku bisa berbagi dengan tubuh orang lain... tetapi selalu ada yang mengizinkan aku memasuki hati dan pikiran mereka... Darah unicorn telah membuatku semakin kuat, beberapa minggu terakhir ini... kau melihat Quirrell yang setia meminumnya untukku di hutan...dan begitu aku minum Cairan Kehidupan, aku akan bisa menciptakan tubuhku sendiri.... Nah, sekarang... berikan batu itu!"
Harry tak tahu harus berbuat apa. Mau bagaimana lagi, dia tidak mempunyai batu itu.
Seharusnya aku menyiapkan batu palsu sebelum aku pergi tadi.
"Aku tidak punya batu itu, kau bisa lihat kan?!" teriak Harry, berusaha menjauh ke belakang.
"Jangan bodoh," gertak si wajah. "Lebih baik selamatkan nyawamu dan bergabung denganku... kalau tidak kau akan berakhir sama dengan orangtuamu... Mereka
memohon-mohon belas kasihan dariku sebelum meninggal...""BOHONG!" mendadak Harry berteriak.
Quirrell berjalan mundur ke arahnya, sehingga Voldemort masih bisa menatapnya. Pemandangan yang cukup mengerikan, dengan tubuh yang menghadap kebelakang pergerakan itu terlihat seperti reka ulang sesuatu seperti yang ada di televisi. Wajah mengerikan itu kini tersenyum.
"Sungguh mengharukan...," desisnya.
"Aku selalu menghargai keberanian... Ya, Nak, orangtuamu pemberani... Aku membunuh ayahmu lebih dulu dan dia melawan dengan gagah berani... tetapi
ibumu sebetulnya tak perlu mati... dia berusaha melindungimu... Sekarang berikan batu itu kepadaku, kalau tidak kau akan mati sia-sia.""TIDAK!" Harry senang mendapat konfirmasi bahwa orangtuanya menyayanginya, tapi tidak dari Voldemort. Dia tak berhak berbicara tentang orangtua Harry. Harry melompat ke arah pintu api yang menyala, tetapi Voldemort menjerit,
"TANGKAP DIA!" dan detik berikutnya Harry merasakan tangan Quirrell mencengkeram pergelangan tangannya.
Langsung saja rasa sakit yang tajam menyengat bekas luka Harry kepalanya serasa hendak terbelah dua. Harry
menjerit, meronta-ronta sekuat tenaga, tetapi tiba-tiba Quirrell tersentak dan melepaskan tangan Harry.Harry bingung. Rasa sakit di dahinya berkurang- dia memandang berkeliling, mencari Quirrell, dan melihatnya tengah meringkuk kesakitan, memandang jari-jarinya, yang sedang melepuh.
"Tangkap dia! TANGKAP DIA!" teriak Voldemort lagi dan Quirrell menerjang Harry sampai jatuh dan mendarat di atas tubuhnya, kedua tangannya melingkari leher Harry-bekas luka Harry sakit luar biasa, sampai dia merasa nyaris buta, tetapi dia masih bisa melihat
Quirrell melolong kesakitan."Tuan, aku tak bisa memegangnya-tanganku- tanganku!"
Dan Quirrell, meski masih memiting Harry ke tanah dengan lututnya, melepas
cekikannya dan terbelalak menatap telapak tangannya sendiri. Tangannya memerah seperti terbakar oleh bara api. Harry merasa sedikit iba, tangan Harry juga pernah melepuh seperti itu dari hukuman bibinya. Harry masih ingat bagaimana rasa sakit itu menggerogoti tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Girl Of Hogwarts
FanfictionTahun pertama Draco di Hogwarts diganggu oleh hantu seorang gadis. Gadis itu berisik, suka mensehati dan berbagai hal lain yang sangat mengganggu Draco. Bisakah Draco bertahan?