BAB 12-Mencari tahu(3)

218 24 3
                                    

"Shirena?"

"Dev?"

Laki-laki bertubuh jangkung itu segera membantu seorang gadis yang berada dihadapannya untuk tegak berdiri setelah tadi ia hampir terjatuh jika bukan tangan sigap laki-laki itu yang menyanggahnya.

Kemudian laki-laki yang bernama Dev itu segera menarik pergelangan tangan kanan gadis yang bernama Shirena, seraya berjalan mendahuluinya. "Ikut aku!" titahnya.

Tanpa bisa menolak, tubuh Shirena ikut tertarik oleh tangan Dev yang menarik pergelangan tangannya. Hanya kebingungan yang melanda benak gadis itu. Ada apa?

Langkah kaki yang tergesa-gesa dan keseimbangan yang tidak seirama membuat langkah kaki mereka berdua terseok-seok. Bahkan sesekali Dev menoleh ke belakang melihat raut wajah Shirena yang sepertinya cukup kesal diperlakukan seperti ini.

Tatapan-tatapan bingung, heran, tak percaya, dan tak biasa yang ditujukan oleh para siswa-siswa lain untuk mereka berdua tak dihiraukan oleh Dev. Namun cukup untuk membuat Shirena merasa tak enak dan hanya bisa menunduk.

"Tunggu sebentar!" teriak Shirena seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Dev. Langkah kakinya ia hentikan sehingga Dev pun juga berhenti dan berbalik menghadap Shirena.

"Ada apa, Dev?" tanya Shirena menatap bola mata Dev. Ia mencoba mencari tahu dan membaca pikiran laki-laki yang berada di hadapannya. "Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku? Kenapa tergesa-gesa seperti ini?" tanyanya berlanjut. Nihil. Percuma saja ia berusaha mencari tahu, toh ia tidak bisa membaca pikiran seorang Dev. Aneh.

Dev hanya balas menatap dan menghela napas panjang. Jari jemarinya mengacak-acak rambutnya sendiri. Pandangan matanya kini berkeliling melihat siswa-siswa yang kini tengah memperhatikan mereka berdua dengan tatapan penasaran.

"Ku mohon ikut aku sebentar, Shirena," ucap Dev dengan perlahan. Kemudian ia berbalik dan berjalan tanpa menarik pergelangan tangan Shirena lagi. Dev yakin jika Shirena akan mengikutinya tanpa ia tarik seperti tadi.

Shirena pun mengikuti seperti dugaan Dev. Ia berjalan dibelakang punggungnya dengan ekspresi yang lucu jika Dev berbalik dan melihatnya. Bahkan tanpa berbalik dan melihatnya pun Dev bisa membayangkannya.

Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan kelas kosong yang tidak terpakai. Dev masuk ke dalam terlebih dahulu, sedangkan Shirena hanya mematung di ambang pintu. Shirena pikir Dev akan membawanya ke ruang melukis namun kenapa malah ke sini?

Dev berjalan sampai pada bangku bagian belakang dan berdiri menghadap jendela sebelah kiri. Ia tahu jika Shirena hanya berdiri diam di sana, bibirnya pun menyunggingkan senyum kecil.

"Kemarilah Shirena, ada yang ingin ku tanyakan padamu. Jika kau hanya berdiri di sana saja apa aku harus teriak agar kau mendengarnya? Masuklah, tidak apa-apa," ujar Dev tanpa menoleh. Karena ia tidak mau jika senyum kecilnya dilihat oleh Shirena.

"Eh? Iya baik," Shirena yang mendengar ucapan Dev pun langsung tersadar dan segera melangkahkan kakinya masuk dan menghampiri laki-laki itu.

Namun ia memberi jarak antara dirinya dengan laki-laki itu. Jika terlalu dekat maka aroma darah Dev yang manis akan membuat gigi taringnya memanjang dan Shirena tidak mau sampai Dev tahu.

"Apa yang ingin kau tanyakan? Cepatlah! Sebentar lagi bel berbunyi dan aku tidak mau jika sampai terlambat masuk kelas, ada apa Dev?" tanya Shirena mendesak.

"Begini Shirena, beberapa hari yang lalu atau kurang lebih seminggu yang lalu, pada malam hari aku pergi ke pantai yang berada di dekat daerah sini. Dan aku mengalami kejadian aneh pada saat itu. Kau tahu? Sepertinya aku bertemu dengan seorang gadis yang mirip sekali denganmu, Shirena."

Dev berbalik menghadap Shirena dan melihat Shirena sepertinya tampak sedikit terkejut mendengar perkataannya. Ia maju selangkah dan melanjutkan kembali ucapannya, "namun sepertinya sangat aneh bukan jika ada seorang gadis malam-malam yang pergi ke sana, dan ah apakah kau tahu apa yang ia lakukan padaku?"

Shirena membulatkan matanya, mulutnya sedikit terbuka dan pikirannya langsung berkecamuk. Apakah Dev mengingatnya? Bagaimana bisa?

Gadis itu mencari cara agar tidak terlihat panik di depan laki-laki itu. Ia pun hanya menanggapi dengan tawa sumbang yang ia paksakan. Bahkan matanya tidak berani menatap laki-laki itu.

"Apa yang kau bicarakan sih Dev? Aku sungguh tidak mengerti, hahahaha," balas Shirena menanggapi ucapan Dev.

"Shirena aku serius. Kau tidak tahu jika aku terus-terusan bermimpi tentangnya dan itu terasa sangat nyata. Namun kenyataannya, aku hanya berhalusinasi dan tidak ada seorang gadis pun di sana sampai temanku Ellina yang menemukan diriku terkapar sendiri di tepi pantai."

"Tapi entah mengapa aku begitu yakin jika mimpi itu memang benar-benar nyata. Sejak saat itu, tiap malam, gadis misterius selalu hadir dalam mimpiku dengan kejadian yang sama dan berulang-ulang,"

"Rasanya, seperti gadis itu menghapus ingatanku tentangnya namun ingatan itu masih melekat sebagian di memoriku. Bagaimana bisa seorang gadis melakukan itu? Apakah dia benar-benar manusia?"

Dev menghela napas sebentar setelah panjang lebar ia menceritakan apa yang selama ini menjadi pertanyaan besar di dalam pikirannya.

Dev memandang Shirena yang hanya terpaku mendengarkan. Terlihat khawatir di dalam sorot matanya yang juga ia paksakan untuk menatap Dev.

"Dan kebetulan juga aku menganalisa pada saat kejadian itu Ellina bilang aku tidak mengenakan jaket namun jika di pikir-pikir udara malam yang sedingin itu apakah aku bisa pergi keluar tanpa memakai jaket? Ah iya, aku ingin bertanya, kau bilang ada barang yang ingin kau kembalikan padaku?" tanya Dev.

Reflek Shirena mundur selangkah hingga badannya menabrak meja. Tangannya bertumpu pada sudut meja dengan erat. Ia tak tahu apa yang harus ia lontarkan. Bahkan bola matanya sudah tak mampu untuk membesar lagi, mulutnya pun telah menganga lebar.

Dev pun maju selangkah lagi sehingga Shirena memundurkan badannya walau ia tidak bisa melangkah mundur. "Apakah itu jaket?" tanya Dev menohok seraya memajukan wajahnya hingga berdekatan dengan wajah Shirena.

Shirena merasa terpojok seperti ini. Dirinya menahan napas. Ia juga tidak tahu harus berbohong dan menyangkal Dev seperti apa dan bagaimana. Kata-kata yang ingin ia keluarkan pun hanya mampu sampai di tenggorokannya--tercekat.

Matanya ingin beralih menatap ke sekeliling namun tatapan menusuk Dev begitu dalam hingga Shirena tak mampu untuk beralih. Bernapas pun terasa begitu sulit untuknya. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan jika sudah seperti ini?

"Ngg.. Deev.. kau.. kauuu.. kau membuatku takut..." ujar Shirena terbata-bata.

Mendengar itu, Dev pun langsung tertawa dan menarik mundur wajahnya serta kakinya. Kini ia duduk di atas meja tepat di hadapan Shirena. Pandangannya tetap lurus menunggu jawaban yang belum Shirena jawab.

Gadis itu menghembuskan napas pelan, sedikit merasa lega. Tangannya sudah tidak memegang ujung meja dengan erat, namun ia masih terpaku di situ. Ia tahu Dev menunggu jawabannya, namun Shirena juga tidak mau jika harus membenarkan perkataan Dev.

"Aaaa.. ituuu, aku tidak membawanya, nanti kau juga akan tahu ketika aku mengembalikannya padamu," jawab Shirena. Dirinya terlihat lebih santai dan tidak setegang seperti sebelumnya.

"Anggap saja rahasia sampai kau melihatnya sendiri. Jangan hanya menebak dengan kesimpulanmu sendiri, Dev," lanjut Shirena sambil menyunggingkan sebuah senyuman.

"Cih, jangan tersenyum seperti itu, membuat perasaanku campur aduk saja," ucap Dev seraya mencubit pipi Shirena. Hal itu justru membuat pipi gadis itu memerah.

Bel pun berbunyi tanda pelajaran pertama akan segera dimulai, Dev langsung bergegas dan berjalan meninggalkan Shirena yang masih terpaku memegangi pipinya.

Bagaimana bisa aku seperti manusia?

*****

Mulmed Shirena. Full Dev dan Shirena doang wkwk.
See u next chap💕

MERPIRE [Mermaid Vampire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang