Strange Noise 11

2.4K 525 110
                                    

👻Strange Noise 11👻 Say Hi!(2)👻 

Di dalam mobil Kak Farhan yang melaju dengan tenang. "Hat ... chim ...! Vio aku nggak mau tau, kamu harus tanggung jawab dingin tau nggak sih!" rengek Illy tak terima.

"Bukannya sudah pakai jaket, Kak Farhan? Sabar dulu, nanti kalau sudah sampai sana aku ijinkan kamu ganti baju."

Illy yang mulai merasa sebal, kembali mencari perhatian." Ngomong doang sih enak! Yang ngerasain cool nya air ini lebih awesome," gerutu Illy lagi.

"Maaf deh ya! Habis tadi termasuk situasi genting," ujar Vio memberi pengertian.

"Vio ... Tanggung jawab, dong!" rengek Illy kembali.

"Aku bukan cowok, kenapa minta tanggung jawab ke aku. Diam, berisik tahu nggak!" tegur Vio akhirnya.

"Illy sebel ... Vio ngeselin, Kak! Mana ada orang habis di siram. Malah orang yang ke siram diomelin, kayak aku!" Adunya pada Kak Farhan yang sedang fokus menyetir.

Sasya berdecak kagum pada Illy, tubuhnya yang kedinginan tapi energi mulutnya sungguh luar biasa.

Menghela napas, teman Vio ini sungguh di luar perkiraannya. "Tolong ikuti keinginan Vio, ya! Lagipula ini tidak terlalu merugikan kamu, kalau Vio tidak segera menyirammu tadi. Kamu mungkin nggak akan seberisik sekarang," ucap Sasya tanpa mengalihkan pandangan.

"Sebenernya, kenapa sih perlu banget aku diguyur?" tanya Illy penasaran.

"Mending kamu nggak perlu tahu tentang 'kenapa nya' Illy! Ntar nyesel loh kalau tahu," sindir Sasya.

"Tetep aja, aku  masih nggak terima dibuat basah tanpa sebab kayak gini." gerutu Illy.

Mendesis kesal. " Memangnya aku pernah melakukan sesuatu tanpa sebab, coba kamu pikir lagi kalau masih punya pikiran sih!" tegur Vio akhirnya.

"Bisa berhenti bahas hal sepele seperti soal 'basah'!" Menggelengkan kepalanya, sedari tadi iya menahan kesal kepada adik sepupunya—Vio tapi mau bagaimana lagi dari dulu Vio memang seperti ini. "Vio, bisa jelaskan dengan singkat 'hal' yang harus kakak rapikan ini sudah sampai mana?"

"Melihat dari lampau, masalah ini akan berakhir dengan segera! Tinggal pengikut yang ada di belakang dan main petak umpet sama waktu, Kak," jawabnya tenang.

Sedangkan Kak Farhan meremas kemudinya dengan gemas. "Jadi, kamu mau ikut sampai akhir atau bagaimana?" tanyanya memastikan.

Mencebikkan bibirnya. "Maunya ikut, tapi sepertinya nggak bisa. Soalnya, aku udah janji mau langsung pulang ke rumah Kak Eriska," terangnya sambil sesekali memandang kaca spion mobil. "Mangkanya mereka, aku minta ikut Kak Farhan biar bisa ketemu kakek. Paling nggak sampai jam tengah malam lewat biar mereka aman," jelasnya lagi.

Merasa gagal menjaga adik—sepupunya."Kamu tahukan, Kakak sama Avian paling kesel kalau kamu macam-macam begini!" omelnya.

"Maaf ya, Kak Farhan. Vio nggak ada maksud bikin Kak Farhan sama Kak Avian khawatir, dan sejujurnya Vio nggak mau ngerepotin kakak. Meski pada akhirnya aku tetap minta tolong sama Kakak sih!" ujar Vio cengengesan tanpa merasa bersalah.

"Percuma ya, Avian hobi melototin kamu. Kalau akhirnya kakak dengan mudah kamu rayu. Seharusnya kakak nggak kasih kamu ijin pergi tadi." Sesal Kak Farhan sekarang.

"Oh ayolah, Kak Farhan sama Kak Avian itu kan Kakakable banget buat Vio. Jangan ngambekan dong ya! Kasian entar yang jadi pacarnya kakak harus selalu mengalah."

"Ngambekan gini juga banyak yang naksir. Percuma kamu ngerayu kakak dengan gelar Kakakable, justru itu bikin kakak makin nggak percaya sama kamu. Bukannya yang bener, kakak sama Avian itu sopirable kesayangan kamu."

Strange NoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang