Tidak semua makhluk mencintai senja. Tidak semua ciptaan Tuhan menikmati kehadiran senja. Hanya mereka yang sedikit melankolis yang mengenal alasan, mengapa senja begitu membuat mereka tergila-gila.
Mencari alasan jatuh cinta pada senja bukanlah hal yang mudah. Ketika hati memutuskan untuk mencinta senja, itu karena ada sebuah rahasia dibalik senja jingga yang datang dikala petang. Ada sebuah alasan yang tak terlihat, mengapa senja begitu membuatku menggila.
Terhitung satu tahun sudah aku tak menemukan senjaku. Senja yang menggenggam jemariku yang dingin hingga hangatnya mengalir ke relung hatiku yang membeku. Senja yang memelukku ketika cuaca berubah menjadi musim dingin yang panjang hingga rasanya membuatku ingin menangis tak henti karena takut menjadi beku. Senja yang tersenyum dengan tatapannya yang hangat, membantuku berdiri kembali ketika aku mulai merasa lelah.
Aku Sore, karena itu aku butuh senja. Bagaimana jadinya sore tanpa senja? Kurasa tak akan ada bedanya dengan siang ataupun pagi. Sore sudah terlalu lama memutuskan muncul tanpa senja, dan ternyata, itu mengerikan.
Sampai akhirnya tiba dimana Tuhan tengah berbisik padaku, bahwa ini adalah giliranku, Dia berbisik akan segera memberiku senja yang siap melakukan tugasnya dengan baik. Hari ini, aku kedatangan senja, senjaku telah datang.
Salam kenal, mari bekerja sama...
Sudah sepekan aku kehilangan ingatan akan rasa nyaman menikmati waktu dan rutinitas pekerjaanku. Setiap kali aku melangkah, akan ada rasa dimana sepersekian detik aku akan menoleh dan mengawasi siapapun yang berdiri atau berjalan dibelakangku.
Entah ini sudah yang ke berapa kalinya, pria dengan rambut hitam pekat pendeknya itu selalu bersikap santai setiap kali aku menoleh dan menghentikan langkah. Sesekali ia merapikan rambutnya bak iklan sampo anti ketombe, dan yang mengagumkan, rambutnya dengan cepat kembali ke posisi semula dengan sempurna.
Aku menutup rapat bibirku, kemudian melangkah cepat menghindari ia yang selama ini sudah menjadi kandidat mencurigakan yang membuatku lupa untuk hidup dengan nyaman dan aman. Aku melangkah menuju lobi utama gedung tempatku bekerja, kemudian berdiri tepat disamping pria gagah dengan setelan hitam pekat membalut tubuh besarnya.
"Pak tolong saya, orang itu, yang sedang duduk di sofa itu sudah mengikuti saya beberapa hari ini. Dan saya rasa dia bukan salah satu staff kantor, tolong diperiksa ya pak, saya terusik." Bisikku sambil menyeruput jus mangga yang sudah separuh gelas.
Tanpa menjawab, pria dengan bordiran baju bertuliskan 'Supardi' itu segera menghampiri pria yang kini tengah berlagak duduk menikmati kopi yang diletakkan di sebelah duduknya. Menyadari pak Supardi menghampiri, ia berdiri sambil melempar pandangannya ke arahku.
Aku mencoba mengawasinya dengan baik, melihat gerak-gerik pria dengan kemeja putih yang digulung hingga sikunya itu seakan mencari sesuatu dalam dompetnya, kemudian menunjukkan entah apa itu tepat dihadapan pak Supardi.
"Mari ikut saya," pak Supardi berjalan didepan pria mengerikan itu. Kemudian berjalan menghampiriku yang masih berdiri tepat di depan tempat pak Supardi bertugas.
"Mandala, nama saya Mandala, saya bagian marketing komunikasi." Sapanya sambil memberikan kelima jarinya dan mengajakku untuk bersalaman.
Aku masih memandangnya curiga, mungkin saja dia salah satu pegawai baru disana. Tapi, yang benar-benar ingin kutanyakan adalah bukan siapa dia dan apa pekerjaannya. Tapi, mengapa sudah hampir sepekan ini, pria yang cukup tampan ini seakan menguntit dan membuat hari-hariku menjadi menakutkan?
Merasa ditolak, Mandala menarik kembali tangan putihnya yang kurus. Mata bulatnya memandangku dengan pandangan merasa bersalah, bibirnya yang penuh tersenyum miris menahan malu karena sambutannya kutolak mentah-mentah.
"Saya bisa jelaskan, bagaimana kalau sambil makan siang?" tanyanya ragu.
YOU ARE READING
Senjaku Ada Dua
General FictionKenal senja? Itu, langit jingga yang hangat namun terkadang menyedihkan. Langit yang berkunjung dan memamerkan keindahannya kepada para makhluk bumi untuk dinikmatinya secara cuma-cuma. Setelah membuat kami selaku penghuni bumi nyaman, senja kemudia...